1. Pankreatitis
a. Pengertian
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas
dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan
sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak
bereaksi terhadap berbagai pengobatan. (Brunner & Suddart, 2001; 1338)
Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim
pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas.
(Doengoes, 2000;558)
Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi akibat
alkoholisme
dan
penyakit
saluran empedu seperti kolelitiasis dan kolesistisis. (Sandra M. Nettina, 2001).
b. Etiologi
Batu saluran empedu
Infeksi virus atau bakteri
Alkoholisme berat
Obat seperti steroid, diuretik tiazoid
Hiperlipidemia, terutama fredericson tipe V
Hiperparatiroidisme
Asidosis metabolic
Uremia
Imunologi seperti lupus eritematosus
Pankreatitis gestasional karena ketidakseimbangan hormonal
Defisiensi proteinToksin
Lain-lain seperti gangguan sirkulasi, stimulsi vagal ( Arief Mansjoer, 2000)
c. Klasifikasi
1. Pankreatitis akut atau inflamasi pada pankreas terjadi akibat tercernanya organ
ini oleh enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin. (Brunner & Suddart,
2001:1339)
- Tetani hebat
- Efusi pleura (khususnya pada hemitoraks kiri)
- Abses pankreas atau psedokista.
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Scan-CT : menentukan luasnya edema dan nekrosis
2. Ultrasound abdomen: dapat digunakan untuk mengidentifikasi
pankreas, abses, pseudositis, karsinoma dan obstruksi traktus bilier.
inflamasi
GI
atas
sering
menunjukkan
bukti
pembesaran
7. Amilase serum : meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pankreas (kadar
normal tidak menyingkirkan penyakit).
8. Amilase urine : meningkat dalam 2-3 hari setelah serangan.
9. Lipase serum : biasanya meningkat bersama amilase, tetapi tetap tinggi lebih
lama.
10. Bilirubin serum : terjadi pengikatan umum (mungkin disebabkan oleh penyakit
hati alkoholik atau penekanan duktus koledokus).
11. Fosfatase Alkaline : biasanya meningkat bila pankreatitis disertai oleh penyakit
bilier.
12. Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan permeabilitas
kapiler dan transudasi cairan kearea ekstrasel).
13. Kalsium serum : hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah timbul
penyakit (biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat disertai nekrosis
pankreas).
14. Kalium : hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster; hiperkalemia
dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan, asidosis, insufisiensi ginjal.
15. Trigliserida : kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen penyebab
pankreatitis akut.
16. LDH/AST (SGOT) : mungkin meningkat lebih dari 15x normal karena gangguan
bilier dalam hati.
17. Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb mungkin
menurun karena perdarahan. Ht biasanya meningkat (hemokonsentrasi)
sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan kedalam pankreas atau area
retroperitoneal.
18. Glukosa serum : meningkat sementara umum terjadi khususnya selama
serangan awal atau akut. Hiperglikemi lanjut menunjukkan adanya kerusakan sel
beta dan nekrosis pankreas dan tanda aprognosis buruk. Urine analisa; amilase,
mioglobin, hematuria dan proteinuria mungkin ada (kerusakan glomerolus).
19. Feses : peningkatan kandungan
pencernaan
protein (Dongoes, 2000).
g. Penatalaksanaan Medis
Tidak ada terapi yang diketahui dapat menghentikan siklus aktivasi enzim pankreas
dengan inflamasi dan nekrosis kelenjar. Tetapi definitif ditujukan pada penyebab
gangguan. Prioritas keperawatan dan medis untuk penatalaksanaan pendukung dari
pankreatitis
akut
termasuk
sebagai
berikut:
- Penggantian cairan dan elektrolit
Penggantian cairan menjadi prioritas utama dalam penanganan pankreatitis akut.
