Toa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

Latar Belakang

Dewasa ini tuntutan pelayanan publik semakin dibutuhkan. Citra


pelayanan di sejumlah lembaga pemerintahan yang terkesan
lambat dan berbelit-belit menjadi perhatian khusus dalam
program percepatan reformasi birokrasi. Oleh karenanya,
tuntutan pelayanan publik yang cepat dan inovatif terus
diupayakan sebagai salah satu dari sembilan program
percepatan reformasi birokrasi. Isu tentang etika dalam
pelayanan publik di Indonesia kurang dibahas secara luas dan
tuntas sebagaimana terdapat di negara maju, meskipun telah
disadari bahwa salah satu kelemahan dasar dalam pelayanan
publik di Indonesia adalah masalah moralitas. Etika sering
dilihat sebagai elemen yang kurang berkaitan dengan dunia
pelayanan publik. etika merupakan salah satu elemen yang
sangat menentukan kepuasan publik yang dilayani sekaligus
keberhasilan organisasi pelayanan publik itu sendiri. Elemen ini
harus diperhatikan dalam setiap fase pelayanan publik mulai
dari penyusunan kebijakan pelayanan, desain struktur organisasi
pelayanan, sampai pada manajemen pelayanan untuk mencapai
tujuan akhir dari pelayanan tersebut.

Rumusan masalah
Bagaimakah etika pelayanan publik dalam konteks
pergeseran paradigma etika pelayanan publik, dilema
dan implikasinya bagi pelayanan publik di Indonesia?
Tujuan
Untuk mengetahui etika pelayanan publik dalam konteks
pergeseran paradigma etika pelayanan publik, dilema
dan implikasinya bagi pelayanan publik di Indonesia.
Manfaat
Diharapkan makalah ini bisa memberikan wawasan
tentang etika Pelayanan publik dan dapat menjadi
kontribusi bagi yang mebacanya.

2.1 pelayanan publik


Dwiyanto (2005:141) mengatakan pelayanan publik adalah serangkaian aktivitas
yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga
penggunanya. Oleh karena itu, pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki kegiatan
yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan
kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
Asas pelayanan publik dalam SK MENPAN No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 yaitu sebagai
berikut.
Transparansi
Akuntabilitas
Kondisional
Partisipatif
kesamaan hak
keseimbangan hak dan kewajiban
Tiga komponen utama dalam pelayanan publik, yaitu sebagai berikut.
penyelenggara pelayanan
penerima pelayanan
produk pelayanan publik

2.2 etika pelayanan publik

1.

2.

3.

Dalam dunia administrasi publik atau pelayanan publik, etika diartikan sebagai
filsafat dan profesional standards (kode etik), atau moral atau right rules of conduct
(aturan berperilaku yang benar) yang seharusnya dipatuhi oleh pemberi pelayanan
publik atau administrator publik (lihat Denhardt, 1988). Berdasarkan konsep etika
dan pelayanan publik diatas etika pelayanan publik adalah suatu praktek
administrasi publik atau pemberian pelayanan publik (public service) yang
didasarkan atas serangkaian tuntunan perilaku (rules of conduct) atau kode etik
yang mengatur hal-hal yang baik yang harus dilakukan atau sebaliknya yang tidak
baik agar dihindarkan.
Bertens mengatakan tiga arti penting etika, yaitu
sebagai nilai-nilai moral dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, atau disebut
dengan sistem nilai;
sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang sering dikenal dengan kode etik;
dan \
sebagai ilmu tentang yang baik atau buruk, yang acapkali disebut filsafat moral.

3.1 Pentingnya Etika dalam Pelayanan Publik


Dalam pemberian pelayanan publik khususnya di Indonesia, pelanggaran moral dan
etika dapat diamati mulai dari proses kebijakan publik (pengusulan program, proyek,
dan kegiatan yang tidak didasarkan atas kenyataan), desain organisasi pelayanan
publik (pengaturan struktur, formalisasi, dispersi otoritas) yang sangat biasa terhadap
kepentingan tertentu, proses manajemen pelayanan publik yang penuh rekayasa dan
kamuflase (mulai dari perencanaan teknis, pengelolaan keuangan, SDM, informasi,
dsb.), yang semuanya itu nampak dari sifat-sifat tidak transparan, tidak responsif,
tidak akuntabel, tidak adil, dsb. Dan tidak dapat disangkal, semua pelanggaran moral
dan etika ini telah diungkapkan sebagai salah satu penyebab melemahnya
pemerintahan kita. Karena itu pembenahan moral merupakan beban besar di masa
mendatang dan apabila tidak diperhatikan secara serius maka proses pembusukan
terus terjadi dan dapat berdampak pada disintegrasi bangsa.
3.2 pergeseran etika pelayanan publik
1. Model I Tahun 1940an
2. Model II tahun 1950an
3. Model III tahun 1960an
4. Model III tahun 1960an
5. Model V 1970-1980an
6. Model VI

3.3 Pendekatan dalam Etika Pelayanan Publik


1.

