Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batuan adalah agregat dari beberapa mineral baik itu homogen maupun
heterogen yang terbentuk di sebagai penyusun kerak bumi. Petrografi adalah salah
satu cabang ilmu dari geologi yang mempelajari mengenai batuan secara mikroskopis.
Agar dapat mengidentifikasi mineral dalam suatu batuan, kita harus
mengetahui jenis dan sifat-sifat optik dari mineral penyusun batuan tersebut. Untuk
itu, kita harus melakukan pengamatan secara petrografi dari sayatan batuan melalui
mikroskop.
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih
besar daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang
dapat diamati langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui
secara cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan
tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama lain dan berbeda-beda materi
penyusun serta berbeda pula dalam proses terbentuknya.
Batuan karbonat sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam
kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara
mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-beluk

mengenai batuan karbonat ini. Secara sederhana adalah batuan dengan kandungan
material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang
tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).
1.2 Maksud danTujuan
Maksud diadakannya praktikum ini yaitu untuk mengenal sifat-sifat optik dari
masing-masing mineral yang terdapat pada suatu sayatan batuan khususnya batuan
karbonat.
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini, yaitu :
1. Mengetahui komponen penyusun batuan sedimen karbonat dalam suatu
sayatan tipis.
2. Menentukan nama batuan dari suatu sayatan tipis batuan yang telah diamati.
1.3 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
1. Mikroskop Polarisasi
2. Lap kasar
3. Lap halus
4. Alat tulis menulis
5. Lembar kerja praktikum
6. Pensil warna
7. Sayatan mineral

8. Penuntun Praktikum Petrografi 2014/2015


9. Buku Rocks and Mineral
10. Optical Mineralogi

1.4 Prosedur kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum adalah sebagai
berikut.

Menulis bon alat mikroskop

Meletakkan preparat pada meja objek mikroskop yang telah tersedia

Mengamati preparat batuan Wackestone, Grainstone, dan Mudstone pada


ortoskop nikol sejajar dengan orientasi warna absorbsi, pleokroisme,
intensitas, bentuk mineral, indeks bias, belahan, pecahan, dan ukuran
mineral.

Mengamati preparat batuan Wackestone, Grainstone, dan Mudstone pada


ortoskop

nikol

silang

dengan

orientasi

warna

interferensi,

bias

rangkap,sudut gelapan, jenis gelapan, dan kembaran.

Mengidentifikasi nama batuan berdasarkan mineral penyusunnya dengan


menggunakan klasifikasi Dunham (1962).

Membersihkan mikroskop dan mengembalikan preparat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Batuan Karbonat


Batuan karbonat adalah semua batuan yang terdiri dari garam karbonat,dalam
hal ini CaCO3 dan MgCO3. Batuan karbonat memiliki keistimewaandalam cara
terbentuknya, praktis tak ada sebagai dedritus daratan. Proses pembentukan batuan ini
yakni secara kimia/melalui proses-proses kimia, dan turut serta organisme dalam
batuan ini.
Menurut Rejers & Hsu (1986), batuan karbonat adalah batuan dengan
kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat
klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung. Bates &
Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen
utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %.
Sedangkan batugamping menurut definisi Reijers &Hsu (1986) adalah batuan yang
mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat
adalah batugamping.
Secara umum batuan karbonat ini mengandung fase primer, sekunder dan
butiran reworked. Fase primer ini merupakan mineral presipitasi yang dihasilkan oleh
organisme, sementara mineral karbonat sekunder dihasilkan oleh presipitasi alami non
organik yang terjadi saat proses diagenesis berlangsung. Material reworked ini sama
dengan mekanisme yang terjadi pada batuan terigen klastik yaitu hasil abrasi
pelapukan batuan sebelumnya.

