Anda di halaman 1dari 23

Bab II KAJIAN TEORITIK PENCAHAYAAN, RUMAH SUSUN

DAN SIMULATOR

Berbagai kajian dilakukan sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran dalam


melakukan perancangan. Terkait dengan desain perbaikan interior unit Rusun
Cigugur yang berbasi pencahayaan siang hari dilakukan kajian terhadap
pencahayaan, persyaratan ruamah susun dan simulator.
Pada bab ini membahas tentang pencahayaan sebagai dasar pemikiran
perancangan dikaji mengenai potensi-potensi yang ada di Indoensia, persyaratan
pencahayaan yang dibutuhkan, serta strategi pencahayaan; Kajian Rumah Susun
berisi mengenai persyaratan kenyamanan ruang dalam ruangan berdasarkan
peraturan dan standar; dan membahas simulator sebagai alat bantu simulasi dan
analisis perancangan.
II.1 kajian Pencahayaan
II.1.1 Posisi Matahari Di Indonesia
Indonesia berada di garis Khatulistiwa dan beriklim tropis sehingga menjadikan
variasi langit yang sangat besar. Variasi tersebut dipengaruhi oleh perubahan
cuaca dan posisi matahari. Proses bumi mengelilingi matahari dan perubahan
sudut deklinasi mempengaruhi sudut cahaya matahari, bumi membentuk dengan
variasi sudut 23.50 LS dan 23.50 LU dan terhadap bidang orbit.
Posisi matahari di bagi menjadi Equinox, Summer Solstice dan Winter Solstice.
Pada 21 Maret sampai 21 Desember matahari berada di sebelah selatan
Khatulistiwa dengan sudut deklinasi 23.50 LS sedang pada 21 Sepetember sampai
21 Juni berada di sebelah utara Khatulistiwa dengan sudut deklinasi 23.50 LU.
Pada simulasi, perubahan posisi matahari dan keadaan cuaca maka di tentukan 2
kondisi dasar langit yaitu: langit cerah dan tertutup awan.

B
k

23,5 LS

23,5 LU
a

w
a

21 Juni

21 Maret
Sepetember
21 Desember

Gambar 3. Posisi Matahari di Indonesia

II.1.2 Pencahayaan Yang Diperlukan


Kualitas pencahayaan yang baik sangat penting untuk beraktivitas dalam
kehidupan sehari-hari. Upayanya yaitu dengan cara memaksimalkan cahaya siang
hari

yang tepat ke dalam ruangan. Cahaya siang hari yang masih bisa

dimanfaatkan untuk penerangan ruangan adalah antara jam 08.00 sampai dengan
jam 16.00 serta distribusi cahaya didalam ruangan merata. Dengan memanfaatkan
pencahayaan siang hari yang efisien bisa mengurangi pemakaian cahaya buatan.
Dilihat dari sisi distibusi energi pada perumahan, pencahayaan bisa cukup
signifikan mempengaruhi jumlah energi yang dipakai. Keperluan tersebut
diantaranya adalah untuk keperluan lampu dan pendinginan udara. Akan sangat
penting untuk bisa membuat pencahayaan pada ruangan lebih efisien dan sesuai
dengan kebutuhan penggunanya.


Gambar 4. Distribusi energi yang di pakai dalam kehidupan sehari-hari (sumber:
http://www.communitysolution.org/housing.html)

Ada beberapa kriteria pencahayaan yang diperlukan dan tidak diperlukan dalam
satu ruangan, diantaranya:
1. Intensitas

pencahayaan

dalam

ruangan

adalah

besarnya

tingkat

pencahayaan didalam ruangan bisa berasal dari pencahayaan siang hari


atau buatan. Pencahayaan dalam ruangan dari pencahayaan alami terbagi
menjadi direct lighting, diffused lighting dan reflective lighting dan besar
kecilya intensitas di sesuaikan tergantung dari jenis aktifitas dan fungsi
ruangnya.
2. Distribusi cahaya dalam bangunan adalah penyebaran pencahayaan
didalam ruangan harus merata sesuai dengan kebutuhan aktifitasnya dan
tidak menimbulkan ganguan cahaya.
3. Gangguan cahaya adalah kualitas pencahayaan didalam ruangan yang
menggangu aktivitas. Salah satunya adalah kondisi silau, yaitu kondisi
ketidaknyamanan atau pengurangan kemampuan melihat objek oleh
luminasi objek terlalu besar dibandingkan dengan latar belakanganya.
II.1.3 Faktor Pencahayaan Siang hari Siang Hari
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah pencahayaan saat menyentuh
objek, diantaranya:
1. Cahaya dapat memantul dan menyebar pada objek
2. Cahaya dapat melewati objek
9

