Anda di halaman 1dari 1

Silahturahmi Pintu Rezeki

Edisi 136 - 4 Agustus 2014


E : pln-kita@pln.co.id

Plnkita

Bila kata merangkai dusta, bila langkah


membekas lara. Bila hati penuh
prasangka, dan bila ada langkah yang
menoreh luka, mohon pintu maaf
dibuka.

Silaturahmi adalah pintu rezeki. Tak


ada satupun umat di dunia ini yang
mampu hidup sendiri. Jangankan untuk
hidup, untuk matipun kita perlu orang
lain, ujar Ustadz Habibulah Komarudin
LC saat Halalbihalal yang digelar di PLN
Kantor Pusat, Senin (4/8). Rezeki hadir
karena saling bertemu. Ibarat untuk
membuat secangkir teh pun perlu
keterlibatan banyak pihak, tambahnya.
Halalbihalal ini diikuti oleh Direksi,
Komisaris PLN, unsur pimpinan beberapa
unit di Jakarta, anak perusahaan,
pegawai PLN Pusat, mitra kerja, dan
wartawan. Direksi dan komisaris PLN
berjalan menyalami satu per satu
pegawai yang berbaris rapi. Kegiatan ini
tampak semarak dengan dipajangnya
'lampion' berwarna merah. Lampion
yang dimaksud adalah kertas-kertas
berwarna merah yang digantung di
plafon bertuliskan 477 Fortune Global
500.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur
Utama PLN Nur Pamudji menyampaikan
apresiasinya kepada seluruh karyawan
atas pencapaian yang berhasil diraih PLN
dalam beberapa bulan terakhir. Salah
satunya, keberhasilan PLN menjadi
perusahaan Indonesia yang masuk
diurutan ke 477 dalam Fortune Global
500 atau 500 perusahaan dengan
pendapatan terbesar dunia. Pencapaian
ini merupakan prestasi yang telah
dicanangkan
oleh
beberapa
kepengurusan direksi PLN sejak lama,
yaitu menjadi world class company.
Nur menyebutkan bahwa salah satu
parameter world class company adalah
mendapatkan pengakuan dari lembaga
informal yang diakui oleh seluruh dunia,
seperti Fortune Global 500. Saya perlu
mengucapkan terima kasih kepada Anda
semua, kepada semua lapisan PLN, mulai
dari yang paling bawah, yang ada di
depan (frontliner), yang ada di lapangan,
yang melayani penyambungan ke

pelanggan, sampai kepada Dewan


Komisaris dan juga RUPS. Karena ini
adalah hasil kerja keras kita semua,
ucap Nur Pamudji.
Pemeringkatan Fortune Global 500
adalah ajang tahunan yang dilakukan
oleh Majalah Fortune sejak 1955
dengan kriteria utama berdasarkan
total pendapatan per tahun fiskal.
Jumlah pendapatan PLN yang besar tak
lain adalah karena PLN terus berupaya
menyambung lebih banyak pelanggan
baru,
serta
terus
berupaya
meningkatkan produksi listrik sehingga
penjualan dapat terus meningkat.
Apresiasi ini juga menunjukan bahwa
laporan keuangan (LK) PLN dipercaya
akurasinya. Aliran uang yang masuk ke
kocek PLN setiap bulan mencapai Rp 15
triliun dari 54 juta pelanggan PLN. Hal
ini juga menunjukkan bahwa PLN telah
berhasil membangun sistem yang
memungkinkan terjadinya aliran uang
yang lancar tanpa hambatan.

adanya perbaikan cash flow PLN


menyusul kenaikan tarif listrik dan
adanya pembangkit-pembangkit PLN
yang masih berlangsung dalam tahap
komisioning hingga saat ini.
Dengan kriteria yang sama, pada
Juli lalu, Moodys selaku lembaga
pemeringkat internasional
juga
mengumumkan kenaikan Company
Stand Alone Credit Quality atau
Baseline Credit Assesment (BCA)
untuk PLN dua tingkat ditandai
dengan turunnya BCA dari semua
Baa3 menjadi Ba2. Itu semua saya
rasa adalah hasil kerja keras Anda
semua, ujar Nur.

Ini akan kita lanjutkan terus, kita


perbaiki terus supaya PLN benar-benar
menjadi perusahaan yang modern,
kata Nur Pamudji.

Nur menghimbau juga agar seluruh


pegawai dapat bekerja dengan baik
termasuk dalam menghadapi resikoresiko sebagai bagian dalam dinamika
pekerjaan. Saya ingin mengingatkan
kepada Anda semua dan saya sendiri,
bahwa kata RISK dalam bahasa inggris
diadob dari bahasa arab, yang artinya
rezeki. Hal tersebut adalah dua sisi
mata uang yang sama. Dibalik risk
(resiko) ada rezeki, kata Nur.

Selain itu, pada April lalu, salah satu


lembaga rating internasional Standard
& Poors (S&P) menaikan Stand Alone
Credit Profile (SACP) PLN dari B+
menjadi BB- karena S&P yakin akan

Mari kita kelolah resiko yang harus


dihadapi selama kita bekerja dengan
baik, sehingga resiko tadi berubah
menjadi rezeki. Kita jangan takut
mengelolah resiko, tambah Nur. (*)

Diterbitkan oleh Komunikasi Korporat Sekretariat Perusahaan

Anda mungkin juga menyukai