Lime mud merupakan istilah untuk material karbonat dengan butiran yang
sangat halus lebih kecil dari ukuran pasir dibagi dua jenis yaitu mikrit yaitu butiran
karbonat berukuran <0.004 mm dan mikrosparit berukuran antara 0.004 dan 0.06 mm
(Raymond, 2002). Komponen - komponen lainnya ada juga semen karbonat yang
genetiknya lebih kearah diagenesis (sementasi) karbonat dan fragmen yang lebih kasar
dalam batuan karbonat dikenal sebagai allochem (memliki jenis yang macam-macam).
Secara umum dibagi dua , yaitu: yang berasal dari cangkang fosil atau skeletal grain
dan fragmen yang bukan dari tubuh fosil atau murni hasil presiptasi.
Ada 5 mekanisme penting yang dapat menerangkan bagaimanaterjadinya
pengendapan CaCO3 dan bertambahnya CO2 yang dapat terlarutdalam air (Blatt, 1982)
yaitu :
1. Bertambahnya suhu dan penguapan
2. Pergerakan air
3. Penambahan salinitas
4. Aktivitas organic
5. Perubahan tekanan
1.2 Tekstur Batuan Karbonat
Kalsit bisa hadir dalam tiga bentuk tekstural:
1. Butiran karbonat seperti ooid dan skeletal grain, yang berukuran silt sampai
yang kasar berupa agregat kristal kalsit,
2. Mikrokistalin kalsit atau karbonat mud yang secara tekstural analog dengan
mud di batuan sedimen silisiklastik namun lebih kecil lagi,

3. Sparry calsite, yang mengandung kristal kalsit yang lebih kasar hanya terlihat
dibawah mikroskop.
2.2.1

Karbonat Grain
Geologis pada awalnya menganggap batu gamping merupakan batuan kristalin

dengan kandungan fosil dan garam karbonat hasil presipitasi dalam air laut. Sekarang
kita tahu bahwa batuan karbonat itu tidak hanya bertekstur kristalin tapi juga berupa
agregat karbonat yang terikat semen karbonat hasil presiptasi. Disamping butiran
yang mengalami transport mekanis seperti sebelum diendapkan (klastik). Folk (1959)
menggunakan istilah allochem untuk jenis butiran karbonat yang tidak mengalami
persipitasi kimia normal bersama tubuh batuan. Seperti batuan sedimen lainnya
butiran karbonat juga bervariasi ada yang brukuran silt kasar (0.02 mm), sand (lebih
dari 2 mm). Karbonat grain dapat dibagi dalam epat jenis, tiap jenis mencirikan
bentuk, struktur internal, dan mode dari originnya: klas karbonat, ooid, peloid, dan
butiran agregat (Boggs, 2006).
a) Klas Karbonat (Lithoclast)
Merupakan fragmen batuan karbonat yang berasal dari hasil erosi
batugamping, di darat atau erosi secara pasial dan sempurna dari sediemn karbonat
yang terlitifikasi di dalam cekungan pengendapan (Boggs, 2006). Jika klas karbonat
berasal dari batugamping lebih tua yang hadir di darat dan batuan asalnya berasal dari
luar cekungan pengendapan (depositional basin), maka dikenal sebagai extraclast.
Jika berasal dari dalam basin karena erosi dari semiconsolidated carbonate sediment di
lantai laut, atau tidal flat yang berdekatan, atau carbonate beach (beachrock) maka

dikenal dengan intraklas. Perbedaan antara ekstraklas dan intraklas memiliki implikasi
yang penting terhadap interpretasi dari sejarah transport dan pengendapan dari
batugaming. Ekstraklas biasanya mengandung iron-stained rim (pengotor besi) yang
dibawa saat pelapukan terjadi, yang dapat hadir dalam bentuk urat. tapi tetap saja
distingsi (perbedaan) ini cukup sulit untuk diamati.
Litochlast memiliki ukuran butir dari sangat halus sampai ukuran pasir dan
gravel, namun fragmen yang umum hadir seukuran pasir, menunjukan tekstur yang
sama dengan butiran klas (litik) lainnya, tapi butiran subangular bahkan angular
mengindikasikan sejarah transportasi dan kematangan dan sebagainya. Beberapa klas
menunjukan struktur dan tekstur internal seperti laminasi, klas yang lebih tua, butiran
silisiklastik, fosil, ooid, atau pellet, tapi kebanyakan homogen secara internal. Litoklas
ini tidak melimpah jumlahnya dalam batuan karbonat jika dibandingkan dengan
komponen karbonat lainnya.
Dari penjelasan diatas kurang lebih litoklas (intraklas dan ekstraklas) analog
dengan litik fragmen di batuan sedimen kasar silisiklastik, yaitu berasal dari hasil
pelapukan batuan karbonat sebelumnya.
b) Skeletal Grain
Butiran ini berasal dari fragmen tubuh (cangkang) fosil organisme. Menurut
beberapa penulis (Nichols, Raymond, Boggs, dan Tucker) cangkang pada batuan
karbonat kebanyakan disusun oleh aragonit (polymorf dari kalsit) yang mana menurut
Dunham dapat berubah menjadi kalsit selama proses diagenesis terjadi.