3. Cahaya dapat dibelokan melalui objek


Tabel 1. Nilai Faktor Pemantul berdasarkan Material (sumber: Nobert Lechner)
Material

Pemantulan (%)

Alumunium, dipelitur

70-85

Aspal

10

Batu bata merah

25-45

Beton

30-50

Kaca
Bening atau berwarna

Reflektif

20-40

Hijau Gelap

10

Kering

35

Cermin (kaca)

80-90

Hitam

Putih

70-90

Glasir Porselen (putih)

60-90

Batu

5-50

Tanaman

25

Kayu

5-40

II.1.4 Strategi Dasar Pencahayaan Siang hari


1. Orientasi
Pada daerah tropis dengan Intensitas matahari sepanjang tahun orientasi bangunan
sangat berpengaruh signifikan terhadap pencahayaan di dalam bangunan. Sebisa
mungkin menghindari arah matahari langsung yaitu orientasi UtaraSelatan.
Tetapi orientasi utara selatan tanpa dibarengi dengan cahaya yang cukup
mempunyai resiko ruangan-ruangan pada bangunan menjadi gelap. Orientasi yang
paling baik pada daerah tropis adalah orientasi bangunan memanjang Timur ke
10

Barat, diharapkan cahaya yang masuk adalah cahaya dari hasil pantulan dan
bukan cahaya langsung yang panas.
2. Perencanaan Ruang
Ruang-ruang didalam Rusun idealnya memang mempunyai akses langsung
terhadap ruang luar untuk memaksimalkan pencahayaan siang hari. Ruang yang
terpaksa menggunakan pencahayaan buatan, dipilih fungsi-fungsi yang tidak
sering dipakai, diantaranya adalah kamar mandi, dapur atau gudang. Beberapa
ruangan yang harus mempunyai akses terhadap ruang luar langsung diantaranya
adalah ruang kamar tidur, ruang keluarga, ruang tamu atau ruang kerja.
3. Warna
Warna mempengaruhi untuk besarnya intesitas cahaya masuk dan yang
disebarkan didalam ruangan. Warna bisa menyebarkan cahaya adalah warna yang
muda atau terang akan lebih besar tingkat refleksinya. Dibandingkan dengan
warna yang lebih tua menuju hitam cahaya pada ruangan akan diserap, sehingga
ruangan akan lebih gelap. Pemilihan warna pada interior dapat menjadi pilihan
seberapa besar intensitas cahaya yang dapat diteruskan kedalam ruangan dan
fungsi lain adalah untuk mengurangi bagian gelap, silau. Plafon harus memiliki
pantulan semaksimal mungkin, sedang lantai dan perabotan memiliki pantulan
terkecil tergantung warna dan penutup yang dipalikasikan.
4. Bukaan
Cahaya yang masuk kedalam ruangan kualitasnya berbeda baik dilihat dari
intensitasnya berdasarkan bidang pantul atau bisa juga cahaya langsung.
Pencahayaan siang hari masuk melalui jendela atau bukaan dapat melalui
beberapa sumber, diantaranya:
a. Cahaya matahari langsung
b. Langit cerah
c. Pantulan awan
d. Pantulan dari permukaan bawah

11

e. Bangunan sekitarnya
Ada beberapa faktor penerangan siang hari, yaitu1:
a. Komponen langit (faktor langit-fl) yakni komponen penerangan langsung
dari langit;
b. Komponen refleksi luar ( faktor refleksi luar frl) yakni komponen
penerangan yang berasal dari refleksi benda-benda sekitar bangunan yang
bersangkutan;
c. Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni komponen
penerangan yang berasal dari refleksi permukaan-permukaan di dalam
ruangan, dari cahaya yang masuk kedalam ruangan akibat refleksi bendabenda di luar ruangan maupun dari cahaya langit.

