Anda di halaman 1dari 22

PESAWAT RADIOLOGI

Alat radioligi adalah peralatan medik / kehatan yang kerjanya menggunakan radiasi pengion.
Radiasi pengion terdiri dari :
-

Radiasi Sinar X

- Radiasi Sinar nuklir

Radiasi Gamma

- Radiasi Isotop

Kegunaannya
Pada kesehatan untuk diagnostic dengan menggunakan sinar X atau rontgen.

Pesawat Rotgen
Adalah Pesawat medik yang bekerja dengan menggunakan sinar X atau Rotgen.

A. Sejarah Singkat Penemu Sinar X


Pertama kali ditemukannya oleh Willhem Conrad Rontgen dijerman bara pada tahun
1895, dalam percobaannya beliau menggunakan tabung Geslier yaitu tabung yang terbuat
dari Glass Envelope yang didalamnya terdapat gas Argon atau Xenon yang jika ada
perbedaan potensial yang tinggi diantara anoda dan katoda maka gas gas ini akan terionisasi
dan elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya. Elektron yang terdekat
dengan anoda akan langsung ditarik ke anoda sehingga terjadi hole. Hole ini akan diisi oleh
elektron berikutnya, tempat yang ditinggalkan elektron ini akan menjadi hole lagi dan terjadi
pengisian lagi oleh elektron berikutnya, begitu seterusnya sehingga akan terjadi estafet
elektron dan terjadilah rangkaian tertutup dan terjadilah arus elektron yang berkebalikan
dengan arus listrik yang kemudian disebut arus tabung . Pada saat yang bersamaan, elektronelektron yang ditarik ke anoda tersebut akan menabrak anoda dan ditahan. Jika tabrakan
elektron tersebut tepat di inti atom disebut peristiwa Breamstrahlung dan apabila
menabraknya di elektron dikulit K, disebut K Karakteristik. Akibat tabrakan ini maka terjadi
hole-hole karena elektron-elektron yang ditabrak tersebut terpental. Hole-hole ini akan diisi
oleh elektron-elektron lain. Perpindahan elektron ini akan menghasilkan gelombang
elektromagnetik yang panjang gelombangnya berbeda-beda.
Gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,01 1 Amstrong inilah yang
kemudian disebut sinar X atau sinar Rontgen.

PROSES TERJADINYA SINAR X


1. Di dalam tabung roentgen ada katoda dan anoda dan bila katoda (filament) dipanaskan
lebih dari 20.000 derajat C sampai menyala dengan mengantarkan listrik dari
transformator.
2. Karena panas maka electron-electron dari katoda (filament) terlepas.
3. Dengan memberikan tegangan tinggi maka electron-elektron dipercepat gerakannya
menuju anoda (target).
4. Elektron-elektron mendadak dihentikan pada anoda (target) sehingga terbentuk panas
(99%) dan Sinar X (1%).
5. Sinar X akan keluar dan diarahkan dari tabung melelui jendela yang disebutdiafragma.
6. Panas yang ditimbulkan ditiadakan oleh radiator pendingin.
Syarat Syarat Terjadinya Sinar X :

Adanya sumber electron yang diperoleh dari trafo filament sehingga terjadi termionic
emission. Kemudian terjadi awan electron dikatoda.

Adanya tegangan tinggi (Kv) yang diperoleh dari HTT, sehingga diperoleh beda
potensial antara anoda dan katoda .

Adanya alat yang berfungsi meyetop jalannya electron dari anoda ke katoda yang
berupa target .

Adanya tabung fakum yang berfungsi memberikan keleluasaan electron dari anoda ke
katoda sehingga tidak ada hambatan.

Adanya focusing cup yang berfungsi sebagai memfokuskan electron agar tertuju ke
anoda.

Blok Diagram Pesawat Rontgen Konvensional


5

Gambar 1
Keterangan :
1. Rangkaian Power Supply
2. Rangkaian Pemanas Filamen
3. Rangkaian Tabung Rontgen
4. Rangkaian Transformator Tegangan Tinggi (HTT)
5. Rangkaian Timer.

