Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan
kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. Mungkin
leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita ginekologik; adanya
gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya.
Dapat dibedakan leukorea fisiologik dan patologik. Leukorea fisiologik terdiri atas
cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit
yang jarang, sedang pada leukorea patologik terdapat leukosit yang banyak.
Penyebab paling penting dari leukorea patologik adalah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak keuning-kuningan sampai hijau, seringkali
lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, servik dan kavum uteri dapat menimbulkan
leukorea patologik, pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. Selanjutnya leukorea
ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor itu dengan permukaannya untuk
sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat genital.

EPIDEMIOLOGI
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang
mengalami flour albus bervariasi antara 1 15% dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas
seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua
umur. Seringkali fluor albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan
indikasi dari servisitis tetapi kadang kedua-duanya muncul bersamaan. Infeksi yang sering
menyebabkan vaginitis adalah Trikomoniasis, Vaginosis bakterial, dan Kandidiasis. Sering
penyebab noninfeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia.
Servisitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Klamidia.
Leukorea fisiologik ditemukan pada:
a.

Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; disini sebabnya adalah pengaruh

estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

b.

Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; leukorea disini

hilang sendiri.
c.

Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh

pengeluaran transudasi dari dinding vagina.


d.

Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar servik uteri menjadi lebih

encer.
e.

Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar servik uteri juga bertambah pada wanita dengan

penyakit menahun, dengan neurosis, pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.

PATOGENESIS
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa
dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai
suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret
vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina
mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mukus serviks, yang akan
bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara
Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil
metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik
terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen,
lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang
rendah sampai 3,8 4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesteron
menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi
pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh
bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu
mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat
merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada
vaginosis bakterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen
peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan

memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang


normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin,
yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga
merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bakterial.
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis,
anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan
umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan
pembersih vagina, disinfektan yang kuat.

ETIOLOGI
Tiga jenis discharge vagina yang umumnya bersifat iritasi patologik disebabkan oleh:
- Trikomonas
Trikomoniasis vaginalis adalah parasit dengan panjang flagela 20 mikrometer. Berukuran
sedikit lebih besar daripada leukosit. Sekali masuk dalam vagina, parasit ini akan
berlindung pada dasar kripta epitel vagina yang menyerupai beludru. Karena didapati pada
vagina wanita tanpa menimbulkan gejala, nampaknya parasit ini akan berubah menjadi
patogen pada keadaan-keadaan tertentu, yang meningkatkan pH sampai 5,5 atau lebih.
Keadaan-keadaan ini tidak diketahui. Penyakit ini sudah ditularkan melalui hubungan
seksual. Trikomoniasis dapat menimbulkan infeksi pada uretra laki-laki tanpa gejala.
Penyakit ini juga dapat menginfeksi wanita yang belum pernah melakukan hubungan
seksual.
- Kandidosis
Candida spp dapat menimbulkan infeksi terhadap sel epitel, terutama pada stadium
generasi fungi ini, ketika membentuk spora dan benang panjang (hifa). Parasit ini dapat
bersifat dorman dalam sel epitel vagina hingga lingkungan memungkinkan terjadinya
germinasi. Candida spp juga menginfeksi kulit vulva, regio anogenital, mulut dan traktus
intestinal. Jika keasaman vagina berkurang, pertumbuhannya akan meningkat, seperti pada
wanita diabetes dan wanita yang mendapat antibiotik atau kortikosteroid.
- Vaginosis Bakterialis
Keadaan ini diyakini adanya maldistribusi populasi bakteri yang mengganggu flora normal
vagina. Laktobasilus berkurang jumlahnya, sedangkan spesies yang meningkat jumlahnya

merupakan bakteri anaerob, interaksi terjadi antara kuman vagina normal, Gardnella
vaginalis dan bakteri anaerob vagina.