Skeletal Grain
c) Non Skeletal Grain
Ini adalah fragmen non cangkang (non fosil). Tekstur ini termasuk jenis yang
banyak dijumpai dalam fragmen karbonat. Tekstur ini memiliki jenis yang bermacammacam, menurut Folk (1959) (dalam Tucker 1990) dibagi kedalam: coated grain
(ooid, oncoid, pisoid, dan lain lain) dan non-coated grain (peloid, aggregate, dan clast)
atau dalam boggs (2006) seperti dijelaskan diatas ada lithoclast (intra dan ekstraklas),
ooid, peloid, dan aggregate grains.
Ooid dan Pisoid
Menurut Tucker (1990) Ooid merupakan tipe non skeletal yang coated grain
(butirannya diselimuti laminasi atau lapisan tipis karbonat). Menurut Boggs butiran ini
menyerupai nucleous (inti) yang diselimuti oleh laminasi tipis karbonat. Nucleous ini
isinya bisa berupa material terigen (butir pasir), cangkang fosil, butiran karbonat, atau
apa saja.
Ooid dengan ukuran yang lebi besar >2 mm disebut sebagai pisoid (batuan
dengan fragmen pisoid dinamakan pisolite). Pisoid sendiri secara umum tidak begitu
speris dari ooid dan strukturnya bisanya crenulated. Beberapa pisoid dapat dibentuk
oleh alga, membentuk pola trapping.

Ooid

Pesoid

Peloid
Peloid merupakan jenis fragmen karbonat non skeletal yang tidak memiliki
struktur internal dan ukuran dari peloid ini lebih kecil dari ooid (0.03-0.1 mm), secara
umum peloid ini berasal dari fecal pellets yaitu kotoran hewan laut yang
mensekresikan lumpur karbonat yang tidak dapat dicerna ketika hewan - hewani ini
makan.
Bentukhnya kecil, oval sampe bulat, dan bisa memiliki ukuran yang
bermacam-macam . Karena dihasilkan oleh aktivitas pencernaan organisme maka
sortasi dari bentuk peloid ini cukup bagus jadi bukan berhubungan dengan mekanisme
transport arus yang mematangkan bentuk dari peloid ini sehingga membundar seperti
ooid. Maka boleh dikatakan peloid ini terbentuk di lingkungan arus yang lebih tenang,
dimana organisme bisa hidup dan sinar matahari cukup.

Peloid
Agregat Grain
Agregat merupakan suatu kenampakan butiran karbonat yang berbentuk tidak
taratur,dimana agregat ini merupakan jenis butiran karbonat lebih kasar, terdiri dari
dua jenis fragmen karbonat atau lebih (bisa pellet, ooid, atau fragmen fosil yang terikat
oleh mikrit (carbonate-mud matrix yang berwarna hitam) karena bentuknya berupa
agregat butiran butiran, beberapa dari butiran ini dapat dijumpai pada lingkungan
karbonat modern. Butiran agregat lainnya dengan bentuk yang lebih halus dikenal
dengan lumps. Tucker dan Wright (1990) menyebutkan bahwa lump ini hasil evolusi
dari grapstone akibat sementasi dan mikritisasi kontinyu dari butiran. Butiran agregat
di lingkungan karbonat modern terdiri dari aragonit (secara umum), tapi beberapa
limestone lebih dominan kalsit.