1.

Rangkaian Power Supply


Berfungsi untuk distribusi tegangan pada seluruh rangkaian Pesawat.

220V

110V
5

Keterangan :
1. Fuse
2. Sakelar
3. Voltage Compensator
4. Voltage Indikator
5. Voltage Regulator
6. KVP selector Mayor
7. KVP selector Minor
Penjelasan :

Fuse atau sekering berfungsi sebagai pengaman

Sakelar berfungsi penghubung dan pemutus rangkaian (on/off)


4

Auto tarfo adalah alat listrik yang dapat memindahkan energi dari satu rangkaian
ke rangkaian lain melalui satu kumparan. Liltan primer dan lilitan sekunder
berada pada kumparan.

Voltage compensator berfungsi untuk mengkompensasikan nilai tegangan yang


diperlukan pesawat meskipun terjadi perubahan tegangan yang pada PLN. Jika
tegangan naik kita harus menambah jumlah lilitan primer dan jika tegangan turun
kita harus mengurangi jumlah lilitan primer sehingga diperoleh perbandingan
transformasi antara primer dan sekunder adalah tetap
E1 = E2
N1 N2
Dengan demikian diperoleh nilai tegangan pada setiap lilitan akan tetap.

Tegangan PLN tidak selalu tetap kadang terjadi kenaikan, kadang terjadi penurunan
untuk menstabilkan. Kita memerlukan suatu alat yang disebut voltage compensator dimana
rangkaian ini terdapat pada rangkaian power supply.
Seperti yang kita ketahui bahwa perbandingan jumlah tegangan pada kumparan primer
berbandingan dengan jumlah lilitan primer adalah sama dengan perbadingan jumlah tegangan
yang melewati lilitan sekunder, sehingga dapat dirumuskan :
E1 : N1 = E2 : N2

voltage indicator
jika jarum indicator bergerak kekiri artinya tegangan dari PLN menurun dan kita
harus mengurangi jumlah lilitan primer agar perbandingan transformasinya tetap.
(tergantung dari jumlah lilitan pada auto trafo / perbandingan transformasi auto
tarfo).
Jika jarum indicator bergerak kekanan artinya tegangan dari PLN naik, dan kita
harus menambah jumlah lilitan primer agar perbandingan tarnsformasinya tetap
(sesuai dengan perbandingan transformasi auto trafo)

voltage Regulator
untuk memilih tegangan 110V/220V tergantung kebutuhan pesawat.

KVP selector Mayor


Untuk memilih tetangan tinggi / memilih besarnya beda potensial antara anoda
dan katoda, yang besar selisih tiap terminal 10 KV.

KVP selector Minor


Untuk memilih tetangan tinggi / memilih besarnya beda potensial antara anoda
dan katoda, yang besar selisih tiap terminal 1 KV.

2. Rangkaian Pemanas Filamen

1. Rangkaian Stabilator tegangan


Untuk menstabilkan tegangan rangkaian pemanas filamen.
Rangkaian ini terdiri dari :
Kumparan primer yang kita sebut N1, kemudian kumparan sekunder yangv terdiri
dari N2 dan N3 ; n2 paralel dengan C keluaran N2 disambungkan seri dengan N3
masukan / input disebut EK1 keluaran / out put disebut EK2
Rangkaian ini diambil dari rangkaian dari power supply karena rangkaian ini
akan digunakan untuk transformator filamen biasanya tegangan ini 110V.
Cara supaya kita bisa memberikan tegangan sebesar tegangan 110V kita harus
mengetahui jumlah tegangan pada setiap lilitan dengan mengunakan voltage
compensator.