KLASIFIKASI
1.Vulva
Vulvitis adalah radang yang terjadi pada vulva meliputi mons veneris, labia mayora,
labia minora, klitoris vestibulum dengan orifisisum urethra eksternum, glandula bartholini
dan glandula paraurethralis.gejala dapt berupa membengkak, merah, agak nyeri kadang
disertai gatal. Vulvitis dapat bersifat local, timbul bersama atau sebagai akibat vaginitis dan
permulaan atau menifestasi penyakit umum,.
a. Bartholinitis
Terjadi peradangan pada glandula bartholini, seringkali disebakan oleh kuman
gonorhoe, streptococcus atau basil koli. Pada bartholinitis akut kelenjar membesar, merah,
nyeri dan lebih panas dari daerah sekitar. Isi cepat menjadi nanah, keluar melalui duktus, jika
duktus tersumbat, terkumpul menjadi abses sampai sebesar telur bebek. Jika abses belum
terjadi dapat diberikan antibiotic, jika bernanah maka harus dikeluarkan dapat dengan
sayatan. Bartholinitis jika terjadi berulang-ulang maka dapat menjadi kista bartholini.
Keluhan pada kista bartholini biasanya dirasakan sebagai benda berat dan dapat
menimbulkan kesulitan pada waktu koitus. Jika membesar dapat dilakukan tindakan
pembedahan berupa ekstirpasi dan marsupialisasi.
b. Herpes genitalis.
Disebabkan oleh tipe 2 herpes virus hominis. Herpes genitalis umumnya dianggap
sebagai akibat hubungan seksuaal dan terjadi dalam 3-7 hari sesudah koitus. Gejalanya
tampak radang, edema dan vesikel yang biasanya berlokasi pada labia minora., bagian dalam
labia mayora, dan preputium klitoridis. Keluhan berupa panas dan gatal, dapat timbul infeksi
sekunder karena sering digaruk, kadang tampak ulkus kecil dan dangkal.dapat timbul pada
vagina dan servik uteri yang menyebakan leukorea, perdarahan dan disuria. Dengan
pengobatan simptomatis dapat sembuh sendiri, atau dapat rekativasi kembali dan berperan
dalam timbulnya servisitis uteri. Diagnosis dapat dibuat dengan biakan pada luka-luka di
vulva, vagian atau servik dan dengan tes serologic. Terpai biasanya bersifat simptomatis
dengan obat mengrangi rasa nyeri dan gatal, mengeringkan daerah infeksi.

c. Kondiloma akuminatum
Berbentuk seperti kembang kol, ditengahnya jaringan ikat dan ditutup terutama
dibagian atas oleh epitel dengan keratosis.. Lokasi terdapat pada vulva, perineum, daerah
perianal, vagina dan servik uteri. Sering disebabkan oleh suatu jenis virus yang mirip dengan
penyebab veruka vulgaris. Kondiloma akuminata yang kecil dapat disembuhkan dengan
larutan podofilin 10 % dalam gliserin atau alcohol., pada yang luas terapi dengan
pembedahan atau keuterisasi.

2. Vagina
Flora vagina terdiri atas banyak jenis kuman, yaitu

basil doderlein, streptococcus,

stafilokokkus, difteroid yang berfungsi menjadikan vagina dalam keadaan asam dan
memperkuat pertahanan vagina. Jika simbiosis ini tergganggu maka terjadi vaginitis non
spesifik. Vaginitis adalah salah satu peradangan atau infeksi pada lapisan vagina .
Penyebabnya bisa berupa:
- Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)
- Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan pemakai
antibiotic
- Zat atau benda yang bersifat iritatif
- Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penu
- Protozoa (misalnya trichomonas vaginalis)
- Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes)tup serviks dan spons
- Sabun cuci dan pelembut pakaian
- Deodoran
- Zat di dalam air mandi
- Pembilas vagina
- Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap keringat
- Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
- Terapi penyinaran obat-obatan

- Perubahan hormonal
Gejala yang paling sering ditemukan pada vaginitis adalah keluarnya cairan abnormal
dari vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau
disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan
cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam. misalnya bisa seperti keju, atau kuning
kehijauan atau kemerahan. Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan
berwarna putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan
hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin menyengat
karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh.
Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi.
a. Trikominiasis
Vulvovaginitis disebabkan trikomonas vaginalis adalah sebuah parasit dengan flagella yang
bergerak sangat aktif. Penularan yang sering ialah dengan jalan koitus. Vaginitis
trikominiasis menyebabkan leukore yang encer sampai kental, Kekuning-kuningan dan agak
berbau. Biasanya pasien mengeluhkan rasa gatal dan terbakar, selain itu keluhan uretritis
ringan seperti disuria dan poliuria. Diagnosa yaitu ditemukannya parasit ditengah-tengah
leukosit pada sediaan yang diambil dari sekret dinding vagina.Metronidazole merupakan
pilihan pertama pada penyakit ini, Obat pervaginam dapat kita gunakan

Suppositoria flagyl

Suppositoria atau krem AVC

Suppositoria tricofurom

Selain itu suami juga diberikan metronidazole, menghindari infeksi berulang, dan ping pong
phenomen.

b. Kandidiasis
Disebabkan oleh

infeksi dengan kandida albikans atau jamur gram (+) yang

ditemukan dalam mulut, daerah perianal & vagina Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal
sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa
kasar. Pada dinding sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih, jika diangkat
meninggalkan bekas yang afak berdarah. Dari vagina keluar cairan kental seperti keju. Infeksi

ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi
antibiotik. Kandidiasis ini dapat menyebabkan vaginitis pada :
wanita hamil
wanita yang minum pil kontrasepsi hormonal
wanita yang dengan therapy antibiotika berspektrum luas
wanita penderita diabetes
wanita dengan kesehatan menurun
Diagnosa dengan cara pemeriksaan seperti pada trikomoniasi terlihat jamur ditengah-tengah
leukosit, dengan apusan gelas objek dicat dengan cara gram, selain itu dapat dilakukan
dengan pembiakan jamur. Terapi dapat digunakan:
Nystatin memberikan hasil yang baik atau dapat digunakan tablet mycostatin pervaginam
Chlorodanoin , Salep pervaginam
Niconazole

c. Hemofilus Vaginalis Vaginitis


Vaginitis ini disebabkan oleh basil gram negative yaitu hemofilus vaginalis. Gejala
berupa leukore putih bersemu kelabu, kadang kekuning-kuningan dengan bau tidak sedap.
Ditularkan melalui hubungan seksual. Diagnosis dengan pemeriksaan sama dengan
trikomonas vaginalis dimana ditemukannya beberapa kelompok basil dengan leukosit yang
tidak seberapa banyak dan banyak sel-sel epitel dengan permukaan berbintik-bintik yang
lebih dikenal dengan nama clue cell. Therapi diberikan untuk suami istri yaitu Ampisilin 2 gr
sehari 5 hari atau tetrasiklin, untuk istri juga diberikan sulfrin triple sulfa krem.
Secara umum diagnosis vaginitis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan
fisik dan karakteristik cairan yang keluar dari vagina. Contoh cairan juga diperiksa dengan
mikroskop dan dibiakkan untuk mengetahui organisme penyebabnya. Untuk mengetahui
adanya keganasan, dilakukan pemeriksaan pap smear. Jika cairan yang keluar dari vagina
normal, kadang pembilasan dengan air bisa membantu mengurangi jumlah cairan.
Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai dengan
penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-

virus, tergantung kepada organisme penyebabnya. Untuk mengendalikan gejalanya bisa


dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak
boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya
peradangan panggul. Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra)
menjadi menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari. Selain
antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan vagina lebih
asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri. Pada infeksi menular seksual, untuk
mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual diobati pada saat yang sama.
Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen. Estrogen bisa
diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva
dan vagina. Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak
terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya terbuat
dari katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sabun gliserin). Untuk
mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin pada vulva atau
berendam dalam air dingin. Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh
infeksi bisa dioleskan krim atau salep corticosteroid dan antihistamin per-oral (tablet). Untuk
mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
3. Servik uteri
Servik uteri berfungsi sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman-kuman kedalam
genitalia interna. Servisitis adalah peradangan pada servik . Radang pada servik uteri bisa
terdapat pada porsio uteri diluar ostium uteri eksternum dan atau pada endoservik uteri. Pada
beberapa penyakit kelamin seperti gonorrhoe, sifilis, ulkus mole, dan granuloma inguinale
dan pada tuberkulosis dapat ditemukan radang pada servik. Servisitis disebabkan oleh
Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae, Trichomonas vaginalis, herpes simplex virus
(HSV) dan human papilloma virus (HPV). Servisitis non infeksi mungkin disebabkan oleh
trauma lokal, radiasi atau keganasan. Penyebab infeksi lebih sering ditemukan daripada non
infeksi, dan biasanya penyebab infeksi ditularkan melalui hubungan seksual. Servisitis pada
wanita hamil dapat berakibat keguguran, kelahiran prematur, infeksi pada bayi melalui
persalinan yang nantinya dapat menyebabkan pneumonia, infeksi mata yang berat hingga
kebutaan.
Gejala yang pertama kali muncul pada servisitis adalah leukorea yang terjadi setelah
berakhirnya siklus menstruasi. Tanda yang lain adalah pendarahan, gatal, iritasi pada daerah

genital luar, nyeri pada saat berhubungan seksual, rasa terbakar saat buang air kecil dan nyeri
punggung, nyeri abdomen dan kadang dapat menyebabkan demam dan mual.
Servisitis ditegakkan berdasarkan ditemukannya duh tubuh/cairan keputihan dari
vagina atau mulut rahim, atau ditemukannya diplococci intraseluler atau ditemukannya lebih
dari 5 sel darah putih pada pemeriksaan mikroskopik sediaan apus endoserviks dengan
pengecatan methylene blue. Peradangan pada servik dapat diobati dengan Ciprofloxacin 500
mg dosis tunggal dan Doxycycline 100 mg dua kali sehari selama 7 hari.

