Anda di halaman 1dari 7

MASALAH KESEHATAN KESELAMATAN KERJA DI DESA

SUMBERJAMBE KABUPATEN JEMBER

PAPER

oleh:
Bima Satriya Dewantara
NIM 112310101030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014

Permasalahan
Potensi sumber daya yang ada di Sumber jambe saat ini belum benar-benar
optimal diberdayakan. Padahal Desa Sumber jambe memiliki potensi yang sangat
besar, baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun kelembagaan/
organisasi. Hal pokok yang menjadi andalan masyarakat Desa Sumberjambe
pertanian dan hasil perkebunan, seperti Durian, Kelapa dan Langsep. Sebagian
masyarakat di Sumberjambe bekerja sebagai seorang petani. Pengelolaan potensi
alam yang ada 60% masih secara tradisional, baru sekitar 40 % yang sudah
tersentuh teknologi tepat guna. Permasalahan yang ada, masih banyak petani yang
tidak menggunakan posisi yang ergonomik saat melakukan pekerjaannya sebagai
petani. Hal tersebut memungkinkan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat
menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua
pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Tinjauan konsep
1. Konsep Posisi kerja
Posisi kerja merupakan penilaian kesesuaian antara alat kerja yang
digunakan oleh pekerja dalam bekerja dengan ukuran antropometri pekerja
dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan. Sikap kerja adalah tindakan yang
akan diambil pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan pekerja tersebut
yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan.
Sikap kerja juga diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan
puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya. Kemudian pada saat bekerja perlu
diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja dengan
nyaman dan tahan lama. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan
sikap kerja adalah proses kerja yang sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan
ukuran peralatan yang digunakan pada saat bekerja.
Sikap tubuh merupakan faktor resiko ditempat kerja. Manusia di muka
bumi ini untuk dapat makan harus bekerja, sikap tubuh saat melakukan setiap

pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan, mari kita


mempelajari bagaimana sikap kerja yang efektif untuk menghasilkan produk yang
maksimal. Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja
kerja dan luas pandangan.
Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya diperlukan
ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan
memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Pada posisi
berdiri dengan pekerjaan ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm
dibawah siku. Agar tinggi optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi
siku yaitu jarak vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah
mendatar dan lengan atas vertikal. Tinggi siku pada laki-laki misalnya 100 cm dan
pada wanita misalnya 95 cm, maka tinggi meja kerja bagi laki-laki adalah antara
90-95 cm dan bagi wanita adalah antara 85-90 cm.
Untuk menerapkan posisi kerja didalam ergonomi maka ada beberapa
persyaratan yang harus dilaksanakan antara lain :
a. Posisi duduk atau bekerja dengan duduk, ada beberapa persyaratan :
1. Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.
2. Tidak menimbulkan gangguan psikologis.
3. Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan.
b. Posisi bekerja dengan berdiri :
Berdiri dengan posisi yang benar dengan tulang punggung yang lurus dan
bobot badan terbagi rata pada kedua tungkai. Selain itu sikap tubuh dalam
pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan
mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus melayani mesin
(macam gerak, arah dan kekuatan) (Sumamur, 1996).
Terdapat 3 macam posisi dalam bekerja, yaitu:
1. Kerja posisi duduk
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas,
panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta
jarak lekuk lutut dan telapak kaki. Posisi duduk pada otot rangka (musculoskletal)
dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran

kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah (Santoso, 2004). Pada posisi duduk,
tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika
posisi duduk tidak benar. Tekanan posisi tidak duduk 100%, maka tekanan akan
meningkat menjadi 140% bila sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan
meningkat menjadi 190% apabila saat duduk dilakukan membungkuk kedepan.
Oleh karena itu perlu sikap duduk yang benar dapat relaksasi (tidak statis)
(Nurmianto dalam Santoso, 2004).
Sikap kerja yang baik dengan duduk yang tidak berpengaruh buruk
terhadap sikap tubuh dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit
lordosa pada pinggang dan sedikit kifosa pada punggung dimana otot-otot
punggung menjadi terasa enak dan tidak menghalangi pernafasan. Pekerjaan
sejauh mungkin dilakukan sambil duduk. Keuntungan bekerja sambil duduk
adalah sebagai berikut: kurangnya kelelahan pada kaki, terhindarnya sikap-sikap
yang tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi, dan kurangnya tingkat
keperluan sirkulasi darah (Sumamur, 1989).
Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat
saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan. Kenaikan tekanan
tersebut dapat meningkat dari suatu perubahan dalam suatu lekukan tulang
belakang pada saat duduk. Suatu keletihan pada pinggul sekitar 90o tidak akan
dicapai hanya dengan rotasi dari tulang pada sambungan paha. Urat-urat lutut dan
otot gluteal pada bagian belakang paha dihubungkan sampai bagian belakang
pinggul dan menghasilkan suatu rotasi parsial dari pinggul (pelvis), termasuk
tulang ekor atau (sacrum). Hal tersebut hanya menghasilkan 60o-90o kelebihan
putar pinggul dengan rotasi pada persendian tulang paha itu sendiri. Oleh sebab
itu perolehan 30o dari rotasi pinggul searah dengan lekukan tulang belakang
(lordosis) dan bahkan memperkenalkan suatu lekukan tulang belakang kearah
depan (kyphosis).
2. Kerja posisi berdiri
Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri adalah
tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan.
Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan mengakibatkan

penumpukan darah dan beragai cairan tubuh pada kaki dan ini akan membuat
bertambahnya biola berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai, seperti
pembersih (clerks), dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur pasti memerlukan
sepatu ketika bekerja (Santoso, 2004). Apabila sepatu tidak pas maka sangat
mungkin akan sobek dan terjadi bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan bagian
sekitar telapak kaki. Sepatu yang baik adalah yang dapat manahan kaki (tubuh)
dan kaki tidak direpotkan untuk menahan sepatu, desain sepatu harus lebih
longgar dari ukuran telapak kaki dan apabila bagian sepatu dikaki terjadi
penahanan yang kuat pada tali sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan itu terjadi
dalam waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan
(Santoso, 2004).
Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada
tenaga kerja dengan posisi berdiri, contohnya yaitu seperti yang diungkapkan
Granjean (dalam Santoso, 2004) merekomendasikan bahwa untuk jenis pekerjaan
teliti, letak tinggi meja diatur 10 cm di atas siku. Untuk jenis pekerjaan ringan,
letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku, dan untuk pekerjaan berat,
letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku (Santoso, 2004).
3. Membungkuk
Berdasarkan penelitian bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa
bekerja dengan posisi berdiri tegak dirubah menjadi posisi setengah duduk tanpa
sandaran dan setengah duduk dengan sandaran menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok (Santoso dalam
Romanenko, 2004). Yang mana posisi kerja yang baik adalah bergantian antara
posisi duduk dan posisi berdiri, akan tetapi antara posisi duduk dan berdiri lebih
baik dalam posisi duduk (Romanenko dalam Sumamur, 1989). Hal itu
dikarenakan sebagian berat tubuh disanggah oleh tempat duduk juga konsumsi
energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi dibandingkan tiduran, tetapi lebih
rendah dari pada berdiri. Posisi duduk juga dapat mengontrol kekuatan kaki dalam
pekerjaan, akan tetapi harus memberi ruang yang cukup untuk kaki karena bila
ruang yang tersedia sangat sempit maka sangatlah tidak nyaman.

Penyelesaian
Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat dilakukannya penyuluhan kepada
para petani di desa Sumberjambe tentang posisi ergomoni yang baik dengan
tujuan :
1. Petani dapat mengetahui posisi ergomoni yang baik dan benar dalam
bekerja
2. Untuk mengurangi resiko yang terjadi akibat kesalahan posisi yang tidak
ergonomi saat bekerja
3. Meingkatkan kualitas kerja dan hidup masyarakat sumberjambe
Selain itu semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis
teratur. Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain:
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan
mendeteksi bila ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda
dan yang sudah berumur.

DAFTAR PUSTAKA

Lukman, Nurnah Ningsih.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Adi, D K. 2001. Kamus Praktis Bahasa Indonesia.Surabaya: Fajar Mulya.
Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai