Anda di halaman 1dari 5

SISTEM IMUN KOMPLEMEN

Komplemen adalah kumpulan sembilan protein plasma (C1-C9) bukan antibodi yang
diperlukan pada reaksi antigen-antibodi sehingga terjadi kerusakan jaringan atau
kematian mikroba serta lisis sel.
MEDIATOR YANG DILEPAS KOMPLEMEN
Aktivasi komplemen menghasilkan sejumlah molekeul efektor antara lain
anafilaktoisisin, adherens imun, opsonin, dan membrane attack complex yang
mempunyi efek biologi.
AKTIVASI KOMPLEMEN
Ada 3 aktivator yang berbeda yang mendeteksi kuman dan mengaktifkan C3 yang
merupakan komplemen kunci. Sistem komplemen mengandung lebih dari 18 macam
protein. Protein-protein ini bertindak dalam suatu kaskade, dimana satu protein
mengaktifkan protein berikutnya. Sistem komplemen bisa diaktifkan melalui 2 cara
yang berbeda:
1.Jalur alternatif : diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau antigen
2. Jalur klasik : diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada antigen (komplek
imun).
3. jalur lektin MBL
A. Aktivasi komplemen melalui jalur Lektin (MBL)
Mannan Binding Lektin (MBL) adalah kolektin yang dapat diikat memalui bagian lektin
oleh hidrat arang kuman. Setelah MBL diikat kuman lektin tersebut, MBL segera
mengaktifkan C3
B. Aktivasi komplemen melalui jalur klasik
Penggunaan istilah klasik berdasarkan ditemukannya yang pertama kali, meskipun
reaksi melalui jalur klasik terjadi sedsudah reaksi jalur lainnya. Ativasi jalur klasik
dimulai dengan C1 yang dicetuskan oleh kompleks imun antibody dan antigen.
IgM memiliki sebanyak 5 Fc mudah diikat oleh C1 . meskipun C1 tidak mempunyai sifat
enzim, namun stelah dia berikatan dengan Fc dapat mengakifkan C2 dan C4 yang
selanjtunya mengkatifkan C3.
IgM dan IgG1, IgG2, IgG3 (IgM lebih kuat dibandingkan dengan IgG) yang membentuk
kompleks imun dengan antigen, dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik,
jalur klasik melibatkan 9 komplemen protein utama yaitu C1-C9. Selama aktivasi,
protein-protein tersebut diaktifkan secara berurutan. Produk yang dihasilkan menjadi
katalisator dalam reaksi berikutnya. Jadi stimulus kecil dapat menimbulkan reaksi
aktivasi komplemen berantai. Lipid A dari endotoksin, protease, Kristal urat,
polinukleotida, membaran virus tertentu dan CRP dapat mengakifkan kompleme
melalui jalur klasik.
C. Aktivasi kopmlemen melalui jalur alternatif
Aktivasi jalur alternatif dimulai dari C3 yang merupakan molekul yang tidak stabil dan
terus menerus ada dalam aktivasi spontan derajat rendah dan klinis yang tidak berarti.
Aktivasi spontan C3 diduga terjadi pada permukaan sel, meskipun sel normal
mengekspresikan inhibitor permukaan yang mencegah aktifasi C3.
Antigen+IgG/IgM Non-Imunologik/enzim
C1q JALUR KLASIK
C1r

C1s
C2 (anafilatoksin) (anafilatoksin, faktor kemotaktik)
C2 kinin C4 C3a C5a
Menyerupai C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 lisis
Faktor B dan D C3b aderensi C5b
Properdin opsonisasi JALUR ALTERNATIF
IgA, endotoksin, dll