4. Salphingitis
Salphingitis adalah infeksi dan peradangan pada tuba falopi. Radang pada tuba falopii
ini kebanyakan terjadi karena infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini
juga dapat terjadi dari ekstra vaginal melalui hematogen, limfogen atau menjalar dari tuba
yang satunya dan jaringan sekitarnya. Beberapa teori yang mengatakan biopsi
endometrium,kuret dan histeroskopi menghancurkan pertahanan serviks , sehingga
memudahkan untuk terjadinya infeksi ini. Faktor ini akan memudahkan

Neisserria

gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis untuk menyebabkan infeksi. . Dalam kasus yang
ringan salpingitis asimptomatik yaitu terdapatnya gangguan pada tuba fallopii tapi pasien
tidak menyadari kalau menderita infeksi.
Gejala salphingitis biasanya timbul sesudah siklus menstruasi, berupa
Leukorea yang berbau
Dismenorea
Nyeri saat ovulasi
Nyeri saat berhubungan seksual
Nyeri pada punggung
Nyeri perut
Demam
Mual dan muntah

Bakteri penyebab salpingitis

: N. Gonorrhoeae, C. Trachomatis, Mycoplasma,

Staphylococcus, Streptococcus . Selain itu salphingitis juga dapat disebabkan oleh gabungan
beberapa infeksi dari kuman-kuman seperti:
Ureaplasma urealyticum
Bakteri aerob dan anaerob.
Salphingitis terdiri atas 2 tipe yaitu

salpingitis akut dan salpingitis kronis.

Salphingitis akut memberikan gambaran tuba falopii menjadi merah dan bengkak. Sehingga
dapat menyebabkan sumbatan pada tuba. Pada salphingitis kronik gejala lebih ringan,
biasanya muncul setelah serangan akut salphingitis, kronik salphingitis pada keadaan lanjut
dapat menjadi hidrosalphing, piosalphing, salphingitis intertitialis kronik, kista tubo ovarial,
abses tubo ovarial, abses ovarial, dan salphingitis tuberkulosa, hal ini menyebabkan
salpingitis merupakan salah satu penyebab dari infertilitas.
Salphingitis ditegakkan dengan pemeriksaan pelvis, test darah dan analisa swab
cairan. Biasanya salphingitis diobati dengan antibiotik. Tujuan pengobatan untuk mengobati
penyakit dengan segera dan meminimalisasi komplikasi yang akan terjadi. Sebelum diberi
terapi,dilakukan cultur darah untuk sensitiviti test dan diberikan secara intra vena jika
contohnya cefoxitin 2 gr/6 jam dengan doxycyclin 100 mg/12 jam peroral. Dosis inisial
diberikan doxycyclin 100 mg/12 jam peroral dengan metronidazol 400 mg/12 jam peroral
selama 14 haridapat mengatasi penyakit gonorrhoe dan infeksi chlamydia. Jika tidak berhasil
berikan Ofloxacin 400 mg/12 jam peroral dan metronidazol 400 mg/12 jam selama 14 hari.

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS
Nama

: Ny. Nailis

Nama suami

: M. Nurdin

Umur

: 48 tahun

Umur

: 50 tahun

Pendidikan

: Tamat SLTA

Pendidikan

: Tamat SLTP

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pekerjaan

: Swasta

Suku

: Minang

Suku

: Minang

Status

: Menikah

Alamat

: Belimbing

Alamat

: Jl. Belimbing

ANAMNESIS
Seorang pasien wanita umur

48 tahun datang ke poliklinik Kebidanan RSUP Dr.

M.Djamil Padang pada tanggal 27 Maret 2012 pukul 09.00 WIB dengan :
Keluhan utama

: Keputihan sejak lebih kurang 5 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :


-

Keputihan sejak lebih kurang 5 bulan yang lalu, disertai dengan rasa gatal,
keputihan menumpuk dicelana dalam, cairan keputihan berwarna jernih, tidak
berbau, tidak disertai darah.

Nyeri pada ari ari sejak keputihan

Nyeri saat buang air kecil (-), buang air kecil sedikit- sedikit tapi sering (-) , rasa
tidak puas setelah buang air kecil (-)

Buang air kecil, warna dan jumlah dalam batas normal

Demam (-)

Nyeri saat berhubungan seksual (-), keluar darah saat berhubungan seksual (-).