2. Rangkaian Space Charge Compensator

Merupakan alat yang berfungsi untuk mengkompensasikan arus tabung agar


sesuai dengan yang telah diatur, meski terjadi perubahan tegangan tinggi pada
tabung rotgen supaya pada saat tegangan naik, elektron tetap. Caranya pasang VR
yang di gank dengan KV selektor, jika tegangan naik jarum naik, voltage drope
banyak tegangan pada pemanas filamen jadi kecil.
Cara kerja space Charge compensator
-

pada saat KV naik maka SCC yang terdiri dari VR dan di gank dengan KV
selektor, maka variable resistor pada SCC juga naik sehingga terjadi voltage
drop yang lebih besar dari pada SCC dan mengakibatkan tegangan pada
pemanas filamen berkurang, maka walaupun energi yang menarik elektron
lebih kuat tetapi jumlah elektron yang ditarik tetap.

Pada saat KV turun maka space charge charge compensator yang terdiri dari
VR yang telah digang dengan KV slektor akan turun juga. Sehingga terjadi
voltage drop yang lebih kecil pada SCC dan mengakibatkan tegangan pada
pemanas filamen bertambah / naik. Sehingga awan elektron naik (semakin
banyak) maka walaupun energi yang menarik elektron lebih kecil tetapi
jumlah elektron yang ditarik tetap.

Karaktristik

I (mA)

KV
Kesimpulan dari diagram di atas untuk memperoleh karakteristik tabung :

a.

Berapapun KV yang digunkan bila telah mencapai pada titik jenuh, MA nya
akan tetap.

b.

Jika Tegangan dinaikan terus, arus akan naik. Jika tegangan diturunkan
terus, arus akan turun.

c.

Pesawat rotgen bekerja pada tegangan tertentu (daerah Space Charge)

3. MA Control
Alat yang berfungsi untuk mengatur arus tabung / untuk memilih besarnya
tegangan trafo filamen, untuk menentukan arus filamen ini untuk menentukan
besarnya / banyak sedikitnya awan elektron yang dihasilkan.
Alat ini terdiri dari VR yang dilengkapi dengan tap tap atau tahapan tahapan
terminal. Terminal tersebut untuk memilih besarnya mA semakin besar mA.
Pilihan tersebut berada pada posisi R yang rendah, semakin kecil mA yang dipilih
semakin tinggi R (tahanannya ) karena arus tabung tersebut ditentukan oleh
besarnya tegangan pda transformator filamen. Tegangan transformator ini (EF)
akan menentukan besarnya arus transformator filamen (IF) semakin besar
tegangan trafo filamen semakin besar pula arus yang mengalir pada trafo filamen
besarnya arus trafo filamen ini akan menentukan banyaknya elaktron elektron
bebas yang dihasilkan.
Kesimpulan :
Bila EF naik maka IF naik dan elektron elektron bebas juga naik kemudian
awan elektron naik jika R lebih tinggi, trafo filamen kecil karena dengan tahanan
lebih besar maka tegangan pada tegangan tarfo lebih kecil karena R tadi
menyebabkan voltage drop yang lebih besar
Rumus nya : V = I x R
4. Stand by Resistor
Alat yang berfungsi untuk memberikan pemanas awal pada filamen tabung rotgen
agar saat main switch on maka pada tabung terjadi pamanasan yang tinggi
sehingga arus dari auto tarafo / mA control terlebih dahulu melalui tahapan.
Resistor dan kontaktor di gank dengan timer.

sebelum expose, arus mengalir melalui tahanan (resistor) sehingga pemanasan


yang terjadi rendah sehingga tidak terjadi Voltage drop yang besar.

Exspose terjadi pada saat filamen menyala arus mengalir melalui tahanan
stand by resistane, karena main switch / rangkaian expose ditekan maka push
button input menutup relay kontaktor bekerja maka kontaktor pada stand by
resistor.

Setelah exposure kontaktor menjadi close jika waktu telah diatur dan exposure
switch ditekan.

5. Filamen limiter
Alat yang berfungsi untuk membatasi mengalirnya arus filamen, maksudnya agar
tegangan tersebut memberi pemanasan yang normal. Untuk pesawat radiologi
menggunakan double fokus.
-

small fokus : voltage drop filamen limiter besar, tahanan FL besar, tahanan
filamen tarfo kecil elektron yang dihasilkan lebih sedikit.