Gambar 5. Faktor penerangan siang hari (Sumber: SNI 03-2396-2001)

Badan Standarisasi Nasional-BSN,(1991) Tata Cara Perancangan Penerangan Alami Siang Hari Untuk Rumah dan

Gedung, SNI 03-2396-2001

12

II.2 Kriteria Perancangan Interior Rumah Susun


II.2.1 Kebutuhan ruang
Kebututuhan ruang untuk Rusun bervariasi berdasarkan kebutuhan dan tipe.
Persyaratan minimal untuk kebutuhan ruang Rusun yang tercantum didalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no.05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat mengenai perencanaan ruang
dalam, yang isinya mensyaratkan:
1. Bangunan Rusuna bertingkat tinggi sekurang-kurangnya memiliki ruangruang fungsi utama yang mewadahi kegiatan pribadi, kegiatan
keluarga/bersama dan kegiatan pelayanan.
2. Satuan rumah susun sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan dapur,
kamar mandi dan kakus/WC.
Dari standar lain, kebutuhan ruang hunian didalam Rusun disyaratkan minimal
dibutuhkan ruang sebagai berikut:
Tabel 2. kebutuhan minimal untuk Rusun (sumber: nufert 1992)

Kebutuhan Ruang

Kapasitas Standar ruang

Ruang keluarga

Memuat minimal sofa, dan meja minimal luas 3x3

Kamar Tidur

Memuat tempat tidur dengan ukuran no.1, meja dan lemari,


disediakan juga ruang untuk berias dan bekerja. Pada hunian
mewah bisa ditambah juga fasilitas kamar mandi di dalam.
Minimal luas 2x3 m

Dapur

Ruang gerak minimal 1,2 m dan lebar minimal 2,4 m

Kamar mandi

Luas kamar mandi minimal memuat bak mandi atau shower


50x50 cm, dan satu toilet; Minimal 1,80x150m

Ruang service / jemur/ac ledge

Bisaanya berada di bagian luar bangunan minimal ukurannya


1,25x2.5m

13

II.2.2 Kualitas kenyamanan ruang


Kualitas ruangan yang baik dapat dilihat dari penataan ruangannya. untuk
mendapatkan

ruangan

yang

nyaman

ruangan

harus

didesain

dengan

mempertimbangkan persyaratan kenyamanan yang terkait dengan pencahayaan


dan ruang gerak penghuni, diantaranya adalah2:
1. Persyaratan pencahayaan
a. Setiap

bangunan

Rusuna

bertingkat

tinggi

harus

memenuhi

persyaratan sistem pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan,


termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.
b. Bangunan Rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai bukaan untuk
pencahayaan alami yang optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan
hunian dan fungsi masing-masing ruang di dalamnya.
c. Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi
yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang-dalam bangunan Rusuna
bertingkat tinggi dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan
energi yang digunakan, dan penempatannya tidak menimbulkan efek
silau atau pantulan.
d. Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus
dipasang pada bangunan Rusuna bertingkat tinggi, serta dapat bekerja
secara otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup
untuk evakuasi yang aman
e. Semua sistem pencahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk
pencahayaan darurat, harus dilengkapi dengan pengendali manual,
dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang mudah
dicapai/dibaca oleh penghuni
f. Pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada ruangan dalam
bangunan Rusuna bertingkat tinggi baik di dalam bangunan maupun
di luar
g. Persyaratan pencahayaan harus mengikuti:

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no.05/PRT/M/2007

14

1) SNI 03-6197-2000 Konservasi energi sistem pencahayaan buatan


pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
2) SNI 03-2396-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan
alami pada bangunan gedung, atau edisi terbaru; dan
3) SNI 03-6575-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan
buatan pada bangunan gedung, atau edisi terbaru. Dalam hal masih
ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis
2. Persyaratan ruang gerak

Untuk mendapatkan kenyamanan ruang gerak dalam bangunan gedung, harus


mempertimbangkan

fungsi

ruang,

jumlah

pengguna,

perabot/peralatan,

aksesibilitas ruang, di dalam bangunan gedung.


