Anda di halaman 1dari 12

KASUS DIABETES MELITUS TIPE II

DISUSUN
OLEH:
Mayke Anugrah
Suci Nur pratiwi
Mouren E. Talakua
Harianti
Mulyadi

AKADEMI FARMASI YAMASI MAKASSAR


2013

A. DEFINISI
Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok kelainan metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia dan kelainan pada metablisme karbohidrat,
lemak, dan protein. DM muncul dari defek pada sekresi insulin, sensitivitas
insulin atau keduanya. Komplikasi mikrovaskular, makrovaskular kronik
serta neuropati bisa terjadi.
B. PATOFISIOLOGI
DM tipe II (sebelumnya disebut tidak tergantung insulin) merupakan
90% dari

semua kasus DM dan biasanya ditandai dengan resistensi

terhadap insulin dan defisiensi insulin. Resistensi insulin manifestasinya


berupa peningkatan lipolisis dan produksi asam lemak bebas, peningkatan
produksi glukosa hepatik, dan penurunan asupan glukosa ke otot rangka.
Disfungsi sel terjadi progresif dan memperburuk kontrol atas glukosa
darah dengan berjalannya waktu. DM tipe II terjadi ketika gaya hidup
diabetogenik (asupan kalori berlebih, kurang latihan fisik, dan kegemukan)
yang memperburuk genotip tertentu.
C. ETIOLOGI
Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya
terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup
besar dalam menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet
tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan.

D. PENATALAKSANAAN DIABETES
Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk
mencapai 2 target utama, yaitu:
1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal
2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi
diabetes.
The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan
beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan
penatalaksanaan diabetes.
Tabel 5. Target Penatalaksanaan Diabetes
Parameter Kadar Ideal Yang Diharapkan
Kadar Glukosa Darah Puasa 80120mg/dl
Kadar Glukosa Plasma Puasa 90130mg/dl
Kadar Insulin <7 %
Kadar HbA1c <7mg/dl
Kadar Kolesterol HDL >45mg/dl (pria)
Kadar Kolesterol HDL >55mg/dl (wanita)
Kadar Trigliserida <200mg/dl
Tekanan Darah <130/80mmHg
Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes,
yang pertama pendekatan tanpa obat dan yang kedua adalah pendekatan

dengan obat. Dalam penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus


dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan
olahraga. Apabila dengan langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan
belum tercapai, dapat dikombinasikan dengan langkah farmakologis
berupa terapiinsulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi
keduanya.
E. GEJALA YANG SERING TIMBUL
rasa

haus

yang

berlebihan,pandangan

berlebihan,sering
kabur,kesemutan

BAK,rasa
luka

sembuh,penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya.

lapar
yang

yang
lama

KASUS
Nama pasien

:Tn Syahrir

Umur

: 41 thn

Pekerjaan

: karyawan swasta

R.Perawatan

: P. Interna

Tgl masuk

: 19-11-11, jam 4 sore

Tgl keluar

: 24-11-11 pagi

Lama dirawat

: 6 hari

Diagnosa masuk

: DM tipe 2 + Anemia defisiensi

Keluhan utama

: muntah-muntah

Riwayat penyakit sekarang: Riwayat keluarga

:-

Perjalanan penyakit
19-11-11
Pasien rujukan RSU daya dgn diagnosa DM tipe 2 + anemia . (Hb
5,9 gr/dl), (GDS:300mg/dl)
KU: muntah tiap kali makan,isi cairan dan sisa makanan, nafsu
makan menurun, deman ttinggi, batuk menurun, nyeri ulu hati menurun,
pasien tdk bisa tidur sejak 1 bulan yang lalu, BAB tdk lancar , BAK lancar,
dan nyeri pinggang.

