Anda di halaman 1dari 2

Diabetes Mellitus (DM)

Etiologi dan Predisposisi


Belum diketahui secara jelas, namun diduga faktor genetik dan faktor lingkungan
memiliki peran yang cukup besar dalam terjadinya penyakit ini. Beberapa kondisi yang dapat
meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami diabetes mellitus adalah obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat dan tidak seimbang,
merokok, riwayat toleransi glukosa terganggu, riwayat glukosa darah puasa terganggu,
riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, riwayat melahirkan bayi dengan makrosomia, dan
riwayat lahir dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) (Depkes, 2008).
Patofisiologi
Pada diabetes mellitus tipe 1, terjadi autoimun yang menyebabkan terjadi kerusakan
pada sel pankreas sehingga menyebabkan terjadinya defisiensi insulin absolut. Akibat dari
tidak adanya insulin, jaringan tidak dapat mengambil glukosa yang terdapat di dalam darah
sehingga timbul kondisi hiperglikemia. Akibatnya, sel kekurangan energi dan menimbulkan
respons glikogenolisis, glukoneogenesis, dan lipolisis untuk menghasilkan glukosa untuk
energi. Keadaan ini justru akan memperparah hiperglikemia dan menimbulkan asidosis
melalui peningkatan produksi bahan keton. Penghancuran protein dan lemak tubuh berakibat
pada penurunan berat badan (wasting) dan asidosis menyebabkan vasodilatasi dan
hipotermia. Sebagai bentuk kompensasi tubuh terhadap asidosis yang terjadi, timbul
hiperventilasi pada pasien, yang bertujuan untuk mengurangi asidosis dengan jalan
membuangnya melalui karbonn dioksida. Penurunan keadaan anabolik dan hiperglikemia
menyebabkan fatigue. Glukosa diekskresikan dari tubuh melalui urin dalam bentuk diuresis
yang selanjutnya dapat menyebabkan kehilangan cairan dan garam tubuh sehingga pasien
menjadi dehidrasi, selalu merasa haus dan akhirnya akan minum air dalam jumlah yang
banyak (polidipsia) (Khardori, 2012).
Sedangkan diabetes mellitus tipe 2 merupakan sebuah kondisi dimana terjadi
resistensi insulin di perifer dan sekresi insulin yang inadekuat. Pada dasarnya, jika terjadi
resistensi insulin namun sekresinya masih adekuat maka kondisi tersebut belum bisa
dikatakan sebagai diabetes mellitus tipe 2. Resistensi insulin perifer dapat diinduksi melalui
banyak faktor, misalnya diet tinggi kalori, rendahnya aktivitas fisik, dan pemberian obat-obat
steroid. Resistensi insulin akan mengakibatkan kenaikan jumlah asam lemak bebas dan
sitokin proinflamasi plasma sehingga terjadi peningkatan pemecahan cadangan glukosa di
hati, pemecahan lemak, dan berkurangnya transport glukosa ke sel otot. Pada diabetes

mellitus tipe 2, terjadi parakrinopati pulau, dimana jumlah glukagon yang diproduksi lebih
banyak daripada jumlah insulin yang diproduksi. Akibatnya timbul suatu kondisi yang
disebut hiperglukagonemia dan berakibat pada hiperglikemia (Khardori, 2012).
Pada kasus diabetes mellitus, dapat terjadi berbagai komplikasi, seperti neuropati,
nefropati, retinopati, gangren diabetikum, koma, dll. Neuropati yang terjadi akibat komplikasi
diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi neuropati sensorik-autonom dan neuroati motorik.
Neuropati sensorik terjadi akibat akumulasi sorbitol di saraf sensorik perifer yang
menyebabkan terjadinya degenerasi akson dan demielinisasi segmen. Sedangkan neuropati
motorik dan mononeuropati kranial terjadi akibat terjadi gangguan dari pembuluh darah yang
menyuplai saraf. Komplikasi lainnya yang ditimbulkan oleh diabetes mellitus adalah
nefropati diabetik. Nefropati diabetik terjadi akibat adanya penebalan dari dinding arteriol
dan kapiler renal. Akibatnya, terjadi berbagai kondisi, seperti Hyalinisasi glomerular,
proteinemia, dan gagal ginjal kronik (Khardori, 2012).
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus
dan Penyakit Metabolik. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Khardori,

Romesh.

2012.

Type

http://emedicine.medscape.com/article/117853-overview.

Diabetes

Mellitus.

Anda mungkin juga menyukai