Anda di halaman 1dari 3

BPJS Jaminan Kesehatan Nasional

1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kepesertaan
Jumlah peserta dan anggota keluarga yang ditanggung oleh jaminan kesehatan paling banyak 5 (lima)
orang
Peserta yang memiliki jumlah keluarga lebih dari 5 (lima) orang termasuk peserta, dapat
mengikutsertakan anggota keluarga yang lain dengan membayar iuran tambahan
Formulir Daftar Isian Peserta
Form Registrasi Perusahaan
Form Migrasi Peserta
Formulir 1 : PPU ( Pekerja Penerima Upah) , Pensiunan PNS, Veteran,dan Perintis Kemerdekaan.
Formulir 2 : PBPU (Pekerja Bukan Penerima Upah) dan Bukan Pekerja
Formulir 3 : Tambahan Anggota Keluarga
Formulir 4 : Perubahan Data
Iuran BPJS
Iuran jaminan kesehatan bagi Penerima Upah (Pegawai Perusahaan), sebesar 4,5 % dari gaji pokok dan
Tunjangan Tetap, dengan ketentuan sebagai berikut :

1.
2.

4 % (empat persen) dibayar oleh pemberi kerja (Perusahaan); dan


0,5 % (nol koma lima persen) dibayar oleh peserta.

Tarif-Tarif Dalam Program Jamsostek


JAMINAN HARI TUA
Definisi Program JHTProgram Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya
penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan
sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan
penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah
memenuhi persyaratan tertentu.
Iuran Program Jaminan Hari Tua :
Ditanggung Perusahaan = 3,7%
Ditanggung Tenaga Kerja = 2 %
JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
JPK adalah salah satu program Jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi
masalah kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan, rumah sakit, kebutuhan
alat bantu peningkatan pengetahuan, dan pengobatan, secara efektif dan efisien. Setiap tenaga kerja

yang telah mengikuti program JPK akan diberikan KPK ( Kartu Pemeliharaan Kesehatan ) sebagai
bukti diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Iuran JPK dibayar oleh perusahaan dengan perhitungan sebagai berikut:
3% dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk tenaga kerja lajang.
6% dari upah tenaga kerja (maks Rp 1 juta ) untuk tenaga kerja berkeluarga.

1.
2.
3.
4.
5.

JAMINAN KECELAKAAN KERJA (JKK)


Pengertian
Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga
kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh
penghasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko resiko sosial seperti kematian atau cacat karena
kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja.
Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga
pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara
0,24% s/d 1,74% sesuai kelompok jenis usaha.
Manfaat
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja sampai tiba kembali dirumah atau
menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh
perusahaan. Perincian besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum
pada iuran.
Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja
Kelompok I : 0.24 % dari upah sebulan;
Kelompok II : 0.54 % dari upah sebulan;
Kelompok III : 0.89 % dari upah sebulan;
Kelompok IV : 1.27 % dari upah sebulan;
Kelompok V : 1.74 % dari upah sebulan;
JAMINAN KEMATIAN (JKM)
Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris tenaga kerja yang menjadi peserta Jamsostek yang
meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan
beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.Pengusaha wajib
menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3 % dengan jaminan kematian yang diberikan
adalah Rp 12 Juta terdiri dari Rp 10 juta santunan kematian dan Rp 2 juta biaya pemakaman* dan
santunan berkala.
*) sesuai dengan PP Nomor 76 Tahun 2007*) sesuai dengan PP Nomor 76 Tahun 2007

Mengapa upah lembur dihitung dari 1/173 upah sebulan ?