Larutan yang diperintahkan dokter untuk resusitasi cairan adalah koloid atau ringer
laktat. Namun dapat pula diberikan plasma segar beku atau albumin. Tanpa
memperhatikan larutan mana yang dipergunakan. Penggantian cairan digunakan
untuk memberikan perfusi pankreas, yang hal ini diduga mengurangi
perkembangan keparahan rasa sakit. Ginjal juga tetap dapat melakukan perfusi dan
ini dapat mencegah terjadinya gagal ginjal akut. Pasien dengan pankreatitis
hemorragia kut selain mendapat terapi cairan mungkin juga membutuhkan sel-sel
darah
merah
untuk
memulihkan
volume.
Pasien
dengan
penyakit
Parah yang mengalami hipertensi, gagal memberikan respon terhadap terapi cairan
mungkin membutuhkan obat-obatan untuk mendukung tekanan darah. Obat
pilihannya adalah dopamin yang dapat dimulai pada dosis yang rendah (2-5
ug/kg/menit). Keuntungan obat ini adalah bahwa dosis rendah dapat menjaga
perfusi ginjal sementara mendukung tekanan darah. Pasien hipokalsemia berat
ditempetkan pada situasi kewaspdaan kejang dengan ketersediaan peralatan bantu
karena
morfin
dapat
- Pencegahan komplikasi
- Karena sebab utama kematian adalah sepsis maka antibiotika diberikan. Antasid
biasanya diberikan untuk mengurangi pengeluaran asam lambung dan duodenum
dan resiko perdarahan sekunder terhadap gastritis atau duodenitis (Sabiston, 1994).
- Diet
- Tinggi kalori tinggi protein rendah lemak (Barabara C. long, 1996).
- Pemberian enzim pankreas : pankreatin (viakose), pankrelipase (cotozym),
pankrease (Barbara C. long, 1996).
- Fiberoscopy dengan kanulisasi dan spingterotomi oddi (Barbara C. long,1996).
- Intervensi bedah
Terapi bedah mungkin diperlukan dalam kasus pankreatitis akut yang menyertai
penyakit batu empedu. Jika kolesistisis atau obstruksi duktus komunistidak
memberikan respon terhadap terapi konservatif selama 48 jam pertama, maka
kolesistosyomi, koleastektimi atau dekompresi duktus komunis.mungkin diperlukan
untuk memperbaiki perjalanan klinik yang memburuk secara progresif. Sering
adanya kolesistisis gangrenosa atau kolengitis sulit disingkirkan dalam waktu
singkat dan intervensi yang dini mungkin diperlukan, tetapi pada umumnya terapi
konservatif dianjurkan sampai pankreatitis menyembuh, dimana prosedur pada
saluran empedu bisa dilakukan dengan batas keamanan yang lebih besar (Sabiston,
1994).
h. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan nyeri perutnya yang khas, terutama pada orang
yang menderita penyakit batu empedu atau pada alkoholik. Pada pemeriksaan fisik,
otot dinding perut tampak kaku. Pada pemeriksan dengan stetoskop, suara
pergerakan usus terdengar berkurang.
Kadar enzim yang dihasilkan oleh pankreas (amilase dan lipase) biasanya
meningkat pada hari pertama namun segera kembali normal pada hari ke3 dan ke7.
Kadang-kadang, kadar enzim ini tidak meningkat karena begitu banyaknya bagian
pankreas yang dirusak sehingga hanya sedikit yang tertinggal dan menghasilkan
enzim.
Penderita pankreatitis akut berat memiliki jumlah sel darah merah yang lebih kecil
dari normal, karena adanya perdarahan ke dalam pankreas dan perut.
Pemeriksaan foto rontgen perut standar bisa memperlihatkan pelebaran usus atau
memperlihatkan satu atau lebih batu empedu.
Pemeriksaan USG bisa menunjukkan adanya batu empedu di kandung empedu dan
kadang-kadang dalam saluran empedu, selain itu USG juga bisa menemukan
adanya pembengkakan pankreas.
Skening dengan tomografi bisa menunjukkan perubahan ukuran dari pankreas dan
digunakan pada kasus-kasus yang berat dan kasus-kasus dengan komplikasi
(misalnya penurunan tekanan darah yang hebat).