Large fokus : voltage drop filamen limiter kecil, tahanan filamen limiter trafo
besar dan menghasilkan elektron yang besar.

6. Transformator Filamen.
Merupakan trafo step dwon, fungsinya unutk memberikan tegangan pada katoda
agar terjadi pemanasan pada filamen tabung rotgen (katoda).
Tegangan pada trafo filamen.
Primer : 110V ; sekunder : 12 24 volt.
Cara memberikan 110 volt pada rangkaian pemanas filamen adalah mengatur nilai
tegangan setiap lilitan tetap dengan cara mengkompensasikan nilai tegangan yang
diperlukan pesawat meskipun terjadi perubahan tegangan pada PLN. Jika
tegangan naik maka kita manambah jumlah lilitan primer auto trafo dan jika
tegangan turun maka kita mengurangi lilitan sekunder. Sehingga diperoleh
perbandingan taransformasi primer dan sekunder adalah tetap.
Rumusnya :

E1 : N1 = E2 : N2

7. filamen tabung rotgen


berfungsi sebagai sumber elektron dan juga sebagai katoda
9

3.

Rangkaian Tegangan Tinggi (HTT)


Berfungsi untuk memberikan tegangan tinggi pada tabung rotgen agar dapat terjadi arus
elektron yangb berlawanan arah dengan arus listrik yang disebut dengan arus tabung.
Gambar

HTT : primer 20 150 V


Sekunder 20 150 KV
Perbandingan transformasinya 1 : 1000
Penyearah :
Berfungsi untuk :
-

menyearahkan tegangan atau arus dari AC menjadi DC

memberikan polaritas + pada anoda terus menerus dalam setiap perioda.

Jenis jenis penyearah :


self Rectiffer x ray unit
disebut juga penyearah sendiri, dimana x-ray tube itu sendiri menyearahkan arus,
yaitu dengan cara :
-

saat anoda mendapat polaritas + akan terjadi arus tabung, ada elektron yang
ditarik.

Tetapi saat anoda mendapat polaritas -, tidak ada elektron yang ditarik.

10

Cara kerja :
Pada siklus I, anoda mendapat polaritas + dan katoda mendapat polaritas
maka elektron dari katoda akan ditarik ke anoda, sehingga terjadi rangkaian
tertutup yang menyebabkan terjadinya arus elektron. Arus elektron ini
berkebalikan dengan arus listrik yang kemudian disebut arus tabung (mA).
Pada siklus II, anoda mendapat polaritas dan B mendapat polaritas +,
elektron bebas yang ada pada katoda tidak bisa ditarik ke anoda, karena saat
anoda (-) dan katoda (-) berarti 1 kutub sehingga yang terjadi adalah toalk
menolak, sehingga tidak terjadi rangkaian tertutup dan tidak terjadi arus
tabung, namun antara anoda dan katoda tetap terjadi beda potensial yang
besarnya justru lebih besar disbanding dengan saat anoda mendapat polaritas
(+) sehingga terjadi arus tabung maka akan terjadi voltage drop. Pada setiap
penghantar karena adanya hambatan (R) internal yang besarnya 1 kali
hambatan (R) internal.
Untuk lebih jelasnya grafik pada s=]etiap kutub dapat digambarkan sbb :
Tegangan
Sekunder auto
trafo
tegangan primer
HTT

Tegangan
Sekunder HTT

tegangan sekunder HTT tinggi amplitude


tegangan
sekunder
HTT
ditentukan
perbandingan transformasi antara
Primer dan sekunder HTT E1:N1 = E2:N2

oleh

Voltage drop
Tegangan tabung
Terjadinya voltage drop saat anoda
Mendapat polaritas (+) yang besarnya
IxR internal. Sehingga amplitude saat
anoda (+) lebih kecil saat anoda
mendapat polaritas (-)Arus tabung

11

Pada saat anoda mendapat polaritas (+) terjadi rangkaian tertutup dan terjadi arus tabung
sedangkan saat anoda mendapat polaritas (-) tidak akan terjadi arus tabung.
penyearah invers suppressor
Invers Supressor adalah menekan tegangan balik pada saat anoda mendapat polaritas (-).