3. Persyaratan keselamatan dan kesehatan.
Untuk

mendapatkan

kenyamanan

hubungan

antar

ruang

harus

mempertimbangkan:
a. Fungsi ruang, aksesibilitas ruang, dan jumlah pengguna dan
perabot/peralatan di dalam bangunan gedung;
b. Sirkulasi antar ruang horizontal dan vertikal; dan
c. Persyaratan keselamatan dan kesehatan. Dalam hal masih ada
persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
4. Persyaratan hubungan ruang dalam dan ruang luar
a. Setiap

bangunan

Rusuna

bertingkat

tinggi

harus

memenuhi

persyaratan kemudahan hubungan horizontal berupa tersedianya pintu


dan/atau koridor yang memadai untuk terselenggaranya fungsi
bangunan gedung tersebut.
b. Jumlah,

ukuran,

dan

jenis

pintu,

dalam

suatu

ruangan

dipertimbangkan berdasarkan besaran ruang, fungsi ruang, dan jumlah


pengguna ruang.

15

c. Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan


berdasarkan fungsi ruang dan aspek keselamatan.
d. Ukuran koridor/selasar sebagai akses horizontal antar ruang
dipertimbangkan berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang, dan jumlah
pengguna, minimal 1.2 m.
II.3 Penelitian Sebelumnya Tentang Pencahayaan
Kaijan litelatur dilakukan untuk mendukung teori pencahayaan serta mencari
metoda-metoda desain yang di pakai untuk acuan desain. Akan sangat bermanfaat
sebagai dasar pemikiran untuk perbaikan desain interior

Rusunawa Cigugur

berbasis pencahayaan siang hari, antara lain:


1. Daylight Design and Regulation For High Density Cities - Edward Ng
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji ulang peraturan Pencahayaan dan
Ventilasi di Hong Kong yang merupakan Adaptasi dari peraturan Inggris (UK),
yaitu dengan cara melihat dan menginvestigasi kondisi eksisting bangunan Rusun
dan mengukur segala variabel kenyamanan dalam skala blok. Variabel yang di
pakai pada penelitan ini adalah jarak antara gedung dan rasio bukaan minimum
pada facade. Pada saat ini bukaan jarak antar gedung saat ini ditentukan 71.5
derajat dan rasio bukaan adalah 10% dari total lantai.
Metoda yang dilakukan adalah dengan simulasi komputer juga dengan investigasi
langsung dilapangan dengan menempatkan fish eye photo dalam sekala waktu
tertentu untuk melihat daylight faktor pada fasade bangunan. faktor tersebut
menentukan juga faktor pencahayaan didalam bangunan, didalam penelitan ini
dilakukan investigasi kepuasan pencahayaan tiap-tiap ruangan di dalam Rusun.
2. Daylight Simulation For Code Compliance: Creating a Decission Tool Krystle Steward dan Michael Donn
Penelitan ini untuk memperbaiki atau memberikan masukan terhadap peraturan
bangunan yang ada di New Zealand yaitu New Zealan building Code (NZBD)
Clouse G7 tentang pencahayaan siang hari karena dinilai tidak memenuhi kriteria
desain pencahayaan untuk bangunan Rusun. Isi didalam peraturan bangunannya

16

terlalu general di butuhkan penghitungan yang lebih akurat, untuk itu dibutuhkan
simulasi yang tepat dalam menghitung pencahayaan didalam Rusun.
Metoda yang dilakukan adalah dengan menganalisa tool yang tepat dan termudah
yang akan digunakan. Tool yang digunakan adalah menggunakan simulasi
komputer serta simulasi matematis dan membandingkannya.
Variabel yang di teliti adalah:
a. Aprtemen Tipe (building Form)
b. Street Width
c. Heigh Limit
d. Proposed Building Height
e. Opposite Building Height
f. Internal Room
g. Location
h. Orientation
i. Glazed Area
j. Colour
k. Contruction Material
3. Pengaruh Selubung Bangunan Terhadap Pencahayaan Siang hari Pada
Gedung Perkantoran Jakarta - Ode Rapija Gunarimba Waibo
Didalam penelitian ini di teliti mengenai pengaruk komponen-komponen dari
selimut bangunan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan yang tepat pada
bangunan kantor dengan analisis pencahayaan sebagai berikut:
a. Pengaruh perubahan bentuk dasar terhadap pencahayaan siang hari
b. Pengaruh orientasi bangunan terhadap pencahayaan siang hari
c. Pengaruh perubahan bukaan terhadap pencahayaan siang hari
d. Pengaruh penambahan peneduh terhadap pencahayaan siang hari
e. Pengaruh perubahan tinggi sekat
Dalam metoda penelitiannya dilakukan penelitian pendahuluan yaitu untuk
menentukan beberapa hal yang bisa mempengaruhi pencahayaan, ada beberapa
parameter yang di tentukan terlebuh dahulu, yaitu:
17

a. Parameter yang dipakai sebagai hasil akhir adalah Lux


b. Penentuan waktu simulasi dari jam dan tanggal beredar matahati untuk
menentukan tingkat maksimal dan minimal pencahayaan, dalam kasus ini
adalah kota Jakarta.
Perangkat simulasi didalam simulasi ini adalah Superlite IEA 2.0. program
superlite adalah salah satu alat yang diperggunakan oleh peneliti dan perancang
yang memerlukan analisis terperinci dari distribusi pencahayaan pada arsitektur
ruang yang komplek. Perangkat ini dapat mensimulasi pencahayaan pada
bangunan baik alami atau buatan.
Ada beberapa kesimpulan penting yang dapat diaplikasikan pada perancangan
Rusun berdasarkan data, kesimpulan dan saran yang didapat pada penelitian ini
adalah:
a. Jenis material yang dipakai kebanyakan di Indonesia adalah produk
Asahimas, yang merupakan distributor kaca terbesar di Indonesia. Nilai
light transmission berbeda-beda berdasarkan jenis kaca yang dipakai.
b. Bukaan pada sudut bangunan sangat berpengaruh terhadap pencahayaan
alami dalam bangunan karena pada daerah tersebut terjadi tingkat
pencahayaan yang maksimum
c. Indonesia dengan kondisi langit berawan berdistribusi merata, elemen
peneduh horizontal sebaiknya tidak diperggunakan karena tidak berfungsi
dalam pencahayaan alami, kondisi pencahayaan alami yang terjadi dalam
bangunan sama dengan bangunan yang tidak menggunakan elemen
peneduh.
d. Perubahan letak bukaan mempengaruhi pencahayaan alami, letak bukaan
di bagian atas memiliki tingkat pencahayaan lebih tinggi dengan distribusi
cahaya yang tidak lebih merata dan cahaya langsung yang lebih banyak.
Kondisi cahaya ini berlawanan dengan letak bukaan di bagian bawah.
e. Bentuk elemen peneduh vertikal dan vertikal-horizontal 4,5 m memiliki
distribusi cahaya yang lebih merata dan cahaya langsung lebih sedikit,
sedangkan sistim peneduh horizontal hingga 1,5 m tidak mempengaruhi
kondisi pencahayaan alami didalam ruang.

18

II.4 Regulasi Perancangan dan Pencahayaan


Persyaratan-persyaratan

yang

ada

digunakan

sebagai

pertimbangan

dan

perbandingan dengan pembahasan desain. Didalam sub-bab ini membahas


persyaratan kenyamanan tempat tinggal berdasarkan pertimbangan pencahayaan
dari peraturan SNI dan Greenship.
II.4.1 SNI No. 03-2396-2001 : Tata Cara Perancangan Penerangan
Alami Untuk Rumah Dan Gedung
Didalam SNI ini berisi tentang tata cara perancangan dan persyaratan
pencahayaan gedung dengan dasar pencahayaan siang hari yang dianggap efektif.
Selain itu, berisi penentuan awal dalam perencanaan pencahayaan bangunan
dengan penentuan data langit dan tata cara simulasi. Pencahayan alami yang
dimaksudkan adalah pencahayaan alami yang sesuai dengan syarat kesehatan
kenyamanan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tetapi, masih ada

keterbatansan yaitu terbatas pada bangunan yang sederhana. Beberapa parameter


untuk perancangan bangunan untuk partemen masih belum ada secara spesifik.
II.4.2 SNI No.03-6197-200 : III Konservasi
Pencahayaan Pada Bangunan Gedung

Energi

Sistem

Didalam SNI ini berisi tentang persyaratan pencahayaan pada bangunan gedung
yang memuat konsep-konsep konservasi energi. Konsepnya adalah dengan
memanfaatkan pencahayaan siang hari dengan efektif

maka penggunaan

penerangan buatan bisa di kurangi. Selain itu, pencahayaan yang efektif bisa
mengurangi pemanasan yang belebihan dan berimplikasi terhadap pengurangan
beban pendinginan. penggunaan Persyaratan pencahayaan siang hari berupa nilai
minimal sehingga sasaran hemat energi bisa tercapai. Pencayahaan terkait dengan
jumlah iluminasi didalam ruangan dengan satuan Lux.
Sebagai acuan akhir kenyaman dan kebutuhan minimal iluminasi di dalam
ruangan di pakai ukuran Lux. Nilainya dibedakan dengan kebutuhan aktivitas di
dalam ruangan. yang direkomendasikan di dalam SNI ini yaitu pada tabel
dibawah.

19

Tabel 3. Tingkat pencahayaan rata-rata, rendenerasi dan temperature warna yang di


rekomendasikan (sumber: SNI 03-6197-200 III Konservasi Energi Sistem
Pencahayaan Bangunan Gedung)

Fungsi ruangan

Tingkat
Pencahaya
an (Lux)

Kelompok
Redenerasi
Warna

Temperature Warna
Warm
White
<3300 K

Cool White
3300 K5300 K

Day light
<5300 K

Rumah Tinggal
Teras

60

1 atau 2

Ruang Tamu

120~150

1 atau 2

Ruang makan

120~250

1 atau 2

Ruang kerja

120~250

Kamar Tidur

120~250

1 atau 2

Kamar mandi

250

1 atau 2

Dapur

250

1 atau 2

*
*

*
*
*

*
*

II.4.3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 05/Prt/M 2007


Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun
Sederhan Bertingkat.
Ada beberapa hal yang berkaitan erat dengan tesis ini yang menyangkut desain
dan pencahayaan siang hari, diantaranya3:
1. Perancangan ruang dalam berdasarkan rekomendasi Peraturan Menteri PU
a. Bangunan Rusuna bertingkat tinggi sekurang-kurangnya memiliki
ruang-ruang fungsi utama yang mewadahi kegiatan pribadi, kegiatan
keluarga/bersama dan kegiatan pelayanan.
b. Satuan rumah susun sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan
dapur, kamar mandi dan kakus/WC.
2. Persyaratan system pencahayaan kesehatan bangunan gedung

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 05/Prt/M 2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan

Rumah Susun Sederhan Bertingkat

20

a. Setiap

bangunan

Rusuna

bertingkat

tinggi

harus

memenuhi

persyaratan sistem pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan,


termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.
b. Bangunan Rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai bukaan untuk
pencahayaan alami yang optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan
hunian dan fungsi masing-masing ruang di dalamnya.
c. Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi
yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang-dalam bangunan Rusuna
bertingkat tinggi dengan mempertimbangkan efisiensi, penghematan
energi yang digunakan, dan penempatannya tidak menimbulkan efek
silau atau pantulan.
d. Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat harus
dipasang pada bangunan Rusuna bertingkat tinggi, serta dapat bekerja
secara otomatis dan mempunyai tingkat pencahayaan yang cukup
untuk evakuasi yang aman.
e. Semua sistem pencahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk
pencahayaan darurat, harus dilengkapi dengan pengendali manual,
dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang mudah
dicapai/dibaca oleh penghuni.
f. Pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada ruangan dalam

bangunan Rusuna bertingkat tinggi baik di dalam bangunan maupun


di luar.
g. Persyaratan pencahayaan harus mengikuti:
1) SNI 03-6197-2000 Konservasi energi sistem pencahayaan buatan
pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
2) SNI 03-2396-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan
alami pada bangunan gedung, atau edisi terbaru; dan
3) SNI 03-6575-2001 Tata cara perancangan sistem pencahayaan
buatan pada bangunan gedung, atau edisi terbaru.
Pada Peraturan Menteri PU ini memuat persyaratan bangunan secara umum serta
mengacu terhadap beberapa SNI yang secara teknis masih dipandang belum
memenuhi secara spesifik untuk Rusun.

21

II.4.4 Greenship (GBCI): Eec2 Natural Lighting


Berikut isi dari ketentuan dari Greenship mengenai ketenruan standar kenyamanan
pencayaan, yaitu:
1. Penggunaaan cahaya alami secara optimal sehingga minimal 30% luas
lantai yang digunakan untuk bekerja mendapatkan intensitas cahaya alami
minimal sebesar 300 Lux.
2. Khusus untuk pusat perbelanjaan, minimal 20% luas lantai nonservice
mendapatkan intensitas cahaya alami minimal sebesar 300 Lux.
II.5 Simulator
Proses simulasi dilakukan melalui Autodesk Ecotect dengan pertimbangan
software ini telah banyak diperggunakan dalam simulai pencahayaan serta
software ini dapat diperggunakan secara gratis selama 4 tahun untuk kebutuhan
mahasiswa. Secara garis besar proses simulasi Ecotect dan ditambah dengan plugin Radiance adalah sebagai berikut:

Penentuan Waktu
simulasi

MODELING
INPUT DATA
Import dari Cad
& Sketchup (dxf)
Modeling
langsung di
Ecotect

"
"
"
"
"

Material
Jenis Bukaan
Lokasi
Orientasi
Data cuaca

Analisis
melalui Plugin Radiance

hasil
simulasi

Penentuan bidang
simulasi (Grid Setting)

Gambar 6. Proses simulasi pencahayaan oleh Ecotect dan Radiance

II.5.1 Autodesk Ecotect 2011


Software yang di pakai adalah software resmi yang diberikan oleh Autodesk
dengan lisensi student selama 4 tahun dengan nomor lisensi: 358-39187243
(pernyataan terlampir).

22


Gambar 7. Tampilan Autodesk Ecotect 2010 (sumber: Autodesk Ecotect)

1. Kemampuan program Ecotect


Ecotect 2011 adalah produk Autodesk yang fitur dalam analisa pencahayaan siang
harinya sangat lengkap, yang lainnya diantaranya adalah:
a. Beberapa simulasi yang bisa dilakukan oleh Ecotect, diantaranya:
1) Simulasi pencahayaan
2) Simulasi termal
3) Simulasi kenyamanan
4) Simulasi angin
5) Simulasi akustik
6) Simulasi visual
7) Simulasi Angin
b. Dapat dipakai sebagai alat desain model (drafting) sekaligus
berkemampuan menganalisa dan simulasi.
c. Dapat mengimpor model dari CAD sebagai acuan dasar desain yang
ada dalam bentuk skema garis (wiring) dalam format DXF.
d. Waktu simulasi dapat di simulasikan sepanjang tahun.
e. Grafik yang cukup bersahabat dan informatif, sehingga hasil simulasi
dan modeling dapat dimengerti dengan mudah.
f. Visualsisasi hasil simulasi dapat dilihat dalam bentuk grafik dan
model 3 dimensi.
23

g. Material pada bangunan dapat di definisikan secara tepat baik dengan


material yang tersedia atau memasukan settingan untuk material baru.
h. Ray simmulation, mampu mensimulasikan cahaya matahari (sunlight)
yang terjadi di objek atau interior untuk melihat arah masuk dan
pemantulannya.
i. Kemampuan lain selain menganalisa pencahayaan bisa di pakai untuk
menganalisa, Termal, Visual, Radiasi dan Akustik. Sangat fleksibel
kemampuanya yang mampu ditambahkan plugin untuk menganalisa
lebih spesif dan detail untuk pencahayaan melalui Plug-inRadiance.
2. Keterbatasan Ecotect
a. Harus memasukan data iklim (wheater data) yang untuk kawasan
Indonesia masih belum ada dengan bebas di temukan, untuk
mendapatkannya harus memasukan data-data iklim lengkap dengan
skrip.
b. Terbatas dalam mengimport langsung model 3 dimensi baik dari
model cad atau sketch up. Vertek didalam model akan terbaca sangat
banyak, Ecotect masih berbasis modeling wiring. 3d simulasi baiknya
di gambar ulang sehingga akurasinya bisa lebih presisi.
c. Simulasi pencahayaan pada Ecotect khusunya pada interior hanya
merata-ratakan pencahayaan dalam satu tahun, sehingga sangat sulit
untuk mendapatkan simulasi pencahayaan yang tepat. Untuk itu,
diperlukan plug-in tambahan dalam analisis pencahayaannya, yaitu
menggunakan Radiance Simulation.
3. Struktur Program Ecotect
a. Modeling dapat dilakukan diadalam software Ecotect dengan
memasukan material yang akan dipakai didalam bangunan.
b. Memasukan data iklim yang telah di buat sebelumnya
c. Simulasi dapat dilakukan dengan langsung apabila modeling yang
diperlukan sudah lengkap dan data iklim sudah di masukan. Simulasi
pencahayaan menggunakan plug-in Radiance akan mendapatkan data
view 3d rendering serta data Radsimulation yang di import langsung

24

ke Ecotect untuk mendapatkan analisis gridnya juga hasilnya dapat


dilihat secara grafis dan model 3 dimensi.
II.5.2 Plug-In Radiance
Plug-in

Radiance

adalah

software

gratis

(http://www.arch.mcgill.ca/prof/

reinhart/software/ Radiance3P7forWindows.zip) yang berfungsi untuk membuat


perhitungan pencahayaan lebih detail dan sangat akurat.