Gambaran yang sangat jelas pada tomografi, membantu dokter dalam menegakkan
diagnosis yang tepat.
Pada pankreatitis akut yang berat, skening tomografi (CT scan) membantu
menentukan ramalan penyakitnya (prognosis). Bila pankreas tampak hanya
membengkak ringan, prognosisnya bagus. Bila tampak kerusakan pada sebagian
besar pankreas, maka prognosisnya tidak begitu baik.
Endoskopi kolangiopankreatografi rertograd (tehnik sinar X yang menunjukan
struktur dari saluran empedu dan saluran pankreas) biasanya dilakukan hanya jika
penyebabnya adalah batu empedu pada saluran empedu yang besar.
Endoskopi dimasukkan melalui mulut pasien dan masuk ke dalam usus halus lalu
menuju ke sfingter Oddi. Kemudian disuntikkan zat warna radioopak ke dalam
saluran tersebut. Zat warna ini terlihat pada foto rontgen.
Bila pada rontgen tampak batu empedu, bisa dikeluarkan dengan menggunakan
endoskop.
2. TUMOR PANKREAS
a. Definisi
Ca. pankreas adalah tumor maligna (ganas) yang terdapat pada pankreas.
Insidensi
Ditemukan sekitar 3-5% dari semua karsinoma dan mencapai 17% dari seluruh
karsinoma di saluran pencernaan. Pada beberapa penelitian di RSU Dr. Hasan
Sadikin misalnya didapatkan 0,19 % pasien dengan perbandingan antara pria dan
wanita adalah 1,6 : 1, dengan distribusi umur terbanyak 50-59 tahun.
b. Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, namun beberapa faktor risiko eksogen dan
endogen diduga dapat merupakan timbulnya karsinoma pankreas ini.
1. faktor risiko eksogen
beberapa faktor resiko eksogen diantaranya ; kebiasaan makan tinggi lemak dan
kolesterol, pecandu alkohol, kebiasaan merokok, kebiasaan minum kopi, dan
beberapa zat karsinogenik.
2. Faktor resiko endogen
Beberapa faktor risiko endogen yang disebut-sebut, antara lain; genetik, penyakit
diabetes melitus, pankreatitis kronik, kalsifikasi pankreas, dan pankreatolitis.
c. Lokalisasi
Karsinoma pankreas banyak ditemukan di kaput kurang lebih 70%, selanjutnya di
korpus kurang lebih 20%, dan sisanya kurang lebih 10% dikauda.
d. Patologi
Beberapa tumor ditemukan sangat besar dan sulit direseksi. Secara histologi
merupakan adenokarsinoma, sebagian besar asal sel duktal 81,6%, sebagian kecil
asal sel asiner 13,4% dan sisanya 5% tidak dapat dideterminasi.
Penyebaran tumor dapat langsung ke organ disekitarnya, atau melalui pembuluh
darah kelenjar getah bening. Metastasis lebih sering ke hati, ke kelenjar getah
bening sekitarnya, peritoneum dan paru. Metastasis yang agak jarang ke adrenal,
ginjal, lambung duodenum, usus halus, kandung empedu, limpa, pleura, dan
diafragma. Karsinoma di kaput pankreas lebih sering menimbulkan sumbatan pada
saluran empedu sehingga menjadi kolestatis ekstrahepatal. Di samping itu akan
mendesak dan menginfiltrasi pada duodenum, yang dapat menimbulkan
perdarahan di duodenum. Karsinoma yang letaknya di korpus dan kauda, lebih
sering mengalami metastase ke hati. Khususnya untuk karsinoma di kauda selain
metastase ke hati, juga dapat menyebabkan metastase ke limpa.
e. Gejala klinis
Pada stadium dini umumnya tidak memberikan gejala/keluhan atau samar-samar,
misalnya mual-muntah, kembung, tidak enak pada ulu hati seperti gejala panyakit
lambung. Pada umumnya keluhan timbul pada stadium lanjut, dan tergantung pada
lokalisasinya. Pada karsinoma kaput biasanya timbul ikterus koletatik ekstrahepatik
(75-90%), yang makin lama makin bertambah kuning, berat badan turun secara
cepat. Karsinoma pada korpus dan kauda gejala/keluhannya juga samar-samar
seperti sakit lambung yang berlangsung berbulan-bulan, semakin lama bertambah
parah dengan keluhan bertambah berat, mual muntah dan badan mengurus. Secara
umum gejala/ keluhan yang timbul biasa berupa; berat badan yang turun, nyeri
perut, kehilangan nafsu makan, ikterus, mual, kelemahan, malaise, muntah, diare,
gangguan pencernaan, nyeri punggung, pucat, dan nampak depresi. Perasaan nyeri
seperti ditusuk-tusuk ini akan berkurang bila penderita duduk sambil
membungkukkan badan. Kadang ditemukan obstruksi pilorus/duodenum karena
tekanan dari luar, tromboplebitis migrans, timbul perdarahan gastrointestinal,
- Kemoterapi
Pemberian kemoterapi pada carcinoma pankreas yang dianjurkan ialah kepada
mereka yang dilakukan terapi paliatif atau terapi dekompresi. Obat kemoterapi yang
yang diberikan yaitu; 5-fluorourasil (26% respon), mitomycin (27% respon),
streptozotocin (11% respon), lomustine (15% respon), dan doksorubisin (8%
respon), dalam pengobatan dengan kemoterapi ini, untuk meningkatkan respon
keberhasilan dilakukan kombinasi dari masing-masing obat tersebut.
- Trimodalitas terapi
Pengobatan melalui kombinasi dari pembedahan, radiasi dan kemoterapi ini, untuk
pasien karsinoma pankreas sedikit menjanjikan.
Pengobatan yang dilakukan berupa pembedahan yang dilanjutkan radiasi 45-48 Gy
dengan 5-fluorourasil yang diberikan bersama infus setelah dilakukan bolus
intavena. Selain itu kemoterapi dan radiasi dilakukan sebagai lokal kontrol sebelum
dilakukan pembedahan pada tumor yang sulit untuk direseksi.
- Paliatif
Pengobatan paliatif yang dilakukan diantaranya tindakan bedah yang pada
prinsipnya menghilangkan sumbatan yang menyebabkan ikterus atau sumbatan
pada duodenum, berupa biliary enteric bypass atau gastroenteric bypass dengan
koledoko-yeyunostomi
maupun
gastro-yeyunostomi.
Pengobatan paliatif yang lain yaitu menghilangkan rasa nyeri dengan analgetik
farmakoterapi atau dilakukan celiac pleksus blocks yang lebih efektif. Terapi radiasi
juga digunakan dalam membantu mengurangi rasa nyeri dan sering digunakan
dalam menghilangkan gejala metastasis yang ditimbulkan.
- Prognosis
Pada umumnya pasien karsinoma pankreas yang datang berobat sudah berada
dalam fase lanjut dan sudah berkomplikasi, sehingga tidak mungkin dilakukan
tindakan pembedahan atau tindakan yang lain hidupnya diperkirakan kurang dari 1
tahun.
Sedangkan pasien dengan karsinoma pankreas yang bisa dilakukan reseksi atau
tindakan pembedahan yang dilanjutkan dengan kemoterapi dan radiasi, pada
beberapa pasien memiliki kemungkinan kesembuhan atau masa hidup pasien dapat
ditingkatkan kurang lebih 5 0%.
3. INSULINOMA
a. Definisi
Insulinoma merupakan tumor pankreas yang jarang terjadi, dimana tumor ini
menghasilkan insulin, suatu hormon yang berfungsi menurunkan kadar gula dalam
darah. Hanya 10% insulinoma yang bersifat ganas.
b. Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi resiko terjadinya insulinoma meningkat pada
penderita neoplasia endokrin multipel tipe I.
c. Gejala
Gejala-gejalanya disebabkan oleh rendahnya kadar gula dalam darah. Gejala ini
muncul jika penderita tidak makan selama berjam-jam, dan paling sering timbul di
pagi hari setelah puasa semalaman.
Gejalanya mirip dengan kelainan psikis dan kelainan saraf, yaitu:
- sakit kepala
- linglung
- gangguan penglihatan
- kelemahan otot
- goyah
- perubahan kepribadian.
Rendahnya kadar gula darah bisa menyebabkan penurunan kesadaran, kejang dan
koma.
Gejala-gejala yang menyerupai kecemasan atau panik adalah:
- pingsan
- lemah
- gemetar
- palpitasi (jantung berdebar-debar)
- berkeringat
- rasa lapar
- gugup.
d. Diagnosa
dengan
penyakit
jangka
panjang,
Rasional :
Mencegah hipokalemia
-Berikan bikarbonat jika pH <7,0
Rasional :
Memperbaiki asidosis pada hipotensi atau syok
-Pasang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi
Rasional :
Mendekompresi lambung dan dapat menghilangkan muntah
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme
Batasan karakteristik :
- Klien melaporkan masukan butrisi tidak adekuat, kurang nafsu makan
- Penurnan berat badan, kelemahan, tonus otot buruk
- Diare
Kriteria hasil :
- Klien mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
- Menunjukkan tingkat energi biasanya
- Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan sesuai rentang normal
Intervensi :
1.Pantau berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
Rasional :
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat termasuk absorpsi dan utilitasnya
2.Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan
yang dihabiskan
Rasional :
Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapetik
A. Pengertian
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara
abnormal rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah
antara 70-110 mg/dL. Pada diabetes, kadar gula darah terlalu tinggi; pada
hipoglikemia, kadar gula darah terlalu rendah. Kadar gula darah yang rendah
menyebabkan berbagai sistem organ tubuh mengalami kelainan fungsi.
Hypoglikemi adalah konsentrasi glukose darah di bawah 40mg/100ml. Hypoglikemi
merupakan keadaan yang serius dan keadaan semakin gawat jika anak semakin
muda.
Sel otak tidak mampu hidup jika kekurangan glukose. Hypoglikemi dapat terjadi
berkaitan dengan banyak penyakit, misalnya pada neonatus dengan ibu diabetes
dan mengalami Hyperglikemi in utero, atau sebagai komplikasi cidera dingin.
Selama masa menggigil simpanan glikogen tubuh tidak mencukupi, tetapi jika
dihangatkan terjadi peningkatan kebutuhan glikogen. Simpanan glikogen menurun
dan cadangan tidak dapat memenuhi kebutuhan pada pemanasan (Rosa M
Sacharin,
1986).
Otak merupakan organ yang sangat peka terhdap kadar gula darah yang rendah
karena glukosa merupakan sumber energi otak yang utama.
Otak memberikan respon terhadap kadar gula darah yang rendah dan melalui
sistem saraf, merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin).
Hal in akan merangsang hari untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah
tetap terjaga. Jika kadarnya menurun, maka akan terjadi gangguan fungsi otak.
B. Etiologi
Etiologi Hypoglikemi pada diabetes militus (DM)
1. Hypoglikemi pada DM stadium dini
2. Hypoglikemi dalam rangka pengobatan DM
a. Penggunaan insulin
b. Penggunaan sulfonilura
c. Bayi yang lahir dari ibu pasien DM
3. Hypoglikemi yang tidak berkaitan dengan DM
a. Hiperinsulinisme alimeter pascagastrektomi
b. Insulinoma
c. Penyakit hati berat
d. Tumor ekstrapankreatik.: fibrosarkoma, karsinoma ginjal
e. Hipopituitarisme
C. Faktor Predisposisi (Arif Masjoer, 2001)
Faktor predisposisi terjadi hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan
insulin atau sulfonilurea:
1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
- Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
- Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
- Kelaiana pada penyimpanan karbohidra atau pembentukan glukosa di hati.
Secara umum, hipogklikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan
dengan obat dan yang tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus
hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes dan berhubungan dengan obat.
Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat lebih jauh dapat dibagi lagi
menjadi:
- Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa
- Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap makan,
biasanya karbohidrat.
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea) yang
diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya. Jika
dosisnya lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa terlalu banyak
menurunkan kadar gula darah.
Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat.
Hal ini terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya tidak membentuk glukagon secara
normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin secara normal.
Padahal kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk mengatasi
kadar gula darah yang rendah.
Pentamidin yang digunakan untuk mengobati pneumonia akibat AIDS juga bisa
menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita kelainan
psikis yang secara diam-diam menggunakan insulin atau obat hipoglikemik untuk
dirinya.
Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa makan dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga menyebabkan stupor. Olah
raga berat dalam waktu yang lama pada orang yang sehat jarang menyebabkan
hipoglikemia. Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat
penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau
mengkonsumsi sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun
secara perlahan sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula darah
yang
adekuat.
Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa
menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem
enzim hati yang memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam
makannya.
Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami
hipoglikemia diantara jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis
hipoglikemia reaktif). Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap
sehingga merangsang pembentukan insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang
tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah yang cepat.
Hipoglikemia alimentari kadang terjadi pada seseorang yang tidak menjalani
pembedahan. Keadaan ini disebut hipoglikemia alimentari idiopatik.
Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena memakan
makanan yang mengandung gula fruktosa dan galaktosa atau asam amino leusin.
Fruktosa dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati; leusin
merangsang
pembentukan
insulin
yang
berlebihan
oleh
pankreas.
Akibatnya terjadi kadar gula darah yang rendah beberapa saat setelah memakan
makanan yang mengandung zat-zat tersebut.
Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol yang
dicampur dengan gula (misalnya gin dan tonik). Pembentukan insulin yang
berlebihan juga bisa menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel
penghasil insulin di pankreas (insulinoma). Kadang tumor diluar pankreas yang
menghasilkan hormon yang menyerupai insulin bisa menyebabkan hipoglikemia.
Penyebab lainnya adalah penyakti autoimun, dimana tubuh membentuk antibodi
yang menyerang insulin. Kadar insulin dalam darah naik-turun secara abnormal
karena pankreas menghasilkan sejumlah insulin untuk melawan antibodi tersebut.
Hal ini bisa terjadi pada penderita atau bukan penderita diabetes. Hipoglikemia juga
bisa terjadi akibat gagal ginjal atau gagal jantung, kanker, kekurangan gizi, kelainan
fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi yang berat. Penyakit hati yang berat
(misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker) juga bisa menyebabkan hipoglikemia.
F. Gejala
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darh
dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung
saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi
jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat,
kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar)
tiba-tiba.
Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat
hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya
terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah
habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya
terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih
sering terjadi dan lebih berat.
G. Diagnosa
Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50 mg/dL.
Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan hasil
pemeriksaan kadar gula darah. Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat
kesehatan penderita, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana.
Jika dicurigai suatu hipoglikemia autoimun, maka dilakukan pemeriksaan darah
untuk mengetahui adanya antibodi terhadap insulin.
Untuk mengetahui adanya tumor penghasil insulin, dilakukan pengukuran kadar
insulin dalam darah selama berpuasa (kadang sampai 72 jam).
Pemeriksaan CT scan, MRI atau USG sebelum pembedahan, dilakukan untuk
menentukan lokasi tumor.
H. Pengobatan
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus
buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia
(terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena
efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten.
Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti
dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti
atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin
untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena
untuk mencegah kerusakan otak yang serius.
Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya
selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau
pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan
karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya
mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus
diangkat melalui pembedahan.
Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh
tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami
hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan
dalam porsi kecil