Saat anoda mendapat polaritas (-) dan katoda mendapat polaritas (+) maka arus
tidak bias mengalir, karena katoda juga merupakan sumber electron dan anoda
tidak dapat menarik electron di katoda maka justru tolak menolak.

Gambar Rangkaian

Cara Kerja Rangkaian ini :


o Primer HTT bekerja, mendapat supply dari sekunder auto trafo
o Saat siklus I, titik A mendapat polaritas (+), titik B mendapat polaritas (-) maka
arus mengalir dari A ke B melalui R invers suppressor menuju negative sekunder
auto trafo (y), pasda saat itu titik C mendapat polaritas (-) dan D mendapat
polarita (+), maka tegangan invers yang merugikan pada tabung dapat ditekan/
didrop sehingga arus tabung yang mengalir tidak ada.
o Saat titik A mendapat polaritas (-), titik B mendapat polaritas (+) maka, arus
mengalir dari (y) (+) ke B melalui D menuju A dan menuju ke X (-). Pada saat itu
titik C mendapat polaritas (+) dan titik D mendapat polkaritas (-) maka ada arus
mengalir dari titik C menuju ke anoda lalu ke katoda kemudian ke titik D, dan
kembali ke auto trafo sehingga terjadi arus electron yang berkebalikan dengan
arus listrik. Yang kemudian disebut juga arus tabung.

12

o Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :


Tegangan
Sekunder auto
trafo
tegangan primer
HTT

Tegangan
Sekunder HTT

pada saat terjadi invers voltage arus


melewati R invers suppressor sehingga
Terjadi voltage drop yang besar maka
Tegangan invers voltage jadi kecil.

Tegangan tabung

pada saat voltage drop tidak terjadi arus


Electron

Arus tabung

pada saat voltage drop tidak terjadi arus


Tabung.

penyearah sistem bridge

Cara kerja rangakaian ini :


o Saat sekunder bekerja pada periode pertama titik A mendapat polaritas (+) dan
titik B mendapat polaritas (-) maka arus mengalir dari A (+) melalui Dioda 1
menuju anoda diteruskan ke katoda lalu ke Dioda 3 dan meuju ke B (-) (kembali
ke supply) (garis panah)

13

o Saat sekunder bekerja pada periode ke-2 titik A mendapat polaritas (-) dan titik
B mendapat polaritas (+) maka arus mengalir dari B (+) melalui Dioda 2 menuju
anoda diteruskan ke katoda lalu ke Dioda 4 dan menuju ke A (-).
Tegangan
Sekunder auto
Trafo

Tegangan primer
HTT

Tegangan
Sekunder HTT

tinggi amlitudo sekunder HTT


ditentukan oleh perbandingan
Transformasi antara primer dan
Sekunder HTT E1:N1 = E2:N2

Tegangan tabung

tegangan tabung sama dengan tegangan


Sekunder HTT

Arus tabung

arus tetap ada walaupun disekunder


HTT terjadi invers tabung.

penyearah dengan anoda grounding

14

Cara Kerja rangkaian ini :


o Pada saat titik A mendapatkan polaritas (+) dan titik B mendapat polaritas (-),
maka saat arus mengalir dari titik A menuju ground lalu ke anoda menuju katoda
masuk ke B (-) melalui Dioda 2 (garis panah)
o Pada saat titik A mendapat polaritas (-) dan titik B mendapatkan polaritas (+),
maka saat arus mengalir menuju B (+) menuju ke ground lalu ke anoda menuju
katoda kemudian ke A (-) melalui Dioda 1 (garis panah).
Tegangan
Sekunder
Auto trafo
Tegangan primer
HTT

Tegangan
Sekunder HTT

tegangan sekunder HTT tinggi amplitudo


tegangan sekunder HTT ditentukan oleh
Perbandingan transformasi antara
Primer dan sekunder HTT E1:N1 = E2:N2