Asumsinya seperti ini :
Dalam satu tahun ada 52 minggu
Jadi dalam 1 bulan = 52/12 = 4,333333 minggu.
Total jam kerja/minggu = 40 jam
Jadi Total jam kerja dalam 1 bulan = 40 X 4,33 = 173,33 dibulatkan menjadi 173 jam
maka untuk menghitung upah per jam yaitu upah perbulan / 173

Tips Untuk Meringankan Pajak Karyawan


Terhitung sejak 1 Januari 2009, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak telah menetapkan
ketentuan untuk mengenakan tarif pajak lebih besar kepada para karyawan / pegawai yang belum
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yakni dengan mengenakan tarif lebih tinggi 20% dari tarif
PPh Pasal 21. Ketentuan tersebut dituangkan oleh Dirjen Pajak dalam Surat Edaran No. SE-59/PJ/2008
tentang pemberian NPWP bagi karyawan tertanggal 17 Oktober 2008.
SE tersebut merujuk pada UU No.36/2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh) yang mulai diberlakukan per
1 Januari 2009. Dalam Pasal 21 Ayat (5a) disebutkan bagi WP yang ndak memiliki NPWP dikenakan tarif
lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap WP yang memiliki NPWP.

Adapun maksud dari dikeluarkannya SE tersebut agar bagi karyawan/pegawai yang belum mempunyai
NPWP segera mendaftarkan diri dan mengimbau kepada seluruh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) diminta
untuk secara proaktif melakukan sosialisasi kepada Pemberi Kerja / Bendahara Pemerintah. Sehingga
ada baiknya bagi perusahaan untuk mendaftarkan karyawannya untuk segera memiliki NPWP, untuk
menekan jumlah kewajiban pajak yang harus dibayarkan.
Selain itu, memilih metode pemotongan pajak karyawan juga dapat menjadi cara untuk meringankan
kewajiban pajak penghasilan. Metode pemotongan pajak yang umum digunakan ada dua macam, yakni
Metode Netto dan Metode Gross Up (Pajak Ditanggung oleh Perusahaan) dengan penjelasan sbb:
1. Metode Netto
Dalam metode ini pajak dipotong dari jumlah penghasilan karyawan sehingga biasa disebut dengan
Pajak Ditanggung oleh Pegawai.
2. Metode Gross Up
Dalam metode ini perusahaan memberikan tunjangan pajak sebagai komponen penghasilan karyawan
yang nilainya sama dengan jumlah pajak yang harus dipotong dari penghasilan karyawan. Biasa disebut
juga dengan Pajak Ditanggung oleh Perusahaan. Metode ini akan menghasilkan kewajiban pajak yang
lebih besar ketimbang metode Netto, karena nilai tunjangan pajak yang diberikan perusahaan juga
merupakan objek pajak yang dihitung ke dalam penghasilan bruto pegawai.
3. Metode Partial Gross Up
Metode ini menggunakan cara pemotongan Gross Up namun bagi karyawan yang belum memiliki NPWP
akan dipotong kewajiban pajak 20% lebih tinggi dari penghasilan karyawan.
Dengan menggunakan software Krishand Payroll dan Krishand PPh 21, Anda dapat dengan mudah
mengaplikasikan perhitungan pajak penghasilan pegawai dengan metode pemotongan pajak yang
berbeda untuk tiap pegawai. Berikut menghasilkan laporan pajak yang diperlukan seperti SPT Masa PPh,
SSP, Formulir 1721 A1 dsb dan disertai dengan Laporan-laporan Internal berupa rincian laporan
penghasilan per-pegawai, rangkuman bulanan, yang dapat di break down per-cabang dan perdepartemen.
Penting bagi kami mengimbau bagi setiap Anda yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk mendaftarkan diri pada Kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib
pajak karena sesuai SE diatas hukumnya adalah wajib.
Pendaftaran NPWP selain dengan cara mendaftar sendiri, juga dapat dilakukan melalui Pemberi
Kerja/Bendaharawan Pemerintah di mana data yang berhasil dihimpun dari Pemberi
Kerja/Bendaharawan Pemerintah akan disampaikan kepada masing-masing KPP untuk ditindaklanjuti
guna diberikan NPWP.

Anda mungkin juga menyukai