ABSTRAK
Filariasis limfatik di Indonesia disebabkan oleh W. bancrofti, B. malayi dan B.
timori, menyerang kelenjar dan pembuluh getah bening. Penularan terjadi melalui
vektor nyamuk Culex spp., Anopheles spp., Aedes spp. dan Mansonia spp.
Dalam perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan adenolimfangitis kuta berulang dan berakhir dengan obstruksi menahun dari sistem limfatik, dengan masa
prepaten/ inkubasi, gejala klinik akut dan menahun.
Gejala klinik akut merupakan limfadenitis dan limfangitis akuta disertai panas dan
malaise. Pada filariasis bancrofti sering terjadi funikulitis, epididimitis, orchitis, adenolimfangitis inguinal/aksila dengan limfangitis retrograd. Pada filariasis brugia, limfadenitis terutama terjadi pada kelenjar inguinal, dengan limfedema pada pergelangan kaki
dan kaki. Pada saat serangan penderita tidak mampu bekerja selama beberapa hari.
Penderita dapat ditemukan amikrofilaremik ataupun mikrofilaremik.
Gejala menahun terjadi 1015 tahun setelah serangan pertama, berupa cacat yang
mengganggu aktivitas, berupa hidrokel, chyluria, limfedema dan elefantiasis pada filariasisbancrofti dan elefantiasis tungkai sebawah lutut/siku. Mikrofilaremi jarang
ditemukan pada saat ini.
Diagnosis klinik ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan klinik untuk menentukan angka kesakitan akut dan menahun (ADR dan CDR). Diagnosis parasitologik
ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria dalam peredaran darah. Deteksi antigen
dengan cara immunodiagnosis dapat dipakai pada masa prepaten/inkubasi, amikrofilaremi dan gejala menahun.
Dietilkarbamasin adalah satu-satunya obat filariasis yang ampuh, aman, murah dan
belum menunjukkan adanya resistensi obat. Reaksi samping dapat diatasi dengan obat
simptomatik. Dosis standard adalah dosis tunggal 5 mg/kgBB/hari, 15 hari untuk
filariasis bancrofti dan 10 hari untuk filariasis brugia.
Pemberantasan filariasis meliputi pengobatan, pemberantasan nyamuk dan
penyuluhan, dengan tujuan menurunkan ADR, mf rate dan mempertahankan CDR.
Pengobatan massal dilaksanakan bila ADR > 0% dan mf rate > 5%, bila ADR 0% dan
mf rate < 5% diadakan pengobatan selektif. Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri dari
pemberantasan nyamuk dewasa, jentik nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk.
PENDAHULUAN
Filariasis limfatik merupakan penyakit yang disebabkan
oleh parasit filaria yang menyerang kelenjar dan pembuluh getah
bening
dengan ditemukan mikrofilaria dalam peredaran darah. W. bancrofti dan B. timori hanya ditemukan pada manusia. Berdasarkan
sifat biologikB. malayi di Indonesia didapatkan dua bentuk yaitu
bentuk zoophilic dan anthropophilic. Periodisitas mikrofilaria di
peredaran darah pada jenis infeksi yang hanya ditemukan pada
manusia bersifat noktumal, sedangkan yang ditemukan pada
manusia dan hewan (kera dan kucing) dapat aperiodik, subperiodik atau periodik.
Filariasis ditularkan melalui vektor nyamuk Culex quinquefasciatus di daerah perkotaan dan oleh Anopheles spp., Aedes
spp. dan Mansonia spp. di daerah pedesaan. Di dalam nyamuk,
mikrofilaria yang terisap bersama darah berkembang menjadi
larva infektif. Larva infektif masuk secara aktif ke dalam tubuh
hospes waktu nyamuk menggigit hospes dan berkembang men
jadi dewasa yang melepaskan mikrofilaria ke dalam peredaran
darah.
