POINT (HACCP)
INDUSTRI TEPUNG TAPIOKA PAK NANANG
Di susun Oleh :
Kelompok 1
Andy Solichin
Hilda Pertiwi
Masrin
Muhammad Fahmi
Mutia Wijaya
Kelas 3 TPL
LATAR BELAKANG
Masalah keamanan pangan masih merupakan masalah penting
dalam
bidang pangan di Indonesia dan perlu mendapat perhatian khusus dalam program
pengawasan pangan. Penyakit dan kematian ditimbulkan melalui makanan di
Indonesia sampai saat ini masih tinggi, walaupun prinsip-prinsip pengendalian
untuk berbagai penyakit tersebut pada umumnya telah diketahui. Pengawasan
pangan yang mengandalkan uji produk akhir tidak dapat mengimbangi kemajuan
yang pesat dalam industri pangan, dan tidak dapat menjamin keamanan pangan
yang beredar dapt dianggap telah gagal untuk mengatasi masalah tersebut.
Oleh karena itu dikembangkan suatu sistem jaminan keamanan pangan
yang disebut dengan HACCP(Hazard Analysis Critical Point) yang merupakan
suatu tindakan preventif yang efektif untuk menjamin keamanan pangan. Sistem
ini mencoba untuk mengidentifikasi berbagai bahaya yang berhubungan dengan
suatu keadaan pada saat pembuatan, pengolahan atau penyiapan makanan, menilai
risiko-risiko yang terkait dan menentukan kegiatan dimana prosedur pengendalian
akan berdaya guna. Sehingga, prosedur pengendalian lebih diarahkan pada
kegiatan tertentu yang penting dalam menjamin keamanan makanan.
TUJUAN
MANFAAT
PROFIL INDUSTRI
Nama pemilik
: Pak Nanang
Jenis usaha
: industri kecil
Produk
: Tepung tapioka
Pegawai
: 10 orang
Kapasitas produksi
: 700 kg
Tahun berdiri
: 2007
Alamat
PENERAPAN HACCP
A. 5 LANGKAH :
1. Pembentukan tim HACCP
Tim HACCP terdiri dari tenaga kerja atau personil yang bertanggung
jawab dan terlibat langsung dalam suatu unit proses. Dalam hal ini tim
HACCP merupakan karyawan dari usaha Tepung Tapioka Pak Nanang
itu sendiri. Apabila terdapat masalah yang tidak sesuai dapat diselesaikan
oleh tim, maka dapat meminta saran dari tenaga ahli diluar tim. Adapun
tim HACCP terdiri dari :
No
Keahlian
Nama
Mikrobiologi
Mutia Wijaya
Rekayasa Proses
Hilda Pertiwi
proses produksi
3
Quality Control/
Quality Assurance
Laboratory Analyst
Masrin
Andy Solichin
pengujian laboratorium
5
Legal Officer
Muhammad
Fahmi
Procurement
Andy Solichin
Officer
bahan baku
2. Deskripsi produk
a. Jenis bahan yang terkandung didalam produk :
b. Karakter fisik
-
c. Petunjuk penggunaan
1) Tepung tapioka
Serealia dan umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia.
Produksi serealia terutama beras sebagai bahan pangan pokok dan
umbi-umbian cukup tinggi. Begitu pula dengan bertambahnya
penduduk, kebutuhan akan serealia dan umbi-umbian sebagai
sumber energi pun terus meningkat. Tanaman dengan kadar
karbohidrat tinggi seperti halnya serealia dan umbi-umbian pada
umumnya tahan terhadap suhu tinggi. Serealia dan umbi-umbian
sering dihidangkan dalam bentuk segar, rebusan atau kukusan, hal
ini tergantung dari selera. Usaha penganekaragaman pangan sangat
penting
artinya
sebagai
usaha
untuk
mengatasi
masalah
Protein
Besi
Lemak
Vitamin B1
Berat dapat dimakan
1,20 gram
0,70 mg
0,30 gram
0,06 mg
75,00
Ubi kayu dalam keadaan segar tidak tahan lama. Untuk pemasaran
yang memerlukan waktu lama, ubi kayu harus diolah dulu menjadi
bentuk lain yang lebih awet, seperti gaplek, tapioka (tepung
singkong), tapai, peuyeum, keripik singkong dan lain-lain. Tepung
tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak kegunaan,
antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri.
Tapioka yang diolah menjadi sirup glukosa dan destrin sangat
diperlukan oleh berbagai industri, antara lain industri kembang
gula, penggalengan buah-buahan, pengolahan es krim, minuman
dan industri peragian. Tapioka juga banyak digunakan sebagai
bahan pengental, bahan pengisi dan bahan pengikat dalam industri
makanan, seperti dalam pembuatan puding, sop, makanan bayi, es
krim, pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan lain-lain.
Ampas tapioka banyak dipakai sebagai campuran makanan ternak.
Pada umumnya masyarakat kita mengenal dua jenis tapioka, yaitu
tapioka kasar dan tapioka halus. Tapioka kasar masih mengandung
gumpalan dan butiran ubi kayu yang masih kasar, sedangkan
tapioka halus merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dan tidak
mengandung gumpalan lagi. Kualitas tapioka sangat ditentukan
oleh beberapa faktor, yaitu :
1.
2.
serat dan kayu yang digunakan harus yang umurnya kurang dari 1
tahun karena serat dan zat kayunya masih sedikit dan zat patinya
masih banyak.
4.
Air
pencucian
penggilingan
penyaringan
pengendapan
penirisan
penggerusan
penjemuran
pengayakan
Tepung Tapioka
B. 7 PRINSIP
1. Analisa bahaya
2. Penentuan titik kendali kritis
3. Penetapan batas kritis
4. Pemantauan
5. Tindakan koreksi
6. Verifikasi
7. Perekaman / dokumentasi
tidak
ya
CCP
ya
Tidak
Tidak
Bukan ccp
3.
ya
ya
ccp
ya
ya
ccp
5.
Proses penyaringan
ya
ya
ccp
6. Proses pengendapan
P1 : ada tindakan pencegahan ?
tidak
ccp
ya
Lakukan proses ini
7. Proses penirisan
P1 : ada tindakan pencegahan ?
tidak
tidak
Bukan ccp/cp
8. Proses pengerusan
P1 : ada tindakan pencegahan ?
ya
Tidak
Tidak
Bukan ccp/cp
9. Proses penjemuran
ya
Tidak
Tidak
Bukan ccp/cp
10.Proses pengayakan
P1 : ada tindakan pencegahan ?
tidak
ccp
11.Proses pembungkusan
P1 : ada tindakan pencegahan ?
ya
ya
ccp
ya
Lakukan proses ini
Tahapan
Analisa
bahaya
CC
P
Batas kritis
Pengadaan
bahan baku
Biologi
(M)
Fisika(L)
Kimia(L)
CC
P
Pencucian
bahan baku
Fisika (L)
Biologi
(M)
CC
P
Penggilingan
bahan baku
Kimia (L)
Fisika
(M)
Biologi
(L)
CC
P
Penyaringan
Fisika
(M)
Kimia
(M)
Biologi
(L)
CC
P
Monitoring
What
when
where
who
How
Bahan baku
segar, tidak
berbau busuk,
ukuran
seragam,
bahan baku
Kesegaran,
bau, ukuran,
kondisi fisik
bahan
Pada saat
akan mencari
bahan baku
Kebun
singkong
pekerja
pemantauan
secara visual
Air tidak
keruh, tidak
berbau
Kekeruhan,
bau
Pada saat
pencucian
Tempat
pencucian
Karyawa
n
Pemantauan
secara visual
Kehalusan
hasil gilingan
Pada saat
penggilingan
Ruang
produksi
Karyawa
n
Pemantauan
secara visual
Hasil
penyaringan
yang banyak
mengandung
pati singkong
Pada saat
penyaringan
Ruang
produksi
Karyawa
n
pemantauan
secara visual
Singkong
tergiling
sempurna
tidak ada
potongan
singkong
Tersaring
sempurna,
airnya tidak
boleh keruh
Tindakan
koreksi
Verifikasi
dokume
ntasi
jika tidak
sesuai dengan
spesifikasi
maka tidak
akan dibawa ke
tempat
produksi
Jika air berbau
air tidak boleh
digunakan, jika
air keruh
lakukan
penyaringan
Jika terdapat
singkong yang
masih belum
tergiling maka
di masukan
kembali ke
mesin
penggiling
Jika tidak
tersaring
sempurna
maka
dilakukan
penyaringan
ulang
Pengecekan
kembali
Pengecekan air
sebelum
penggunaan
Pemeriksaan
kembali
Pengecekan
kembali
Pengendapan
Fisika
(M)
Kimia (L)
Biologi
(L)
CC
P
Hasil endapan
yang banyak
dan putih
bersih
Warna
Pada saat
pengendapan
Ruang
produksi
Karyawa
n
Pemantauan
secara visual
Penirisan
Kimia(L)
Biologi
(L)
Kimia(L)
CP
Kelembaban
hasil endapan
tidak
mengadung
banyak air
Kelembaban
hasil endapan
Pada saat
penggilingan
Ruang
produksi
Karyawa
n
Pemantauan
secara visual
Penggerusan
Kimia (L)
Fisika (L)
Biologi
(L)
CP
Tidak ada
tepung yang
menggumpal
Kehalusan
hasil gerusan
Pada saat
penggerusan
Ruang
produksi
karyawan
Pemantauan
secara visual
Penjemuran
Kimia (L)
Fisika
(M)
Biologi
(L)
CP
Penjemuran
sampai tepung
kering dan
dijemur di
tempat yang
tidak kotor
dan terjah dari
gangguan
hewan.
Kekeringan
tepung dan
kebersihanny
a
Pada saat
penjemuran
Halaman
pabrik
karyawan
Pemantauan
visual
Jika hasil
endapan
berwarna
keruh maka
dipisahkan
dengan yang
lain agar tidak
mengkontamin
asi
Jika terdapat
bumbu kacang
yang masih
kasar, maka
haluskan
kembali.
Jika hasil
gerusan masih
kasar maka
digerus
kembali
langsung pada
saat itu
Jika hari itu
tidak kering
sempurna
maka dijemur
kembali besok
hari
Pengecekan
setelah
pengendapan
Pengecekan
setelah
penggilingan
Pengecekan
setelah
penggerusan
kembali
Pengecekan
pada saat
penjemuran
Pengayakan
Pengemasan
Fisika
(M)
Biologi
(L)
Kimia(L)
Fisika
(M)
Biologi
(L)
Kimia(L)
CC
P
Tepung
terayak
sempurna dan
halus
Kehalusan
tepung
Pada saat
pengayakan
Ruang
produksi
karyawan
Pemantauan
visual
CC
P
Pembungkusa
n yang rapi
dan tidak
menggunakan
karung
cacat/bolong
Kerapian
pengemasan
Pada saat
pengemasan
Ruang
produksi
karyawan
Pemantauan
secara visual
Jika masih
belum terayak
sempurna,
maka diayak
kembali
Jika ada
karung yang
bolong maka
diberi penutup
atau
menggunkan
karung 2 lapis
Pengecekan
pada saat
pengayakan
Pengecekan
pada saat
pengemasan