Agregat

2.2.2 Mikrit (Matriks)


Mikrit bisa hadir sebagai matrik mengisi ruang antar butir karbonat, atau bisa
juga menjadi penyusun utama batugamping (mudstone). Batugamping yang disusun
oleh mikrit secara keseluruhan analog dengan batulempung atau shale pada batuan
sedimen silisiklastik.
Kehadiran mikrit dalam batugamping umumnya diinterpratisikan sebagai
indikasi pengendapan pada lingkungan air yang tenang dimana memungkinkan
terjadinya pengendapan material halus ini. Sementara itu pengendapan sedimen
karbonat pada lingkungan dimana bottom current atau energi gelombang cukup kuat
umumnya mud-free (tidak terdapat lempung) karena secara selektif karbonat mud
akan hilang dari lingkungan ini.
Berdasarkan pertimbangan kimia, carbonate mud atau mikrit secara teoritis
terbentuk dari hasil presipitasi aragonit, kemudian nantinya akan terkonversi menjadi
kalsit, dari permukaan air yang lebih jenuh dengan kalsium bikarbonat. Geologist
tidak begitu yakin mengenai seberapa banyak aragonit yang dibentuk dari hasil proses
inorganik ini pada laut modern.
Banyak mud karbonat modern terbentuk hasil presipitasi inorganik yang akan
kita jelaskan nanti. Proses proses ini termasuk didalamnya rusaknya calcareous
algae di laut dangkal menghasilkan karbonat mud, dan dihasilkan oleh nanofosil
karbonat (< 35 mm) seperti coccolith di laut dalam yang menghasilkan kalsit mud
atau lumpur kaslit (chalk).

Mikrit
2.2.3 Sparit (Semen)
Pada kebanyakan batugamping terdapat mineral kalsit yang besar besar (0.020.1 mm), semen hasil presipitasi mineral mineral kalsit yang sangat halus sehingga
membentuk kristal kalsit yang besar atau juga terkadang menjadi media tempat
tertanamnya mikrit (matriks karbonat). Dibawah sayatan tipis (mikroskop polarisasi)
kristal kalsit yang super halus ini akan berwarna putih. Jenis komponen karbonat ini
oleh banyak penulis dinamakan sparit.
Kehadiran sparit dapat dibedakan dengan butiran karbonat lainnya karena tidak
punya struktur internal dan hadir mengisi ruang sisa pada butiran (pori batuan).
Kehadiran dari sparit ini mengindikasikan bahwa pori batuan (void) tidak terisi oleh
lime mud (mikrit) saat pengendapan terjadi, menunjukan pengendapan yang terjadi
pada kondisi air yang tidak tenang.
Sparit dapat terbentuk pada batugamping purba melalui kristailsasi dari
pengendapan primer butiran dan mikrit selama proses diagenesis. Sparit dibentuk oleh
rekristalisasi yang mungkin dapat lebih sulit diidentifikasi dengan yang prosesnya
diagentik maupun yang non diagenetik karena butirannya sangat halus. Sehingga

sering terjadi kesalahan dalam interpretasi lingkungan pengendapan dan klasifikasi


batugamping (Boggs, 2006 hal 167).

Komponen penyusun batuan karbonat

2.3 Mineralogi Batuan Karbonat


Batuan karbonat tersusun oleh ion kalsium (Ca2+), ion Magnesium (Mg2+),
dan tentu saja karbonat (CO3-). Kalsium adalah logam umum yang dijumpai pada
hampir semua batuan karbonat (baik batugamping maupun dolomit) dan magnesium
merupakan komponen yang penting dalam dolomit. Kadar SiO2nya rendah.
Kelimpahan silika yang banyak pada batuan karbonat tergantung pada kandungan
lempung silisiklastik yang ikut terendapkan bersama butiran karbonat yang
mengakibatkan kadar besi, silikat, dan aluminium juga meningkat saat dianalisis
kandungan kimianya.
Banyak juga unsur lain yang hadir sebagai komponen minor atau elemen jejak.
Elemen-lemen jejak ini seperti: B, Be, Ba, Sr, Br, Cl, Co, Cr, Cu, Ga, Ge, dan Li.
Konsetnrasi elemen jejak ini dikontrol bukan hanya oleh mineralogi dari batuan tapi