2.

Pendekatan teologi: pendekatan teleologi dalam etika berdasarkan apa yang baik dan buruk atau
apa yang seharusnya dilakukan oleh pejabat publik
Pendekatan deontologi: Pendekatan ini lebih mendasarkan pada prinsip-prinsip moral yang harus
ditegakkan, karena kebenaran yang ada dalam dirinya dan tidak terkait dengan akibat atau
konsekuensi dari keputusan yang diam

3.5 Dilema Etika Pelayanan Publik


1.
Etika Netralitas dan Etika Struktur
2.
Etika Absolut dan Etika Relatif
3.6 Implikasi Bagi Etika Pelayanan Publik di Indonesia
Etika pelayanan publik di indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sampai saat ini belum
teratasi dengan baik. kurangnya rasa simpati yang diberikan aparatur pemerintah dalam
memberikan pelayanan menjadi salah salah satu permasalahan yang masih terjadi di tubuh birokrasi.
Kehadiran kode etik itu sendiri lebih berfungsi sebagai alat kontrol langsung dari perilaku para
pegawai atau pejabat dalam bekerja. Dalam konteks ini, yang lebih penting adalah bahwa kode etik
itu tidak hanya sekedar ada, tetapi juga dinilai tingkat implementasinya dalam kenyataan. Pelayanan
publik merupakan salah satu aspek penting yang harus dipahami untuk meningkatkan kinerja dalam
sebuah organisasi. Agar tercipta kepuasan oleh pengguna layanan maka harus ada peningkatan
dalam memberikan Pelayanan serta memahami kebutuhan pengguna layanan. Bahkan lebih kongkrit
lagi, perbaikan praktik penyelenggaraan layanan publik semestinya menjadi agenda awal dari
reformasi birokrasi. Dalam praktek pelayanan publik saat ini di Indonesia, seharusnya kita selalu
memberi perhatian terhadap dilema di atas. dengan kata lain, para pemberi pelayanan publik harus
mempelajari norma-norma etika yang bersifat universal, karena dapat digunakan sebagai penuntun
tingkah lakunya. Akan tetapi norma-norma tersebut juga terikat situasi sehingga menerima normanorma tersebut sebaiknya tidak secara kaku. Bertindak seperti ini menunjukkan suatu kedewasaan
dalam beretika.

BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam praktek pelayanan publik saat ini di Indonesia, para pemberi pelayanan publik
harus mempelajari norma-norma etika yang bersifat universal, karena dapat digunakan
sebagai penuntun tingkah lakunya. Mendahulukan kepentingan pribadi atau golongan
tertentu dalam proses pengadaan pelayanan publik terhadap masyarakat merupakan
salah satu perbuatan yang tidak tepat dalam organisasi pemerintah hal tersebut
melanggar etika pelayanan publik. Oleh karena itu harus ada kedewasaan untk melihat
dimana kita berada dan tingkatan hirarki etika manakah yang paling tepat untuk
diterapkan. Disamping itu penerapan etika seyogyanya memperhatikan konteks atau
dimana kita bekerja atau berada. Sebagai implikasinya etika pelayanan publik di
Indonesia membutuhkan kode etik sebagai alat kontrol perilaku para pejabat dan
pegawai dalam bekerja, dibutuhkan kedewasaan dan otonomi beretika melalui dialog
menuju konsensus serta perlindungan dan insentif bagi pengadu agar terjadi
peningkatan moralitas dalam pelayanan publik. Sehingga apabila berhasil memperbaiki
penyelenggaraan pelayanan publik sehingga menjadi efisien, responsif, partisipatif dan
akuntabel maka pemerintah bukan hanya dapat memperbaiki kinerja birokrasi tetapi
juga membangun good governance. Bahkan lebih kongkrit lagi, perbaikan praktik
penyelenggaraan layanan publik semestinya menjadi agenda awal dari reformasi
birokrasi.
4.2 Saran
Pembinaan etika dan moral harus ditanamkan dan dibudayakan sejak dini dan
dilakukan secara terus menerus dan konsisten dalam setiap pranata sosial yang ada
dalam masyarakat. Adanya kesadaran diri dari masing2 individu untuk memberikan
pelayanan dengan ramah, meningkatkan etika dalam memberikan pelayanan dan
melaksanakan fungsinya dengan baik sebagai abdi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai