Anda di halaman 1dari 19

1.

Mesin anestesi
A. Bagian-bagian mesin anestesi
1. Sumber O2, N2O dan udara tekan, biasanya tersedia secara sentral di rumah sakit.

2. Alat pantau tekanan gas (pressure gauge), untuk mengetahui tekanan gas pasok.

3. Katup penurun tekanan gas (pressure reducing valve), untuk menurunkan tekanan gas pasok
yang masih tinggi, sesuai karakteristik mesin anestesi.

4. Meter aliran gas (flowmeter), untuk mengatur aliran gas per menitnya.

5. Vaporizer

6. Lubang keluar campuran gas (common gas outlet)

7. Kendali O2 darurat (oxygen flush control), untuk keadaan darurat yang dapat mengalirkan
oksigen murni sampai 35-37 liter tanpa melalui meter aliran gas.

Gambar mesin anestesi keseluruhan:

Alur aliran udara dari mesin anestesi ke pasien:

2. Algoritme penanganan gangguan irama jantung


----BLS----

----ACLS----

3. Jenis-jenis defibrillator:
1)

Defibrillator Monofasik

Arus

mengalir dalam

satu

arah dari

pada defibrilator monofasik.Dalam VF atau VT

satu paddle/ bantalan yang

tanpa

nadi, dianjurkan untuk

lain

melakukan

tiga shock secara berurutan dengan urutan 200 joules, 300 joule, dan kemudian 360 joule.
2)

Defibrillator Bifasik

Dalam defibrilator bifasik listrik arus dalam satu arah selama fase pertama dan berbalik arahpada
fase

kedua (sehingga melewati jantung dua

kali). Defibrillator bifasik mampu

memanfaatkanjumlah joule yang sedikit dan membuat sedikit kerusakan miokard yang sama atau
lebih

baik

bila

dibandingkan

dengan defibrillator monofasik. Teknologi bifasik sedang

digunakan dalam Automatic Internal Cardiac Defibrillators (AICDs) dan Automated External
Defibrillators (AEDs). Saat ini masih dilakukan penelitian pada defibrilator bifasik dan belum
terdapat rekomendasi oleh American Heart Association dalam hal tingkat joule yang akan
digunakan selama VF atau VT tanpa nadi (American Heart Association, 1998). Banyak literatur
menyebutkan bahwa

untuk VF/PVT150

joule, 150 joule, 150 joule pada tiga shock berturut-

turut.
3)

Defibrillator External Otomatis (Automated External Defibrillator - AED)

AED adalah

defibrillator bifasik yang

off)".Operator tidak

menggunakan pendekatan

harus menginterpretasikan irama

yang melakukannya.Defibrilator juga

"lepas

tangan

(hands

jantung pasien, defibrilatorlah

akan memilih tindakan

yang

tepat bila diperlukan untuk irama tertentu. AED terdiri dari satu unit portabel kecil dengan satu
set pad/ bantalan elektroda defibrilasi.
Ketika digunakan, akan muncul suara yang memerintahkan operator apa yang harus dilakukan
selanjutnya. Pad akan

muncul

disertai gambar untuk

ditempatkan.Setelah pad ditempatkan

pada pasien,

menginterpretasikan ritme pasien.Selanjutnya, akan


operator

instruksi di

untuk "shock" pasien, jika

muncul

mana

AED akan membaca


suara

dan

yang menginstruksikan

diperlukan. Operator hanya

perlu menekan tombol "shock". AED akan menentukan joule. AEDtidak


penyesuaian. Selain pad elektroda defibrilasi, fitur pada AED hanya terdiri
off", layar monitor, dan tombol "shock".

seharusnya

memiliki pengaturan
dari tombol "on/

AED sekarang ditempatkan di daerah yang keadaannya selalu "ramai" di seluruh dunia seperti
bandara, stadion, pusat perbelanjaan, dan pesawat terbang. Pedoman ACLS yang baru adalah,
"Semua penyedia

layanan

kesehatan

dilatih dalam

menggunakan defibrillator eksternal

untuk menggunakannya" (Asselin, 2001,

yang

melakukan resusitasi kardiopulmonari harus


otomatis dan

hal. 49). Tujuan dari

AED adalah

berwenang
untuk

mengurangi jumlah waktu antara ketika pasien masuk ke VFdan waktu defibrilasi.

DEFIBRILASI
Defibrilasi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu yang singkat secara
asinkron.
Indikasi
1. VF
2. VT tanpa nadi

Defibrilasi harus dilakukan sedini mungkin dengan alasan :


1. Irama yang didapat pada permulaan henti jantung umumnya adalah ventrikel fibrilasi (VF)
2. Pengobatan yang paling efektif untuk ventrikel fibrilasi adalah defibrilasi.
3. Makin lambat defibrilasi dilakukan, makin kurang kemungkinan keberhasilannya.
4. Ventrikel fibrilasi cenderung untuk berubah menjadi asistol dalam waktu beberapa menit.

Alat yang dipergunakan:

- Defibrilator
Defibrilator adalah alat yang dapat memberikan shock listrik dan dapat menyebabkan
depolarisasi sementara dari jantung yang denyutnya tidak teratur, sehingga memungkinkan
timbulnya kembali aktifitas listrik jantung yang terkoordinir. Enerji dialirkan melalui suatu
elektrode yang disebut paddle. Defibrilator diklasifikasikan menurut 2 tipe bentuk gelombangnya
yaitu monophasic dan biphasic. Defibrilator monophasic adalah tipe defibrilator yang pertama
kali diperkenalkan, defibrilator biphasic adalah defibrilator yang digunakan pada defibrilator
manual yang banyak dipasarkan saat ini.
- Jeli
Jeli digunakan untuk mengurangi tahanan dada dan membantu menghantarkan aliran listrik ke
jantung, jeli dioleskan pada kedua paddle.

Energi
Untuk VF dan VT tanpa nadi, energi awal 360 joule dengan menggunakan monophasic
deflbrilator, dapat diulang tiap 2 menit dengan energi yang sama, jika menggunakan biphasic
deflbrilator energi yang diperlukan berkisar antara 120 - 200 joule.

Prosedur defibrilasi
1. Nyalakan deflbrilator
2. Tentukan enerji yang diperlukan dengan cara memutar atau menggeser tombol enerji
3. Paddle diberi jeli secukupnya.
4. Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan pada apeks jantung dan paddle sternum
diletakkan pada garis sternal kanan di bawah klavikula.

5. Isi (Charge) enerji, tunggu sampai enerji terisi penuh, untuk mengetahui enerji sudah penuh,
banyak macamnya tergantung dari defibrilator yang dipakai, ada yang memberi tanda dengan
menunjukkan angka joule yang diset, ada pula yang memberi tanda dengan bunyi bahkan ada
juga yang memberi tanda dengan nyala lampu.
6. Jika enerji sudah penuh, beri aba-aba dengan suara keras dan jelas agar tidak ada lagi anggota
tim yang masih ada kontak dengan pasien atau korban, termasuk juga yang mengoperatorkan
defibrilator, sebagai contoh:
"Enerji siap "
"Saya siap "
"Tim lain siap"
7. Kaji ulang layar monitor defibrillator, pastikan irama masih VF/VT tanda nadi, pastikan enerji
sesuai dengan yang diset, dan pastikan modus yang dipakai adalah asinkron, jika semua benar,
berikan enerji tersebut dengan cara menekan kedua tombol discharge pada kedua paddle.
Pastikan paddle menempel dengan baik pada dada pasien (beban tekanan pada paddle kira-kira
10 kg).
8. Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah irama berubah atau tetap sama scperti sebelum
dilakukan defibrilasi, jika berubah cek nadi untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan RJP,
jika tidak berubah lakukan RJP untuk selanjutnya lakukan survey kedua.

Automated External Defibrilator (AED)


AED adalah sebuah defibrilator yang bekerja secara komputer yang dapat :
1. Menganalisa irama jantung seorang korban yang mengalami henti jantung.
2. Mengenal irama yang dapat dilakukan tindakan defibrilasi ( shock)

3. Memberikan petunjuk pada operator ( dengan memperdengarkan suara atau dengan indikator
cahaya)

AED digunakan jika korban mengalami henti jantung :


1. Tidak berespon
2. Tidak bernafas
3. Nadi tidak teraba atau tanda - tanda sirkulasi lain

Elektroda adhesif ditempatkan pada dada korban dan disambungkan ke mesin AED, paddle
elektroda mempunyai 2 fungsi yaitu :
1. Menangkap sinyal listrik jantung dan mengirimkan sinyal tersebut ke komputer.
2. Memberikan shock melalui elektroda jika terdapat indikasi.

B. KARDIOVERSI
Kardioversi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu singkat secara
sinkron.

Indikasi
1. Ventrikel Takikardi
2. Supra Ventrikel Takikardi
3. Atrial flutter

4. Atrial Fibrilasi

Alat yang dipergunakan


1. Defibrilator yang mempunyai modus sinkron
2. Jeli
3. Troli emergensi, terutama alat bantu napas
4. Obat-obat analgetik dan sedatif
5. Elektrode EKG

Energi
Enerji awal untuk SVT dan Atrial Flutter adalah 50 joule, apabila tidak berhasil enerji dapat
dinaikan menjadi 100 joule, 200 joule, 300 joule dan 360 joule.
Untuk VT monomorphic dan Atrial Fibrilasi, enerji awal adalah 100 jule dan dapat dinaikan
sampai 360 joule.
Sedangkan untuk VT polymorphic besarnya energi dan modus yang dipakai sama dengan yang
digunakan pada tindakan defibrilasi

Prosedur
Prosedur tindakan kardioversi sama dengan tindakan deflbrilasi, hanya pada saat menekan
tombol discharge kedua tombol tersebut harus ditekan agak lama, karena modul yang dipakai
adalah modul sinkron dimana pada modul ini energi akan dikeluarkan (diberikan ) beberapa
milidetik setelah defibrilator tersebut menangkap gelombang QRS. jika deflbrilator tidak dapat

menangkap gelombang QRS enerji tidak akan keluar. Pasien dengan takikardi walaupun
mungkin keadaannya tidak stabil akan tetapi kadang pasiennya masih sadar, oleh sebab itu jika
diperlukan tindakan kardioversi, maka pasien perlu diberikan obat sedasi dengan atau tanpa
analgetik.

Anda mungkin juga menyukai