TD : 120/80mghg
suhu: 38C
glukosa darah sewaktu : 300mg/dl
muka hipotemik
Sklera ikterik (-)
konjungtiva anemis (+)

Pengobatan

Infus NaCl 0,9 %


Paracetamol tab 3 x 1
Metformin 2 x 1
Ondansetron 1 ampul /i.v/8 jam
Diazepam 0-0-1/2
Transfusi PRC 2 bag
20-11-11
Pengobatan :
Infus NaCl 0,9 %
Paracetamol tab 3 x 1

Metformin 2 x 1
Ondansetron 1 ampul /i.v/8 jam
Diazepam 0-0-1/2
Transfusi PRC 2 bag
21-11-11(pemeriksaan lab)
Data laboratorium(21-11-11)
Glukosa darah sewaktu

: 118 mg/dl (140)

Kreatinin

: 0,9 mg/dl ()

Asam urat

: 5,6 mg/dl

SGOT

: 18 U/I

SGPT

:27 U/I

TD

: 150/70 mmhg (130/80mmhg)

data lab

:Hb 5,9 % ,()

pengobatan

infus NaCl 0,9 % 24 tpm


Ondansetron 1 amp /i.v/8 jam
Pct 3 x 1

Metformin 2 x 1
22-11-11
keadaan pasien membaik
obat yg diberikan
infus NaCl 0,9 % 24 tpm
Ondansetron 1 amp /i.v/ 8 jam
Diazepam
Transfusi PRC 3 unit di berikan tiap 45 menit
23-11-11
keadaan pasien membaik.
TD

: 130/70 mmhg

suhu: 36C
Glukosa sewaktu : 118 mg/dl
mengganti cairan NaCl 0,9 % TPM
Ondansetron 1 amp /i.v/ 8 jam
Diazepam 0-0-1/2
24-11-11

Keadaan pasien semakin membaik


TD

: 130/70 mmhg

Suhu : 36C
25-11-11
TD

: 120/70 mmhg

Suhu : 36C
Pasien diperbolehkan untuk pulang

OBAT YANG DIGUNAKAN PASIEN


PARACETAMOL :
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang dan demam
KI

: Hipersensitivitas

DOSIS

:3X1

ESO : Efek samping dalam dosis terapi jarang; kecuali ruam kulit,
kelainan darah, pankreatitis akut pernah dilaporkan setelah penggunaan
jangka panjang.
Peringatan : Hati-hati pada pasien yang sudah berkurang fungsi hati &
ginjal, dan ketergantungan pada alkohol
MK

: Bekerja langsung pada pusat pengaturan panas di hipotalamus

dan menghambat sintesa prostaglandin di sistem saraf pusat.


Inj. Ondansetrol
Indikasi : mual dan muntah
ESO: sakit kkepala, konstipasi, dan rasa panas
Metformin
Indikasi : Diabetes Melitus Tipe II

KI: Gangguan fungsi ginjal atau hati


Dosis: dosis awal dimulai dari 2 kali sehari 250-500 mg
ESO: Gangguan pencernaan, antara lain mual, muntah, diare ringan
Mk: Antidiabetik oral golongan biguanida mempunyai mekanisme kerja
yang berbeda dengan golongan sulfonilurea. Obat-obat ini bekerja tidak
melalui perangsangan sekresi insulin, melainkan langsung pada hati
(hepar), yaitu menurunkan produksi . Disamping itu, metformin juga
meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh terhadap insulin dengan jalan
memperbaiki transport dan meningkatkan penggunaan glukosa oleh selsel otot dan ekstrahepatik lainnya.
Diazepam
Indikasi: Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia
KI: Depresi pernafasan, gangguan hati bera
ESO: Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa
malas, vertigo, sakit kepala, mimpi buruk dan efek amnesia. gangguan
pada saluran pencernaan, konstipasi, nafsu makan berubah, anoreksia,
penurunan atau kenaikan berat badan, mulut kerin
Farmakologi: Tempat yang pasti dan mekanisme kerja benzodiazepin
belum diketahui pasti, tapi efek obat disebabkan oleh penghambatan

neurotransmitter

g-aminobutyric acid (GABA). Obat ini bekerja pada

limbik, talamus, hipotalamus dari sistim saraf pusat.


MK : Berikatan dengan reseptor stereospesifik benzodiazepin pada saraf
GABA post-sinaps di beberapa tempat dalam sistem saraf pusat,
termasuk sistem limbik, susunan retikular. Menambah efek penghambat
GABA pada hasil eksitabilitas saraf dengan meningkatkan permeabilitas
membran saraf terhadap ion klorin. Pertukaran ion klorida menyebabkan
hiperpolarisasi dan stabilisasi

Anda mungkin juga menyukai