Tegangan tabung

tegangan tabung sama dengan


Tegangan sekunder HTT

Arus tabung

arus tabung tetap terjadi

penyearah gelombang dengan 2 dioda

15

Cara Kerja Rangkaian ini :


o Pada saat titik A mendapatkan polaritas (+) dan titik B mendapat polaritas (-) arus
mengalir dari titik A menuju Dioda 1 menuju anoda menuju katoda menuju Dioda
2 menuju B. Pada siklus ini terjadi penarikan electron sehingga terjadi arus
electron.
o Pada saat titik A mendapatkan polaritas (-) dan titik B mendapatkan polaritas (+)
arus mengalir dari titik B menuju Dioda 2 namun pada saat tegangan mengalir
tegangan tersebut didrop di Dioda 2 sehingga pada siklus ini tidak terjadi arus
electron.
Tegangan
Sekunder
Auto trafo
Tegangan primer
HTT

Tegangan
Sekunder HTT

tinggi amplitude sekunder HTT


ditentukan oleh perbandingan
Transformasi antara primer dan
Sekunder HTT E1:N1 = E2:N2

Tegangan tabung

tegangan tabung sama dengan tegangan


Sekunder HTT

Arus tabung
Pada saat anoda mendapat polaritas (+)
terjadi
rangkaian tertutup dan terjadi arus tabung sedangkan
saat anoda mendapat polaritas (-) tidak akan terjadi arus
tabung.
16

penyearah 1 gelombng dengan 1 dioda

Cara Kerja Rangkaian ini :


o Pada saat titik A mendapat polaritas (+) dan titik B mendapat polaritas (-) maka
arus mengalir dari A menuju Dioda menuju anoda ke katoda lalu ke B. Sehingga
terjadi penarikan electron atau arus electron.
o Sedangkan pada titik A mendapat polaritas (-) dan titik B mendapat polaritas (+)
maka arus electron tidak terjadi karena anoda mendapat polaritas (-) dan katoda
mendapatkan polaritas (+).
Tegangan
Sekunder
Auto trafo
Tegangan primer
HTT

Tegangan
Sekunder HTT

tinggi amplitude sekunder HTT


ditentukan oleh perbandingan
Transformasi antara primer dan
Sekunder HTT E1:N1 = E2:N2

Tegangan tabung

tegangan tabung sama dengan tegangan


Sekunder HTT

Arus tabung

Pada saat anoda mendapat polaritas (+) terjadi


rangkaian tertutup dan terjadi arus tabung
sedangkan saat anoda mendapat polaritas (-)
tidak akan terjadi arus tabung.
17

4. Rangkaian Tabung Rotgen

Tabung Rotgen terdiri dari :


1) Glass Envelope/ Tube Insert
Bahan Yang terbuat dari bahan Firex tahan panas.
2) Filamen
Terdiri dari bahan Tungsen mempunyai titik lebur yang tinggi 3600c dengan nomor atom
74.
Filamen berfungsi sebagai sumber electron dan juga sebagai katoda yang terbagi 2 :
a. Katoda Direct / langsung
b. Katoda Indirect / tak langsung.
Katoda berupa :
b. Single focus
Small focus

Double focus

c. Double Fokus

Small focus

Large focus

18

3) Anoda Sebagai target terdiri


b. Stationary Anoda / anoda diam.
c. Rotating Anoda / anoda putar.
Terdiri dari dua Bahan :
a. Bahan Tuhngstan.
b. Bahan Tembaga.