juga oleh tipe dari kelimpahan relatif dari butiran fosil skeletal dalam batuan. Banyak
konsentrat organisme dan unsur jejak yang ikut terbawa oleh fosil konsentrat ini
diantaranya Ba, Sr, dan Mg dalam struktur skeletalnya.
Pada batuan

karbonat secara umum komposisi mineral utamanya adalah

aragonite. Aragonit ini akan berubah menjadi kalsit dan dolomit. Kalsit (CaCO3) juga
mengandung magnesium dalam formulanya. Pada kristal rombohedral kalsit kalsium
dapat diganti oleh magnesium yang mampu mempertahankan struktur yang sama
ketika kalsium ini larut dalam air untuk membentuk polimorf dolomit. Ion magnesium
dan ion kalsium ini mempunyai ukuran yang sama. Maka, kita mengenal istilah lowmagnesium calcite (atau disebut kalsit) nilai MgCO3nya kurang dari 4% dan high
magnesian calcite mengandung MgCO3 lebih dari 4%. Kandungan kalsit yang tinggi
ini menjadikan batugamping berubah menjadi dolomit. Dikenal juga istilah
stoichiometric dolomite, merupakan jenis dolomite dengan perbandingan mol massa
Mg dan Ca dalam dolomite 50% dan susunan ionnya teratur, beberapa sumber lain
menyebutkan bahwa suhu yang tinggi (mencapai 100 deg/C) mampu mempercepat
pertukaran ion Mg dan Ca dalam struktur yang teratur maka produknya disebut
stoichiometric dolomit tadi.
Mineralogi dan kimia dari sedimen karbonat dapat secara kuat dipengaruhi
oleh komposisi fosil organisme kalkareous yang hadir, sebagai contoh, banyak
moluska seperti pelecypoda, gastropoda, pteropoda, chotons, dan chepalopoda, alga
hijau, stromatoporoid, scleractinian corals, dan annelida (skeletal grain semua)
membentuk cangkang aragonit. Echinoid, crinoid, foram bentik, dan corallin alga
merah secara umum kaya akan magnesium kalsit. Beberapa organisme lain yang

mensekresi karbonat seperti foram planktonik, coccolith, dan brachiopoda, memiliki


low-magnesian calcite pada cangkangnya.
2.4 Klasifikasi Batuan Karbonat
Adapun beberapa klasifikasi yang digunakan pada batuan karbonat diantaranya
klasifikasi menurut Dunham (1962) dan Embry & Klovan (1971) serta klasifikasi
menurut Folk.
a. Klasifikasi Dunham (1962) dan Embry & Klovan (1971)
Klasifikasi Dunham (1962), klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi
dari batugamping, karena menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional
merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil
Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).
Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau
grain supported bila dibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas
dalam

klasifikasi

didasarkan

pada

perbandingan

kandungan

lumpur.

Dari

perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama nama


tersebut dapat dikombinasikan dengan jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping
dengan kandungan beberapa butir (<10%) di dalam matriks lumpur karbonat disebut
mudstone dan bila mudstone tersebut mengandung butiran yang tidak saling
bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya apabila antar butirannya saling
bersinggungan disebut packstone atau grainstone. Packstone mempunyai tekstur grain
supported dan punya matriks mud. Dunham punya istilah Boundstone untuk
batugamping

dengan

fabrik

yang

mengindikasikan

asal-usul

komponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi.

komponen

Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya


tidak perlu menentukan jenis butiran dengan detail karena tidak menentukan dasar
nama batuan. Kesulitannya adalah di dalam sayatan petrografi, fabrik yang jadi dasar
klasifikasi kadang tidak selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi
kenampakan 2 dimensi, oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk 3
dimensi batuannya agar tidak salah tafsir. Pada klasifikasi Dunham (1962) istilahistilah yang muncul adalah grain dan mud. Nama-nama yang dipakai oleh Dunham
berdasarkan atas hubungan antara butir seperti mudstone, packstone, grainstone,
wackestone dan sebagainya. Istilah sparit digunakan dalam Folk (1959) dan Dunham
(1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai semen dan sama-sama berasal dari
presipitasi kimia tetapi arti waktu pembentukannya berbeda.
Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses
deposisi sebagai pengisi pori-pori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir
setelah butiran ternedapkan. Bila kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka
butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat mengisi grain. Peristiwa ini disebut post
early diagenesis. Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi
adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud supported diinterpretasikan terbentuk
pada energi rendah karena Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk
pada lingkungan berarus tenang. Sebaliknya grain supported hanya terbentuk pada
lingkungan dengan energi gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang
dapat mengendap.