Perdarahan diluar siklus haid (-)

Riwayat trauma dikemaluan (-), riwayat memasukkan benda asing ke dalam


kemaluan (-)

Riwayat bengkak diperut (-)

Riwayat penurunan berat badan dalam beberapa bulan terakhir (-)

Jumlah dan konsistensinya biasa.

Riwayat kebersihan diri, mandi 2x sehari, mengganti celana dalam 2x sehari

Menggunakan obat- obatan dalam jangka lama (-)

Riwayat menggunakan celana ketat (-)

Pasien sudah pernah berobat ke puskesmas tapi tidak ada perbaikan

Riwayat menstruasi : Menarche 13 tahun, siklus teratur 1x sebulan, lamanya 5-7


hari , banyaknya 2-3 kali ganti duk/ hari, nyeri haid (-), HPHT : 2 tahun yang lalu.

Riwayat perkawinan :
1x.menikah tahun 1980, saat itu pasien berusia 24 tahun.
Riwayat hamil / abortus / persalinan :
Anak pasien 6 orang, usia anak terkecil 21 tahun
Riwayat kontrasepsi :
Pil KB pada tahun 1995 selama 1 bulan, berhenti karena pasien perdarahan terus.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, keganasan, alergi
dan hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular, keturunan,
kejiwaan,hipertensi ,DM , keganasan. Dan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
keluhan yang sama.
Riwayat operasi sebelumnya tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Sedang

Gizi

: Sedang

Kesadaran

: CMC

Tinggi Badan : 160 cm

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Berat Badan

Nadi

: 84 x/menit

Pernafasan

: 18 x/menit

Suhu

: 36,7oC

: 60 kg

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher

: JVP 5 2 cmH2O, tyroid tidak membesar

Thorak

: Cor dan Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: Status ginekologis

Genitalia

: Status ginekologis

Ekstremitas

: Edema ( -/- ), Reflek fisiologis ( +/+), Reflek patologis ( -/-)

Status Ginekologikus :
Abdomen
Inspeksi

: tidak membuncit

Palpasi

: Tidak teraba massa, NT (-), NL (-), DM (-)

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: BU (+) normal

Genitalia
Inspeksi

: V/U tenang, perdarahan pervaginam (-)

Inspekulo

- Vagina : Tumor (-), laserasi (-), fluksus (+), tampak cairan keputihan
menumpuk di forniks posterior.
- Porsio : Multipara, ukuran sebesar jempol kaki orang dewasa, tumor (-),
laserasi (-), fluksus (-), OUE tertutup, sonde 8 cm, antefleksi

VT bimanual :
- Vagina : Tumor (-)
-

Porsio : Multipara ukuran sebesar jempol kaki dewasa, tumor (-),


OUE tertutup

- CUT

: Antefleksi, ukuran sebesar telur ayam

- AP

: lemas kanan-kiri

- CD

: Tidak menonjol

Diagnosa Kerja :
Leukorea
Sikap :
- Cek darah rutin
- Swab Vagina
- Urin rutin

DISKUSI

Pada pasien diatas jenis keputihannya merupakan keputihan yang sifatnya patologis
karena sudah mencakup ciri-ciri sekret vaginanya banyak, gatal dan nyeri. Hal ini sesuai
dengan ciri-ciri flour albus yang patologis yaitu sebagai berikut
- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
- Sekret vagina yang bertambah banyak
- Rasa panas saat kencing
- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
- Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Pada pasien ini kemungkinan faktor yang dapat menimbulkan terjadinya flour albus
belum dapat dipastikan, namun kemungkinan berkaitan dengan kebersihan alat genital dan
hubungan seksual.
Dari hasil pemeriksaan fisik mengunakan spekulum pada alat genital didapatkan flour
albusnya banyak dan berwarna putih, kemudian tidak ditemukan kelainan pada organ di
vagina dan servik.
Pada kasus ini penegakan diagnosa flour albus baru dilakukan dengan anamnesa dan
pemeriksaan fisik saja, untuk memastikan etiologi flour albusnya dilakukan dengan
menggunakan swab vagina.

Bed Side Teaching (BST)

LEUKOREA

Oleh :
Frita Dwi Luhuria

07923010

Amanda Priska Diananti

0810313241

Sri Utari Saraswati

0810312079

Preceptor :
Dr. Defrin, Sp. OG (K)

Bagian Obstetri dan Ginekologi


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
RSUP Dr. M. Djamil Padang
2012

Anda mungkin juga menyukai