Gambar 8. Tampilan Plug-in Radiance (sumber: Radiance)

1. Kemampuan Plug-in Radiance


a. Mensimulasikan pencahayaan dengan sangat detail mampu melihat
pencahayaan dengan perbedaan pencahayaan per menit
b. Menghasilkan final rendering secara interaktif yang memperlihatkan
simulasi pencahayaan dalam bentuk 3 dimensi baik ruangan maupun
objek serta menghasilkan ilustrasi pencahayaan yang sesuai dengan
kenyataan
c. Hasil perhitungan Radiance mampu di impor ke Ecotect juga alat
simulasi lain, seperti Daysim dan Energi Plus.
2. Kelemahan Plug-in Radiance
a. Dengan akurasi yang sangat tinggi, untuk setiap simulasi memerlukan
waktu yang cukup lama tergantung spesifikasi komputer.
25

b. Tidak bisa melakukan simulasi sepanjang tahun, tetapi simulasi


dilakukan manual pada jam, hari dan bulan tertentu. Untuk
mendapatkan perhitungan pencahayaan dilakukan dengan memasukan
data secara manual dan simulasi berulang-ulang
3. Struktur Plug-in Radiance
a. Setelah setingan model, material dan waktu pencahayaan di tentukan
didalam Ecotect, Radiance mengambil alih proses simulasi dengan
melakukan peng export an kedalam analisis Radiance
b. Ada beberapa hal yang perlu di seting kembali dalam proses simulasi
oleh Radiance untuk menghasilkan hasil simulasi yang di inginkan,
diantaranya:
1) Jenis keluaran/analisis yang di inginkan, yang pilihannya terdiri
dari Luminance Image (cd/m2), Illuminance image(Lux), Daylight
factor(%DF) dan Sky component(%SC)

Gambar 9. Plug-in Radiance tahap 1 (sumber: Radiance)

2) Penentuan hasil akhir dari proses analisis pencahayaan adalah


kualitas yang akan dihasilkan pada waktu analisis akhir, dalam
simulasi pencahayaan baiknya memakai final rendering untuk
mendapatkan akurasi yang tinggi.
26


Gambar 10. Plug-in Radiance tahap 2 (sumber: Radiance)

3) Penentuan kondisi langit didalam analisis pencahayaan, dalam


simulasi pencahayaan memilih kasus yang terburuk makan
bisaanya dipilih cloudy sky (overcast sky).

Gambar 11. Plug-in Radiance tahap 3 (sumber: Radiance)

4) Penentuan waktu analisis yang hanya bisa dilakukan pada waktu


dan tanggal yang sangat spesifik sehingga untuk mendapatkan
beberapa analisis di waktu yang berbeda memerlukan beberapa kali
analisis pula.

27


Gambar 12. Plug-in Radiance tahap 4 (sumber: Radiance)

5) Penentuan view yang akan di tampilkan pada waktu akhir analisis,


untuk tampilan akhir pada interior diperlukan pengesetan kamera
pada modeling Ecotectnya untuk menentukan viewnya.

Gambar 13. Plug-in Radiance tahap 5 (sumber: Radiance)

6) Penyetingan tingkat akurasi yang di inginkan, semakin tinggi maka


proses simulasi juga akan semakin lama.

28


Gambar 14. Plug-in Radiance tahap 6 (sumber: Radiance)

7) Gambar di bawah ini adalah tampilan akhir dari pengesetan


simulasi menggunakan Radiance yang merupakan rangkuman dari
pengesetan sebelumnya.

Gambar 15. Plug-in Radiance tahap akhir (sumber: Radiance)

Teori mengenai pencahayaan, kriteria perancangan Rusun serta kajian mengenai


simulator akan diolah sebagai data dasar pemikiran dalam proses merancang.
Komponen teori tersebut akan di posisikan dan dirumuskan kembali dalam proses
merancang untuk menjadi metoda perancangan yang tepat.

29

Anda mungkin juga menyukai