FUNGSI KOMPLEMEN
1. Inflamasi
Sebagai langkah awal untuk menghancurkan benda asing dan mikroorganisme serta
membersihkan jaringan yang rusak
Tubuh mengerahkan elemen-elemen system imun ke tempat benda asing dan
mikroorganisme yang masuk ke tubuh atau jaringan yang rusak tersebut
Fagositosis merupakan komponen penting pada inflamasi
Dalam inflamasi, ada 3 hal yang terjadi, yaitu:
Peningkatan pasokan darah ke tempat benda asing dan mikrorganisme atau jaringan
yang rusak
Peningkatan permeabilitas kapiler yang ditimbulkan oleh pengerutan sel endotel yang
memungkinkan molekul yang lebih besar seperti antibody dan fagosit bergerak keluar
pembuluh darah menuju ke tempat benda asing (diapedesis)
Mikrorganisme atau jaringan yang rusak.
Peningkaan permeabilitas vascular yang local terjadi atas pengaruh anafilatoksin (C3a,
C4a, C5a). aktivasi komplemen C3 dan C5 menghasilkan fragmen kecil C3a dan C5a
yang merupakan anafilatoksin yang dapat memacu degranulasi sel mast dan atau
basofil melepas histamine. Histamine yang dapat dilepas sel mast atas pengaruh
komplemen, meningkatkan permeabilitas vascular dan kontraksi otot polos dan
keluarnya plasma yang mengandung banyak antibody, opsonin dan kompnen
komplomen ke jaringan.
2. Kemokin
Merupakan molekul yang dapat menarik dan mengerahkan sel-sel fagosit. C3a, C5a dan
C5-6-7 merupakan kemokin yang dapat mengerahkans sel-sel fagosit baik mononuclear
maupun polimorfonuklear ke tempat terjadi infeksi. C5a adalah kemoatraktan untuk
neutrofil yang juga merupakan anafilatoksin. Monosit yang masuk ke jaringan menjadi
makrofag, dan fagositosisnya diaktifkan opsonin dan antibody. Makrofag yang
diaktifkan melepas berbagai mediator yang ikut berperan dalam reaksi inflamasi.
3. Fagositosis opsonin
C3b dan C4b mempunyai sifat opsonin. Opsonin adalah molekul yang dapat diikat
disatu pihak leh partikel (kuman) dan dilain pihak oleh reseptornya pada fagosit
sehingga memudahkan fagositosis bakteri atau sel lain. C3 yang banyak diaktifkan
pada aktivasi komplemen merupakan sumber opsonin utama (C3b). Molekul C3b dalam
bentuk inaktif (iC3b), juga berperan sebagai opsonin dalam fagositosis oleh karena

fagositosis juga memiliki reseptor untuk CiC3b.


IgG juga dapat berfungsi sebagai opsonin, bila berikatan dengan reseptor Fc pada
permukaan fagosit. Oleh karena fagosit tidak memiliki reseptor Fc untuk IgM,
opsonisasi yang dibantu konplemen merupakan hal yang sangat penting selama terjadi
respon antibody primer yang didominasi IgM yang merupakan activator komponen
poten. CRP juga berfungsi sebagai opsonin.
4. Adherens Imun
Adherens Imun merupakan fenomena dari partikel antigen yang melekat pada berbagai
permukaan (mis: permukaan pembuluh darah), kemudian dilapis antibody dan
mengaktifkan komplemen. Akibatkan anigen akan mudah difagositosis. C3b berfungsi
dalam adherens imun tersebut.
5. Elimiasi kompleks imun
C3a atau iC3b dapat diendapkan dipermukaan kompleks imun dan merangsang
eleminasi kompleks imun. Baik sel darah merah dan neutrofil memiliki CR1-R dan
mengikat C3b dan iC3b. C3 dan C4 ditemukan dalam kompleks imun yang larut dan
diikat oleh CR1-R pada sel darah merah yang mengangkutkan ke organ yang
mengandung banyak fixed fagosit seperti hati dan limpa. Melalui reseptor komplemen
dan Fc, fagosit-fagosit tersebut menyingkirkan dan menghancurkan kompleks imun dari
sel darah merah. Pada proses ini, sel darah sendiri tidak rusak.
Neutrofil dapat mengeliminasi kompleks imun kecil dalam sirkulasi. Bila antigen tidak
larut yang diikat antibody dan dibentuk dalam darah atau jaringan tidak disingkirkan,
akan memacu inflamasi dan dapat menimbulkan penyakit kompleks imun. Kompleks
besar tidak larut sulit untuk disingkirkan dari jaringan; sejumlah besar C3 yang
diaktifkan dapat melarutkan kompleks tersebut.
6. Lisis osmotic bakteri
Aktivasi C3 (jalur alternative atau klasik) akan mengaktifkan bagian akhir dari kaskade
komponen komplemen C5-C9. Aktivasi komplemen yang erjadi dipermukaan sel bakteri
akan membentuk Membrane Attack Complex dan akhirnya menimbulkan lisis osmotic
sel atau bakteri. C5 dan C6 memiliki aktivasi enzim, yang memungkinkan C7, C8 dan
C9 memasuki membrane plasma dari sel sasaran.
7. Aktivitas sitolitik
Eosinofil dan sel polimorfonuklear mempnyai reseptor untuk C3b dan IgG sehingga 3b
dapat meningkakan sitotoksisitas sel efektor Antibody Dependent Cell Mediated
Cytotoxicity (ADCC) yang kerjanya bergantung pada IgG. Disamping itu sel darah
merah yang diikat C3b dapat dihancurkan juga melalui kerusakan kontak. C8-9
merusak membrane membentuk saluran-saluran dalam membrane sel yang
menimbulkan lisis osmotic.
RESEPTOR KOMPLEMEN
Aktivasi komplemen jalur alternative dan klasik menghasilkan beberapa fragmen
komplemen yang diikat oleh reseptor yang ditemukan pada berbagai jenis sel. C1qR
ditemukan pada makrofag yang mengikat C1G dari jaringan kolagen dan berperanan
pada elimnasi antigen. CR2 merupakan bagian dari kompleks ko-reseptor sel B dan
juga ditemukan pada sel dendritik folikular yang berfungsi dalam fagositosis kompleks
imun di center germinal dan dalam perkembangan sel memori. CR3 adalah antegrin