Filariasis ditemukan di berbagai daerah dataran rendah yang
berawa dengan hutan-hutan belukar yang umumnya didapat di
pedesaan di luar JawaBali. Filariasis brugia hanya ditemukan di
pedesaan sedangkan filariasis bancrofti didapatkan juga di perkotaan. Prevalensi filariasis bervariasi antara 2% sampai 70% pada
tahun 1987.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada
sistem limfatik dan oleh reaksi hiperresponsif berupa occult
filariasis.
Dalam perjalanan penyakit, filariasis bermula dengan adenolimfangitis akuta berulang dan berakhir dengan terjadinya
obstruksi menahun dari sistem limfatik. Perjalanan penyakit
tidak jelas dari satu stadium ke stadium berikutnya tetapi bila
diurut dari masa inkubasi maka dapat dibagi menjadi :
1) Masa prepaten
Masa prepaten, masa antara masuknya larva infektif sampai
terjadinya mikrofilaremia berkisar antara 37 bulan. Hanya
sebagian saja dari penduduk di daerah endemik yang menjadi
mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik inipun tidak
semua kemudian menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa
kelompok ini termasuk kelompok yang asimtomatik amikrofilaremik dan asimtomatik mikrofilaremik.
2) Masa inkubasi
Masa inkubasi, masa antara masuknya larva infektif sampai
terjadinya gejala klinis berkisar antara 816 bulan.
3) Gejala klinik akut
Gejala klinik akut merupakan limfadenitis dan limfangitis
disertai panas dan malaise. Kelenjar yang terkena biasanya
unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut dapat amikrofilaremik maupun mikrofilaremik.
Filariasis bancrofti
Pembuluh limfe alatkelamin laki-laki sering terkena disusul
funikulitis, epididimitis dan orchids. Adenolimfangitis inguinal
atau aksila, sering bersama dengan limfangitis retrograd yang
umumnya sembuh sendiri dalam 315 hari dan serangan terjadi
beberapa kali dalam setahun.
, Filariasis brugia
Diagnosis Parasitologik
Ditemukan mikrofilaria pada pemeriksaan darah jari pada
malam hari. Pemeriksaan dapat dilakukan slang hari, 30 menit
setelah diberi dietilkarbamasin 100 mg. Dari mikrofilaria secara
morfologis dapat ditentukan species cacing filaria.
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan prepaten, inkubasi, amikrofilaremia dengan gejala menahun, occult
filariasis, maka deteksi antibodi dan/atau antigen dengan cara
immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang diagnosis.
Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan
mikrofilaremi, tidak membedakan infeksi dini dan infeksi lama.
Deteksi antigen merupakan deteksi metabolit, ekskresi dan sekresi
parasit tersebut, sehingga lebih mendekati diagnosis parasitologik. Gib 13, antibodi monokional terhadap O. gibsoni menunjukkan korelasi yang cukup baik dengan mikrofilaremia W.
bancrofti di Papua New Guinea.
3)
Diagnosis Epidemiologik
Endemisitas filariasis suatu daerah ditentukan dengan
menentukan microfilarial rate (mf rate), Acute Disease Rate
(ADR) dan Chronic Disease Rate (CDR) dengan memeriksa
sedikitnya 10% dari jumlah penduduk.
Pendekatan praktis untuk menentukan daerah endemis filariasis dapat melalni penemuan penderita elefantiasis.
Dengan ditemukannya satu penderitaelefantiasis di antara 1000
penduduk, dapat diperkirakan ada 10 penderita klinis akut dan
100 yang mikrofilaremik.
PENGOBATAN
Dietilkarbamasin adalah satu-satunya obat filariasis yang
ampuh baik untuk filariasis bancrofti maupun malayi, bersifat
makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. ()bat ini ampuh, aman dan
murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan reaksi samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara dan mudah
diatasi dengan obat simtomatik. Dietilkarbamasin tidak dapat
dipakai untuk khemoprofilaksis.
Pengobatan diberikan oral sesudah makan malam, diserap
cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah dalam 3 jam,
dan diekskresi melalui air kemih.
Dietilkarbamasin tidak diberikanpada anak berumur kurang
dari 2 tabula, ibu hamil/menyusui, dan penderita sakit berat atau
dalam keadaan lemah.
Pada filariasis bancrofti, Dietilkarbamasin diberikan selama
12 hari sebanyak 6 mg/kg berat badan, sedangkan untuk filariasis
malayi diberikan 5 mg/kg berat badan selama 10 hari. Pada
occult filariasis dipakai dosis 5 mg/kg BB selama 23 minggu.
Pengobatan sangat baik hasilnya pada penderita dengan
mikrofilaremia, gejala akut, limfedema, chyluria dan elephantiasis dini. Sering diperlukan pengobatan lebih dari 1 kali untuk
mendapatkan penyembuhan sempurna. Elephantiasis dan
hydrocele memerlukan penanganan ahli bedah.
Reaksi samping Dietilkarbamasin sistemik berupa demam,
sakit kepala, sakit pada otot dan persendian, mual, muntah,
2) Dosis bertahap
Dosis tunggal 1 tablet untuk usia > 10 tahun, dan 1/2
tablet untuk usia < 10 tahun pada hari 14; disusul 5
mg/kgBB pada hari 512 untuk filariasis bancrofti dan pada
hari 517 untuk filariasis malayi.
3) Dosis rendah
Dosis tunggal 1 tablet untuk usia> 10 tahun, 1/2 tablet untuk
usia < 10 tahun, seminggu sekali selama 40 minggu.
Kegiatan pemberantasan nyamuk terdiri atas :
1) Pemberantasan nyamuk dewasa
Anopheles : residual indoor spraying
Aedes
: aerial spraying
2) Pemberantasan jentik nyamuk
Anopheles : Abate 1%
Culex : minyak tanah
Mansonia : melenyapkan tanaman air
tempatperindukan, mengeringkan rawa dan saluran air
3) Mencegah gigitan nyamuk
Menggunakan kawat nyamuk/kelambu
Menggunakan repellent
Kegiatan pemberantasan nyamuk dewasa dan jentik
tidak masuk dalam program pemberantasan filariasis di
Puskesmas yang dikeluarkan oleh P2MPLP pada tahun
1992.
Penyuluhan tentang penyakit filariasis dan penanggulangannya perlu dilaksanakan sehingga terbentuk sikap dan
perilaku yang baik untuk menunjang penanggulangan
filariasis.
Sasaran penyuluhan adalah penderita filariasis beserta
keluarga dan seluruh penduduk daerah endemis dengan
harapan bahwa penderita dengan gejala klinik filariasis
segera memeriksakan diri ke Puskesmas, bersedia diperiksa
darah jari dan minum obat DEC secara lengkap dan teratur
serta menghindarkan diri dari gigitan nyamuk.
Evaluasi hasil pemberantasan dilakukan setelah 5 tahun,
dengan melakukan pemeriksaan vektor dan pemeriksaan
darah tepi untuk deteksi mikrofilaria.
KESIMPULAN
Filariasis di Indonesia masih merupakan problem
kesehatan masyarakat yang memberikan dampak ekonomi
sosial yang negatif berupa produktivitas kerja yang menurun
dan beban ekonomi sosial bagi yang menderita elephantiasis.
Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan dengan tujuan
menghentikan
transmisi;
diperlukan
program yang
berkesinambungan dan memakan waktu lama, mengingat masa
hidup dari cacing dewasa yang cukup lama.
Meskipun
filariasis
menunjukkan
spektrum
manifestasiklinik
yang
luas,
pengobatan
dengan
dietilkarbamasin diberikan dalam regimen yang sama. Tingkat
kesembuhan tinggi bila belum ada gejala menahun.
Deteksi daerah endemis dilakukan melalui penemuan penderita elephantiasis dan pemberantasan dilaksanakan oleh
Puskesmas melalui pengobatan dan penyuluhan. Pengobatan
massal dilaksanakan bila mf rate > 5% dan ADR > 0%.
Evaluasi pemberantasan dilaksanakan setelah 5 tahun.
KEPUSTAKAAN