Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

SUMBER DALIL-DALIL HUKUM ISLAM (III)


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah ushul fiqih
Dosen pengampu: H. Fakhrudin Aziz, Lc., PgD., MSI

Disusun oleh :
Mila Wardani (1404046023)

FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014

BAB I
I.

PENDAHULUAN
Tidak diragukan lagi bahwa Syariat Islam adalah penutup semua risalah samawiyah, yang
membawa petunjuk dan tuntunan Allah Swt untuk ummat manusia dalam wujudnya yang
lengkap dan final. Itulah sebabnya, dengan posisi seperti ini, maka Allah pun
mewujudkan format Syariat Islam sebagai syariat yang abadi dan komperhensif.
Dan jika kita berbicara tentang ijtihad, maka sisi rayu (logika-logika yang benar) adalah
hal yang tidak dapat dilepaskan darinya. Karena itu, dalam Ushul Fiqih sebuah ilmu yang
mengatur proses ijtihad dikenallah beberapa landasan penetapan hukum yang
berlandaskan pada penggunaan kemampuan rayu para fuqaha. Dan diantaranya adalah
istishhab dan urf yang akan dibahas dan diuraikan secara singkat dalam makalah ini.

II.

Rumusan masalah
1. Apa pengertian Istishab ?
2. Apa macam-macam Istishab ?
3. Apa dasar hukum Istishab?
4. Apa pngertian Urf?
5. Apa macam-macam Urf?
6. Apa dasar hukum Urf?
7. Apa syarat Urf yang bisa diterima oleh hukum islam ?
8. Apa kaidah-kaidah yang berhubungan dengan Urf?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Istishab
Istishab menurut bahasa mencari sesuatu yang ada hubungannya
sedangkan menurut istilah ulama ushul ialah tetap berpegang kepada hukum
yang telah ada dari suatu peristiwa atau kejadian sampai ada dalil yang mengubah
hukum tersebut.
Sedangkan menurut Ibnu Qayyim, istishab ialah menyatakan tetap
berlakunya hukum yang telah ada dari suatu peristiwa. Sedangkan menurut Assyathibi, Istishab ialah segala ketetapan yang telah ditetapkan pada masa lampau
dinyataka tetap berlaku pada masa sekarang.
Dari pendapat para ulama tersebut dapat disimpulkan bahwa Istishab itu
segala hukum yang telah ditetapkan pada masa yang lalu, dinyatakan tetap
berlaku pada masa sekarang, kecuali kalau ada dalil yang mengubahnya 1.

B. Macam-macam Istishab
a. Istishab al-baraat al-Ashliyyah seperti terlepasnya tanggung jawab dari
segala taklif sampai ada bukti yang menetapkan takliefnya. Seperti anak
kecil hingga datang balignya
b. Istishab yang ditunjuki oleh akal atau syara atas tetapanya. Apabila
sesorang dalam keadaan suci, maka ia dihukum tetap suci, sehingga ada
dalil yang menunjukkan atas batalnya.
c.

Istishab hukum seperti sesuatu telah ditetapkan mubah atau haramnya


maka sesuatu itu akan terus berlangsung seperti itu hukumnya sampai ada
dalil yang mengharamkan yang asalnya mubah dan sebaliknya.

d.

Istishhab washaf dipahami dengan menetapkan sifat asal pada sesuatu,


seperti tetapnya sifat hidup bagi orang hilang sehingga ada dalil yang
menunjukan bahwa dia telah meninggal.2

Muin Umar, Asymuni A. Rahman, Tolchah Mansoer, Ushul Fiqh I, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Departemen Agama, Jakarta, 1986, hlm155.

Dasar hukum Istishab


Istishab itu bukanlah suatu cara menetapkan hukum (thuruqul isthimbath),
tetapi ia pada hakikatnya adalah menguatkan atau menyatakan tetap berlakunya
suatu hukum yang pernah ditetapkan karena tidak ada yang mengubah atau yang
mengecualikannya. Pernyataan ini sangat diperlukan, untuk menjaga jangan
sampai terjadi penetapan hukum yang berlawanan antara yang satu dengan yang
lain3.
C. Pengertian Urf
Kata urf berasal dari kata arafa, yarifu sering diartikan dengan almaruf dengan arti sesuatu yang dikenal. Pengertian dikenal ini lebih dekat
kepada pengertian diakui oleh orang lain.
Sedangkan kata adat berasal dari bahasa arab dari akar kata : ada, yaudu
mengandung arti takror (perulangan). Karena itu, sesuatu yang dilakukan satu
kali, dua kali belum dikatakan sebagai adat.
Kata urf pengertiannya tidak dilihat dari segi berulang kalinya suatu
perbuatan dilakukan, tetapi dari segi bahwa perbuatan tersebut sudah lama dikenal
dan diakui oleh orang banyak.
Urf adalah segala sesuatu yang sudah dikenal oleh manusia karena telah
menjadi kebiasaan atau tradisi baik bersifat perkataan, perbuatan atau dalam
kaitannya dengan meninggalkan perbuatan tertentu4
Sekalipun dalam pngertian istilah tidak ada perbedaan antara Urf dan adat
tapi dalam pemahaman biasa Urf lebih umum dibanding dengan adat, karena adat
disamping telah dikenal oleh masyarakt , juga telah biasa dikerjakan di kalangan
mereka, seakan-akan telah merupakan huklum tertulis, sehingga ada sanksi-sanksi
untuk pelanggarnya5.