Klasifikasi Dunham (1962)

Klasifikasi Embry & Klovan (1971)


b. Klasifikasi Folk (1958)
Folk membuat klasifikasi berdasarkan apa yang dilihatnya melalui mikroskop
atau lebih bersifat deskriptif, sedangkan Dunham lebih melihat batuan karbonat dari

aspek

deskriptif

dan genesis,

sehingga

dalam

klasifikasinya

tidak

hanya

mempertimbangkan kenampakan dibawah mikroskop tetapi juga kenampakan


lapangan (field observation).
Klasifikasi Folk menuntun kita untuk mendeskripsi batuan karbonat tentang
apa yang dilihat dan hanya sedikit untuk dapat menginterpretasikan apa yang
dideskripsi tersebut. Sebenarnya batuan karbonat merupakan batuan yang mudah
mengalami perubahan (diagenesis) oleh karena itu studi tentang batuan karbonat tidak
akan memberikan hasil yang maksimal jika maksimal jika tidak mengetahui proses
proses yang terjadi pada saat dan setelah batuan tersebut terbentuk.
Kelemahan klasifikasi Folk tersebut diperbaiki oleh Dunham dan membuat
klasifikasi baru dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Kelebihan klasifikasi
Dunham (1962) adalah adanya perpaduan antara deskriptif dan genetik dalam
pengklasifikasian batuan karbonat.

Klasifikasi Folk (1958)

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan beberapa point, diantaranya :
1.

Sampel pertama tersusun atas komponen penyusun yang terdiri dari grain
(berupa peloid) dan mud (berupa mikrit dan sparit). Sampel kedua tersusun
atas komponen penyusun yang terdiri dari grain (berupa mineral kalsit) dan
mud (berupa mikrit dan sparit). Sedangkan pada sampel ketiga tersusun atas
komponen penyusun yang terdiri dari grain (berupa ooid, pisoid, dan peloid)
dan mud (berupa sparit).

2.

Dilihat dari kandungan mineral yang dimiliki pada masing masing sayatan
batuan dapat disimpulkan bahwa nama batuan dari sampel pertama adalah
Mudstone. Sampel kedua adalah Wackestone. Sedangkan sampel ketiga
adalah Grainstone.

4.2 Saran
4.2.1. Untuk Asisten
Untuk menjelaskan lebih rinci lagi agar praktikan dapat lebih mengetahui
tentang batuan sedimen non karbonat.
4.2.2. Untuk Laboratorium
Untuk laboratorium diharapkan mikroskop serta sampel sayatan tipis batuan
yang terdapat pada laboratorium petrografi bisa lebih di perbanyak lagi agar

memudahkan praktikan dalam menjalankan praktikum serta agar mikroskop yang


rusak atau kurang bagus sebaiknya diperbaiki agar tidak mengganggu sewaktu
praktikan sedang mengamat.

DAFTAR PUSTAKA

Irfan, Ulva Ria. 2014. Penuntun Praktikum Mineral Optik. Makassar: Universitas
Hasanuddin Makassar.
Tim Asistensi Laboratorium Petrografi. 2014. Penuntun Petrografi. Makassar :
Universitas Hasanuddin Makassar.
Matthews III, Wiliam H., 1967, Geology Made Simple, Made Simple Books,
Doubleday & Company, Inc., Garden City, New York.
Pirrson, Louis V, 1957, Rocks and Rock Mineral, John Wiley & Sons, Inc., New
York.
Purbo H,. MM, 1994, Kamus Kebumian, PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta.
http://mandeleyev-rapuan.blogspot.com/2012/10/batuan-karbonat.html,

pada

hari

Jumat 17 Oktober 2014 Pukul 20.18 WITA


http://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-sedimen/,
pada Jumat 17 Oktober 2014 Pukul 20.44 WITA

diakses

Anda mungkin juga menyukai