Kedua bahan ini sebagai anoda mempunyai syarat :


a. Hubungan Mekanisme yang baik : Agar bahan tetap lengket dan tidak lepas.
b. hubungan elektrik yang baik : Agar tidak terjadi protect drop yang besar.
Rotating anoda
Sebelum terjadi exposes anoda berputar dulu, tegangan harus besar pada saat putaran normal
yang digerakkan oleh motor. Anoda dibuat miring 16-40 disebut Gotzge Line focus.
Fungsinya mendapat Effective Vocal Spot Size / ukuran focus yang sekecil-kecilnya.
4) Tabung Vakum
Supaya electron dari katoda ke anoda tidak ada hambatan.
5) Tube Insert dan Glass envelope terdiri dari:
a. Timah hitam adalah agar tidak bocor
b. Oli adalah agar tidak panas/pendingin
c. Tube housing adalah tempat kabel keluar percepatan ratating anoda 3600 rpm.
d. Windows adalah tempat/jalan yang memberikan jalan sinar X dan lebih tipis dari
Inhern Filter.
5. Rangkaian Timer
Alat untuk menentukan lamanya penyinaran dengan menghubungkan / memutuskan rangkaian
power supply dengan HTT (rangkaian expose)
1. Timer bekerja secara Mekanik.
2. Timer bekerja secara Elekrik.
3. Timer bekerja secara Elektronik.
4. Timer bekerja secara Otomatik.

19

Sinar Rontgen Memiliki Sifat-Sifat :


Sinar X dapat digunakan untuk terapi maupun diagnostik karena sinar X mempunyai
sifat sifat sebagai berikut :
Penetrating Effect
Bila sinar X mengenai bahan maka sinar tersebut akan diserap oleh bahan tersebut.
Banyak sinar yang terserap tergantung dari tebal tipisnya bahan dan kerapatannya.
Biological effect
Apabila Sinar X mengenai tubuh maka akan merusak / mematikan sel-sel yang hidup
dengan dosis radiasi tertentu. Akibat radiasi tersebut maka akan menyebabkan
kemandulan / metabolisme tidak lancar.
Contoh : - Reproduksi : kemandulan
- mata : kebutaan ; sekecil apapun radiasi sinar X jangan
diabaikan.
Ionisation effect
Maka dikenakan pada bahan, maka pada bahan tersebut akan terjadi ionisasi yaitu
peristiwa dimana ion-ion negatif akan terlepas dari ikatan atomnya.
Flourocant effect
Bila sinar X mangenai layer yang dilapisi dengan bahan flourocent misalnya :
NHI maka peda layer tersebut akan terjadi kilatan cahaya / cahaya tampak.
Fotography effect
Bila sinar X mengenai fllm, maka pada film akan terjadi bayangan laten. Apabila
kemudian film tersebut diproses di kamar gelap maka akan terjadi bayangan bisa
dilihat.

20

Langkah prosedural dalam pengoperasian alat X-ray


a. Prasyarat :
1. SDM terlatih /tersertifikasi
2. Catu daya sesuai
3. Alat layak pakai ( ada stiker terkalibrasi )
4. Lingkungan kerjayang mendukung ( suhu + 16 c - 24 c
Kelembaban 35 % - 70% )
b. Persiapan
bahan operasional :
-Kaset
-Film
-Larutan untuk pencucian film pada kamar gelap ( auto /manual )

c.

Langkah pengoperasian
1. Cek tegangan PLN / jala jala dengan Avometer
2. Hubungkan tusuk kontak dengan stop kontak
3. Cek tegangan masuk pada line Voltage indicator, atur tegangan sesuai kebutuhan
4. Atur kondisi pemotretan ( Kv, mA/s)
5. Tekan tombol preparation
6. kemudian tekan tombol ekspose

d.

Langkah pengemasan :
1. Kembalikan semua tombol keposisi semula
2. Cabut tusuk kontak
3. Kembalikan alat keposisi semula
4. pasang penutup debu

e. Pemeliharaan
1. Inspection, Qalitative
2. Cleaning ( membersihkan )
3. Lubricating ( pelumasan )
4. Replacing ( penggantian)
5. Theighening ( pengencangan )
6. Setting / adjustmen ( penyetelan )
7. Kalibrasi
8. Testing comitioning
f. Kalibrasi
1. Measurement ( mengukur )
- inviroitment
-preformance ( Kv, mA /s)
-safety ( proteksi radiasi menggunakan Survey meter )
2. Comparation ( membandingkan ) nilai standart BAPETEN
3.setting / adjustment
21

22

Anda mungkin juga menyukai