Djazuli, Ilmu Fiqh, Prenada Media Group, Jakarta, 2005, hlm 92.
Muin Umar, Asymuni A. Rahman, Tolchah Mansoer, Ushul Fiqh I, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Departemen Agama, Jakarta, 1986, hlm156.
4
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Study Hukum Islam, Surabaya, 2011, hlm 268.
5
Muin Umar, Asymuni A. Rahman, Tolchah Mansoer, Ushul Fiqh I, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Departemen Agama, Jakarta, 1986, hlm 150.
3

D. macam-macam Urf
a. Ditinjau dari segi sifatnya :
1) Urf qauli, ialah urf yang berupa perkataan, sepperti perkataan
walad (anak) meliputi anak laki-laki dan prempuan .tetapi dalam
percakapan sehari-hari diartikan anak laki-laki saja . lahmun
(daging) mliputi segala daging , seperti daging binatang darat dan
laut .Tetapi dalam percakapan sehari-hari hanya berarti daging
binatang darat saja , tidak termasuk di dalam nya sebagai binatang
air(ikan).
2) Urf amali, berupa urf perbuatan. Seperti kegiatan jual beli dalam
mayarakat tidak mengucapkan shighat akad jual beli. Padahal
menurut syara: shighat jual beli merupakan suatu rukun jual beli.
Tetapi karna sudah terbiasa di kalangan masyarakat tanpa sihighat
maka tidak terjadi hal yang tidak di inginkan, maka syara
membolehkannya.
b. Ditinjau dari segi ditrima atau tidaknya urf, terbagi menjadi 2:
1) urf sahih , urf yang baik dan dapat di trima oleh syara; seperti
bertunangan sebelum melakukan akad nikah.dipandang baik oleh
masyarakat dan tidak bertentangan dengan syara
2) urf fasid, urf yang tidak baik dan tidak dapat di trima oleh syara
dikarnakan bertentangan. Seperti diadakan sembah sesajin buat
patung yng terbilang keramat. Hal ini tidak dapat di trima oleh
ilmu tauhid yang diajarkan oleh islam6.
E. Dasar hukum Urf
Para ulama sepakat bahwa Urf shahih dapat dijadikan dasar hujjah selama
tidak bertentangan dengan syara. Ulama malikiyah terkenal dengan pernyataan
mereka bahwa amal ulama madinah dapat dijadikan hujjah, demikian pula ulama

Muin Umar, Asymuni A. Rahman, Tolchah Mansoer, Ushul Fiqh I, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Departemen Agama, Jakarta, 1986, hlm 151.

Hanafiyah menyatakan bahwa pendapat ulama Kufah dapat dijadikan dasar


hujjah. Imam syafiI terkenal dengan qaul qodim dan qoul jadidnya. Ada suatu
kejadian tetapi beliau menetapkan hukum yang berbedapada waktu beliau masih
berada di Makkah (qaul qodim) dengan setelah beliau berada di Mesir (qoul
jadid). Hal ini menunjukkan bahwa ketiga madzab itu berhujjah menggunakan
Urf yang shahih7.
F. Syarat-syarat Urf yang bisa diterima oleh hukum Islam
a. Tidak ada dalil yang khusus untuk kasus tersebut baik dalam Al-Quran
atau Sunnah.
b. Pemakaiannya

tidak

mengakibatkan

dikesampingkannya

nash

syariahtermasuk juga tidak mengakibatkan kemasfadatan, kesempitan,


dan kesulitan.
c. Telah berlaku secara umum dalam arti bukan hanya yang biasa dilakukan
oleh beberapa orang saja8.
G. Kaidah-kaidah yang berhubungan dengan Urf
Diantara qaidah-qaidah fiqhiyah yang berhubungan dengan Urf

Artinya : adat kebiadaan itu dapat ditetapkan sebagai hukum.

Artinya : perbuatan manusia yang telah tetap dikerjakannya wajib beramal


dengannya.

Artinya : tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan hukum (berhubungan) dengan


perubahan masa9.

Muin Umar, Asymuni A. Rahman, Tolchah Mansoer, Ushul Fiqh I, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Departemen Agama, Jakarta, 1986, hlm152.
8
Djazuli, Ilmu Fiqh, Prenada Media Group, Jakarta, 2005, hlm 89.
9
Muin Umar, Asymuni A. Rahman, Tolchah Mansoer, Ushul Fiqh I, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Departemen Agama, Jakarta, 1986, hlm153.

BAB III
Kesimpulan
Istishab adalah segala hukum yang telah ditetapkan pada masa yang lalu,
dinyatakan tetap berlaku pada masa sekarang, kecuali kalau ada dalil yang
mengubahnya.
Urf adalah segala sesuatu yang sudah dikenal oleh manusia karena telah menjadi
kebiasaan atau tradisi baik bersifat perkataan, perbuatan atau dalam kaitannya
dengan meninggalkan perbuatan tertentu.
Penutup
Demikianlah makalah ini, semoga bermanfaat dan dapat diambil pelajarannya untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Saran dan kritik sangat kami perlukan karna
makalah ini jauh dari kesempurnaan. Mohon maaf atas segala kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai