PENDAHULUAN
Suwarto, Hubungan Industrial dalam Praktek, Cet. I (Jakarta: Asosiasi Hubungan Industrial
Indonesia, 2003) hal.17.
untuk tetap bertahan dalam situasi perekonomian yang penuh dengan serba
ketidakpastian, kondisi mikro ekonomi yang kurang kondusif untuk iklim
berusaha. Dari segi eksternal para pengusaha menghadapi kendala daya beli
masyarakat yang semakin menurun,
demonstrasi yang sering diikuti oleh aksi kerusuhan massa dan pengaruh bencana
alam.
Dari segi internal para pengusaha menghadapi berbagai kendala masalah
ketenagakerjaan berupa perselisihan bidang perburuhan. Masalah yang dihadapi
oleh para pengusaha dalam bidang perburuhan sangat beragam seperti masalah
pengupahan, jam kerja, pemberian pesangon akibat dari dampak pemutusan
hubungan kerja.
Untuk efisiensi, efektif dan produktif perusahaan, diterapkanlah sistem
outsourcing. Sistem outsourcing sebetulnya bukanlah sistem yang baru di
Indonesia akan tetapi sudah lama dikenal oleh para pengusaha. Sistem
outsourcing ini digunakan untuk efisiensi perusahaan dan meningkatkan daya
saing dimana perusahaan dapat mengurangi tugas rutinnya dan memusatkan
perhatian pada kekuatan inti yang akan mendukung mereka dalam berkompetisi
dan mencapai sukses.4
Ibid.
Ibid.
yang terdapat dalam pasal 1601b Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah
sebagai berikut:
Pemborongan pekerjaan adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu
si pemborong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan
bagi pihak lain, pihak yang memborongkan dengan menerima suatu harga
yang ditentukan8
Menurut istilah kamus bahasa Inggris Outsourcing adalah 1. Obtain
(goods, etc), by contract from a outside source, 2. contract (work) out.9
Tahun 2003 merupakan tahun penting bagi kelanjutan reformasi
hubungan industrial di Indonesia. Setelah mengesahkan undang-undang nomor 21
tahun 2000 tentang Serikat Pekerja, tahun 2003 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
telah
mengesahkan
Undang-undang
nomor
13
tahun
2003
tentang
B. Pokok-Pokok Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan untuk mempersempit ruang
lingkup penulisan, permasalahan akan dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Bagaimanakah peraturan perundang-undangan Indonesia mengatur hubungan
kerja dengan sistem outsourcing?
2. Apakah hak-hak dasar pekerja terlindungi dengan diterapkannya sistem
outsourcing?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum penulisan ini adalah menguraikan kekhasan hubungan kerja pada sistem
outsourcing sebagai upaya perlindungan hukum bagi pekerja.
Ketidakjelasan pembuatan dan penerapan perjanjian kerja pada sistem
outsourcing seringkali merugikan para pekerja. Sehingga tujuan khusus penulisan
ini adalah:
10
bagaimana
peraturan
perundang-undangan
Indonesia
D. Kerangka Konsepsional
Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan
hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin diteliti. 11 Suatu kerangka
konseptual pada hakekatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih
konkrit daripada kerangka teoritis yang seringkali maish bersifat abstrak. Namun
demikian, suatu kerangka konsepsional belaka, kadang-kadang dirasakan masih
juga abstrak, sehingga diperlukan definisi-definisi operasional yang akan dapat
menjadi pegangan konkrit di dalam proses penelitian.12
Dalam rangka penulisan ini, maka kerangka konsepsional yang akan
diuraikan meliputi perikatan, perjanjian, subjek dan objek perjanjian, perjanjian
kerja, kesepakatan kerja waktu tertentu, hubungan kerja, tenaga kerja, dan definisi
teknis yang akan dijumpai dalam tulisan ini:
11
1. Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak
yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.13
2. Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain
atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.14
3. Perjanjian kerja adalah dimana pihak kesatu (pekerja) mengikatkan diri untuk
bekerja pada pihak lain (majikan) selama waktu tertentu dengan menerima
upah.15
4. Kesepakatan waktu kerja tertentu adalah perjanjian kerja antara pekerja
dengan majikan untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau
untuk pekerjaan tertentu.16 Dan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kesepakatan kerja waktu tertentu sama dengan perjanjian kerja untuk waktu
tertentu. Dalam skripsi ini selanjutnya penulis menggunakan istilah
kesepakatan kerja waktu tertentu dengan alasan untuk menjaga konsistensi
penggunaan istilah sesuai dengan istilah yang digunakan dalam peraturan
Menteri Tenaga Kerja No: Per-02/Men/1993 tentang kesepakatan Kerja Waktu
Tertentu.
13
10
17
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang
Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu, Permenaker No:Per-02/Men/1993, Pasal 1 huruf b.
18
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang
Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu, Permenaker No:Per-02/Men/1993, Pasal 1 huruf c.
19
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang
Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu, Permenaker No:Per-02/Men/1993, Pasal 1 huruf d.
20
Imam Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, cet. XII, (Jakarta: Djambatan, 1999), hal.
33.
21
Ibid.
11
22
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Peraturan Menteri Tenaga
Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu, Permenaker No:Per-02/Men/1993, Pasal 1 huruf e
23
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Peraturan Menteri Tenaga
Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu, Permenaker No:Per-02/Men/1993, Pasal 1 huruf f
24
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Peraturan Menteri Tenaga
Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu, Permenaker No:Per-02/Men/1993, Pasal 1 huruf g
25
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Peraturan Menteri Tenaga
Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu, Permenaker No:Per-02/Men/1993, Pasal 1 huruf b.
Kerja tentang
Kerja tentang
Kerja tentang
Kerja tentang
12
12. Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.26
13. Peraturan perusahaan adalah suatu peraturan yang dibuat secara tertulis yang
memuat
tentang
ketentuan-ketentuan,
syarat-syarat,
serta
tata
tertib
perusahaan.27
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu metode atau cara yang dilakukan dalam
kegiatan penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna
menunjang penyusunan skripsi ini.
Penelitian secara ilmiah artinya:
Suatu metode yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa
gejala dengan jalan menganalisanya dan mengadakan pemeriksaan yang
mendalam terhadap fakta tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu
pemecahan atas masalah-masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.28
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif yang bersifat kualitatif yang berarti data yang dianalisis merupakan
suatu kesatuan yang bulat (holistic).
Untuk mendapatkan data yang akan dipergunakan sebagai landasan dalam
melaksanakan pembahasan tentang pokok-pokok permasalahan. Dilakukan
dengan cara studi dokumen atau bahan pustaka, yaitu dengan melakukan
26
butir 2.
27
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Koperasi tentang Peraturan Perusahaan
dan Perundingan Pembuatan Perjanjian Perpekerjaan, Permenaker No:Per-02/Men/1978 Pasal 1.
28
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3. (Jakarta: UI Press, 1998), hal. 2.
13
F. Sistematika Penulisan
Pembahasan terhadap permasalahan yang akan diuraikan dalam bab-bab
adalah:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
B. Pokok-Pokok Permasalahan
C. Tujuan Penulisan
D. Kerangka Konseptual
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
BAB II
14
BAB IV
BAB V