(molekul adhesi). Pada fagosit mononukleat, neutrofil dan Sel NK yang fungsinya
memudahkan fagositosis kompleks imun dan juga dalam migrasi monosit ke jaringan.
CR4 merupakan intergrin yang memupunyai fungsi sama dengan CR3, diekspresikan
terutama pada makrofag jaringan.
Protein dalam serum yang merupakan komponen pada aktivasi komplemen, baik pada
jalur klasik maupun jalur alternative dibentuk oleh hati, makrofag, monosit dan ssel
epitel intestinal. Bahan-bahan tersebut dilepas kedalam serum dalam bentuk tidak
aktif.
Pada tiap tahap penglepasan mediator terdapat mekanisme tubuh untuk menetralkan,
yang disebut regulator, sehingga tidak akan terjadi reaksi yang berlangsung terusmenerus yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan. System enzim yang kompleks ini
diatur oleh beberapa penyekat protein yang dapat mencegah aktivasi premature dan
aktivitas yang menunjang dari setiap produk. Contohnya adalah penyekat esterase CI
(CI INH), penyekat C3b, inaktifator anafilatoksin dan penyekat C4b. defesiensi bahanbahan tersebut jarang ditemukan. Penyekat anafilatoksin menginaktifkan C3a dan C5a.
penyekat C3b mengikat molekul tersebut dan membuatnya menjadi inaktif.

Anatomi Makroskopik
Limpa berasal dari differensiasi jaringan mesenkimal mesogastrium dorsale. Berat limpa rata-rata
berkisar antara 75-100 gr, pada dewasa berukuran 12 x 7 x 4 cm, biasanya sedikiut mengecil dengan
bertambahnya umur sepanjang tidak disertai adanya patologi lainnya.1,4,5
Letak organ ini dikuadran kiri atas dorsal di abdomen, kira-kira ditutupi oleh iga 9 sampai iga 11,
pada permukaan bawah diafragma terlindung oleh kubah iga. Limpa terpancangditempatnya oleh
lipatan peritonoium yng diperkuat oleh beberapa ligamenta suspensoria. Ligamen gastroplenik berisi
semua v. gastrika brevis. Ligament yang lainnya tak berpembuluh kecuali pada hipertensi portal
sangat banyak mengandung vena kolateral.4,5
Darah arteri dipasok melalui a. lienalis. Darah balik disalir melalui v.lienalis yang bergabung dengan
v.mesentrika superior membentuk v.porta. Limpa tambahan mungkin ditemukan pada 30% kasus.
Letak limpa tambahan ini paling sering di hilus limpa, selebihnya di sekitar a.lienalis dan omentum.4
II.2. Anatomi Mikroskopik
Limpa dibungkus oleh kapsul serosa dan kolagen yang mana dari sini trabekula menembus parenkim.
Trabekula merupakan jaringan konektif padat, kaya kolagen dan elastis. Diantara trabekula terdapat
jaringan reticular yang menyusun parenkim limpa, yang mana terdiri dari pulpa merah dan pulpa
putih dan dibatasi oleh zona marginal. Pupla putih terdiri atas limfoid periarteriolar sheath dan
folikel limfoid sementara pulpa merah (yang merupakan hampir 75% isi dari limpa) terdiri atas sinus
venous dan korda splenika.3

Anda mungkin juga menyukai