PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup berkelompok dan saling berhubungan untuk
memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain : rasa menjadi milik
orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain
dan kebutuhan pernyataan diri.
Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, misalnya individu berada dalam
satu keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan hubungan timbal balik
dimana hal ini diperoleh melalui kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif
dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan jiwa seseorang.
Meningkatnya pengunaan kelompok terapeutik yang merupakan bagian dalam terapi modalitas
dapat memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku klien. Dan jjuga dinamika
kelompok tersebut membantu individu/klien meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi
perilaku maladaptive.
PENGERTIAN
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang
llain, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama (Stuart and Sundeen, 1991).
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta
mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptive (Keliat, B.A., 2004)
Secara umum fungsi kelompok adalah :
1. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman
2. Saling membantu satu sama lain
3. Merupakan proses menerima umpan balik dan penyelesaian masalah
KOMPONEN KELOMPOK
Menurut Stuart & Laraia ( 2001 ), terdapat delapan komponen dlam kelompok, yaitu
1. Struktur kelompok
Struktur akan menjaga stabilitas kelompok dan membantu pengaturan pola perilaku dan
interaksi. Struktur ini akan diatur oleh pemimpin dan anggota kelompok. Komunikasi
akan dipandu oleh pemimpin, sementara keputusan diambil secara bersama dengan
anggota kelompok.
2. Besar Kelompok
Jumlah anggota akan sangat mempengaruhi jalannnya proses didalam kelompok.
Jumlah yang ideal untuk kelompok kecil adalah 5- 12 orang, hal ini mengakomodir
sejumlah pendapat para pakar seperti Rawlin, William dan beck (1993) adalah 5 10
orang, Lancester ( 1980) adalah 10-12 orang dan Stuart dan Laraia (2001) adalah 7 -10
orang. Keuntungan bila jumlah anggota kelompok tidak terlalu besar yaitu seluruh
anggota kelompok mendapat kesempatan untuk mengungkapkan pendapat,
pengalaman dan perasaannya. Akan tetapi bila jumlahnya sangat sedikit hal itu juga
menyebabkan tidak variatifnya informasi dan interaksi yang terjadi didalam kelompok.
3. Lamanya sesi
Waktu yang efektif untuk satu sesi adalah 20 40 menit bagi fungsi kelompok rendah
dan 60 120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia, 2001). Satu sesi
terdiri dari tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi. Banyaknya sesi tergantung
dari tujuan kelompok dan dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
4. Komunikasi
Seorang pemimpin dalam kelompok bertugas mengamati dan menganalisa pola
komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Elemen yang harus diamati, menurut Stuart &
Laraia (2001), yaitu komunikasi itu sendiri, setting duduk, tema yang diekspresikan,
frekuensi komunikasi, kemampuan anggota dan proses penyelesaian masalah. Dalam
proses ini, pemimpin berperan dalam memberikan umpan balik sehingga setiap anggota
menyadari adanya dinamika dalam proses interaksi didalam kelompok.
5. Peran Kelompok
Terdapat tiga peran dan fungsi kelompok yang akan ditampakkan oleh setiap anggota
dalam kerja kelompok, yaitu :
a. Maintenance roles, yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan
fungsi kelompok yang meliputi pendorong, penyelaras, pemusyawarah,
penjaga, pengikut, pembuat peraturan dan penyelesai masalah.
b. Task roles, yaitu focus pada penyelesaian tugas yang meliputi pemimpin,
penanya, fasilitator, penyimpul, evaluator dan pemberi inisiatif.
c. Individual roles, yaitu orientasi pada diri sendiri dan distraksi pada kelompok
yang meliputi korban, monopoli, seducer, diam, tukang komplain, negative
dan moralis.
6. Kekuatan kelompok
Kekuatan didefinisikan sebagai kemampuan anggota kelompok dalam mempengaruhi
jalannya kegiatan kelompok. Untuk itu akan dapat dikaji siapa yang paling banyak
mendengar dan siapa yang membuat keputusan dikelompok sehingga dapat ditetapkan
kekuatan suatu kelompok.
7. Norma kelompok
Norma adalah suatu standar perilaku didalam kelompok yang diharapkan timbul dalam
perilaku anggota kelompok pada masa yang akan datang berdasarkan pengalaman
masa lalu dan saat ini. Pemahaman terhadap norma akan mempengaruhi komunikasi
dan interaksi dalam kelompok. Kesesuaian perilaku dengan norma akan diterima
sedangkan ketidaksesuaian akan ditolak oleh anggota kelompok.
8. Kekohesifan
Kekohesifan merupakan kekuatan anggota kelompok dalam bekerja sama untuk
mencapai tujuan. Hal ini sangat penting karena ketertarikan dan kepuasan terhadap
kelompok akan membuat anggota mempertahankan kelompoknya. Untuk itu seorang
pemimpin harus jeli menganalisa hal hal yang dapat memperkuat kekohesifan kelompok.
persiapan dengan
penyusunan proposal.
2. Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuk kelompok yang baru dan peran yang
baru. Yalom (1995) dalam Struart & Laraia (2001) membagi fase ini menjadi 3 fase lagi,
yaitu fase orientasi, konflik dan kohesif.
a. Tahap Orientasi
Pada tahap ini pimpinan kelompok lebih aktif dalam memberi pengarahan. Pemimpin
mengorientasikan anggota pada tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari
tujuan, kerahasiaan, waktu pertemuan, struktur dan aturan komuniksi (hanya satu orang
bicara pada satu saat)
Norma perilaku, rasa memiliki atau kohesif antara anggota kelompok diupayakan
terbentuk fase orientasi.
b. Tahap Konflik
Peran dependen dan independen terjadi pada tahap ini, sebagian pemimpin ingin
sebagai pengambil keputusan, ada pula yang hanya mengarahkan dan justru anggota
nantinya yang akan memutuskan, ada pula anggota yang netral dan hanya membantu
penyelesaian konflik peran yang terjadi.
Perasaan bermusuhan, yang ditampilkan baik antar anggota kelompok maupun antar
anggota dan pimpinan dapat terjadi pada tahap ini. Pimpinan perlu memfasilitasi
ungkapan perasaan baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali
penyebab konflik dan mencegah perilaku yang tidak produktif, misalnya saling
mengkambinghitamkan.
c. Tahap Kohesif
Setelah melalui tahap konflik, anggota kelompok akan merasakan ikatan yang kuat satu
sama lain. Perasaan positif akan semakin saling diungkapan. Anggota merasa bebas
membuka diri tentang informasi dan lebih intim dengan anggota yang lain. Pemimpin
tetap berupaya memberdayakan kemampuan anggota kelompok dalam penyelesaian
masalah. Pada akhirnya anggota kelompok akan belajar bahwa perbedaan tidak perlu
ditakutkan, semua persamaan dan perbedaan tetap dapat mewujudkan tujuan menjadi
suatu realitas.
3. Fase Kerja Kelompok
Fase ini kelompok sudah menjadi sebuah tim yang stabil dan realistis. Walaupun bekerja
keras tetapi tetap menyenangkan dan menjadi suatu tantangan bagi anggota dan
pemimpin kelompok.
Tugas pimpinan kelompok pada fase ini membantu kjelompok emncapai tujuan,
mengiurangi dampak dari hal-hal yang dapat menurunkan produktifitas kelompok.
Pemimpin akan bertindak sebagai konsultan.
Bebrapa anggota akan sangat akrab, berlomba mendapatkan perhatian peminpin
kelompok, tidak ada lagi kerahasiaan dan keinginan untuk berubah. Hal inilah yang
harus diperhatikan oleh pimpinan kelompok agar segera melakukan strukturisasi.
Di akhir fase anggota akan menyadari produktifitas dan kemampuan yang bertambah
disertai percaya diri dan kemandirian.
4. Fase Terminasi Kelompok.
Terminasi dapat sementara atau permanen. Terminasi dapat pula terjadi karena anggota
kelompok atau pimpinan keluar dari kelompok. Pada fase ini dilakukan evaluasi yang
difokuskan pada pencapaian kelompok dan individu. Terminasi yang sukses ditandai
oleh perasan puas dan pengalaman kelompok dapat digunakan secara individual pada
kehidupan sehari-hari.
: Pengenalan orang
Sessi II
: Pengenalan tempat
Sessio III
: Pengenalan waktu
3. TAK SOSIALISASI
Klien dibantu untuk melakukan soaialisasi dengan individu yang ada disekitar klien.
Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan
massa.
Aktifitas yang diberikan:
Sessi I
Sessi II
Sessi III
Sessi IV
Sessi V
Sessi VI
Sessi VII
kehidupan
a. Tak stimulasi persepsi : Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b. Tak stimulasi persepsi : Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik
c. Tak stimulasi persepsi : Mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi asertif
d. Tak stimulasi persepsi : Mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhan
minum obat
3. Fasilitator
Tugasnya :
Memfokuskan kegiatan
4. Observer
Tugasnya :
Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku klien
Perawat dapat bertugas sebagai leader, co leader, fasilitator dan observer. Namun untuk
kelompok yang telah melakukan aktifitas secara teratur, klien yang sudah kooperatif dan stabil
dapat berperan sebagai co leader, fasilitator, observer bahkan sebagai leader. Perawat sebagai
terapis perlu mengarahkan.
Jumlah anggota kelompok berkisar antara 7 sampai 10 orang sedangkan lamanya
aktifitas 45 sampai 60 menit. Sebelum memulai terapi aktifitas kelompok perlu menyusun
proposal sebagai pedoman pelaksanaan terapi aktifitas kelompok.
PROGRAM ANTISIPASI MASALAH DALAM TAK
Masalah yang mungkin timbul dalam TAK antara lain :
Adanya Sub Kelompok
Cara mengatasi masalah ini tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori
yang mendasari terapi aktifitas tersebut.
REFERENSI
Keliat dan Akemat. (2004). Keperawatan jiwa : Teapi aktivitas kelompok. Jakarta : EGC
Rawlins, Williams, and Back. (1993). Mental-health-psychiatric: a holistic life-cycle approach. St.
Loise : Mosby Year Book
Stuart & Laraia. (2001). Principles and practice of psychiatric nursing. St. Loise : Mosby Year
Book
Wilson & Kneisl. (1992). Psychiatric nursing. California : Addison-Wesley.