Anda di halaman 1dari 4

Spirit Keteladanan Dari Peristiwa Hijrah

Lebih dari empat belas abad yang lalu ada sebuah peristiwa besar yaitu hijrahnya
Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam dan para sahabat generasi pertama Islam.
Mereka meninggalkan Makkah tanah kelahiran mereka menuju Madinah negeri orang
yang baru dan asing. Banyak mutiara berharga dan keteladanan yang agung dari
peristiwa tersebut.
Allah SWT menggambarkan betapa besar hikmah dan nilai dari hijrah Rasulullah
dalam firman yang artinya;
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berhijrah dan
berjihad di jalan Allah,mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah, Allah Maha
pengampun, Maha penyayang.(Q.S. Al Baqarah: 218).
Perjalanan Nabi dari Makkah ke Madinah, sekitar 416 kilometer, ditempuh
selama 16 hari dengan mengendarai onta. Nabi mengistirahatkan onta pada saat
matahari hampir tepat di atas kepala dan baru melanjutkan perjalanan sore harinya.
Betapa Nabi sangat menaruh belas kasih kepada sesama mahluk Allah. Dalam
perjalanan itu, Nabi diikuti oleh pembunuh bayaran dari Makkah bernama Suroqoh bin
Malik yang mengendarai kuda pilihan. Dia mendapatkan iming-iming hadiah seratus
unta dan wanita cantik jika bisa membunuh Nabi, minimal bisa menggagalkan hijrahnya
ke Madinah.
Namun ketika hendak mendekati Nabi, kuda Suroqoh mendadak terpeleset dan
jatuh. Riwayat lain menyebutkan, kuda Suroqoh terperosok masuk kedalam tanah, dan
itu terjadi sampai tiga kali. Nabi yang mengetahui hal itu lalu mendekati Suroqoh dan
menolongnya. Suroqoh yang penasaran dengan perilaku Nabi itu lantas menanyakan
sesuatu perihal Tuhan Muhammad. Terjadilah dialog. Lalu turunlah ayat Al-Quran surat
Al-Ihlas. Pada ayat pertama berbunyi,
" Kakanlah Dialah Allah Yang Maha
Esa." Suroqoh tertegun, tidak bisa berkata apapun. Bahkan kemudian dia menawarkan
barang-barang perbekalannya untuk keperluan perjalanan Nabi, namun beliau menolak.
Rasulullah memberi teladan bahwa seorang pemimpin tidak mudah menerima sesuatu
dari orang lain karena kepemimpinannya.
Ketika Nabi kehabisan perbekalan. Nabi bersama Sahabat Abu Bakar dan dua
orang pengawal singgah di sebuah perkemahan, hendak membeli perbekalan.
Perkemahan itu dihuni oleh seorang perempuan bernama Umi Ma'bad yang ternyata
dalam keadaan serba berkekurangan. Ada seekor hewan perahan tapi dalam keadaan
kurus kerontang. "Jangankan susu Tuan, air kencing hewan itu pun sudah tidak ada,"
kata Umi Ma'bad kepada Nabi. Namun kemudian Nabi mendekati hewan itu, memeras

kantong susunya dan dengan izin Allah hewan itu keluar air susunya. Pertama-tama Nabi
memberikan gelas berisi susu kepada Abu Bakar, kedua kepada Sahabat yang menuntun
onta Nabi, ketika kepada Sahabat yang menuntun onta Abu Bakar, baru kemudian Nabi
meminumnya.
Umi Ma'bad yang keheranan lalu bertanya kepada Nabi. "Kenapa Anda tidak minum
terlebih dahulu?" Nabi menjawab:

Nabi mengajarkan keteladanan bahwa, pemimpin adalah pelayan umat dan semestinya
minumnya belakangan, mendahulukan kepentingan umat dari pada kepentingan
pribadi.
Peristiwa Hijrahnya Nabi dan para sahabat dari Makkah ke Madinah sarat akan
hikmah, makna, nilai dan keteladanan. Diantara hikmah, makna, nilai dan keteladanan
dari peristiwa hijrah adalah:
Pertama, hijrah merupakan perjalanan mempertahankan keimanan. Karena iman, para
sahabat sudi meniggalkan kampung halaman, meninggalkan harta benda mereka.
Karena iman, mereka rela berpisah dengan orang yang dicintainya yang berbeda akidah.
Iman yang mereka pertahankan melahirkan ketenangan dan ketentraman batin. Kalau
batin sudah merasa tentram dan terasa bahagia, maka bagaimanapun pedihnya
penderitaan
dzahir
yang
mereka
alami
tidak
akan
terasa.
Kedua, hijrah merupakan perjalanan ibadah. Pada waktu hijrah, dorongan sahabat
untuk ikut tidak sama. Oleh karena itu Rasulullah saw sebagaimana dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori bahwa amal-amal perbuatan itu tergantung pada
niatnya dan bagi tiap-tiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya.
Ketiga, hijrah adalah perjalanan ukhuwah.
Penduduk Madinah menyambut kaum Muhajirin Mekkah sebagai saudara. Kemudian
mereka bergaul dalam suasana ukhuwah yang berlandaskan satu keyakinan. Dalam
surah
Al-Hujarat
ayat
10
Allah
Swt
berfirman
:
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara." Mereka terikat dalam
ukhuwah imaniyah sehingga pantaslah kaum muhajirin dan anshar ini mendapat
jaminan dari Allah akan masuk surga. Sebagaimana dalam surah At-taubah ayat 100
Allah swt berfirman :
Artinya: "Dan orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama (masuk islam) di antara
orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar."

Peristiwa hijrah telah menampilkan sebuah kisah nyata yang sangat mengagumkan
dalam sejarah kemanusiaan. Kisah tentang persaudaraan, solidaritas dan persatuan
yang diikat oleh sebuah keyakinan suci bernama Islam. Keyakinan tersebut telah
mempersaudarakan bangsawan persia dan budak Habasyah, menyatukan saudagar
Qurays yang kaya raya dengan penggembala kambing yang miskin. Ada di antara
mereka yang datang sebatang kara karena meninggalkan keluarganya yang masih kafir
di Makkah. Ada pula yang datang tanpa harta kecuali makanan yang ada di dalam
perutnya dan pakaian yang melekat di tubuhnya.
Adalah Abdurrahaman bin Auf seorang sahabat Muhajirin yang datang ke Madinah
dalam keadaan miskin, kemudian dipersaudarakan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi
wasalam dengan sahabat Anshar yang kaya raya bernama Saad bin Rabi. Saad bin Rabi
telah menunjukan solidaritasnya kepada sesama muslim dengan siap memberikan apa
yang dimilikinya kepada saudaranya yang memang membutuhkan. Seiring dengan itu
Abdurrahman bin Auf pun telah menunjukan dirinya sebagai seorang muslim yang
memiliki kemuliaan dan tidak cengeng sehingga dia tidak serta merta memanfaatkan
semua fasilitas yang ditawarkan saudaranya. Abdurrahman bin Auf memilih berdagang
di pasar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya daripada bergantung pada bantuan
saudara imannya. Maka ia pun menjadi seorang pedagang yang kaya raya namun tetap
dermawan dan gemar menginfakkan hartanya di jalan Allah.
Kisah Abdurrahman bin Auf dan Saad bin Rabi hanyalah salah satu kisah dari banyak
kisah keteladanan yang telah dipentaskan oleh generasi pertama Islam dari golongan
Anshor dan Muhajirin, karenanya Allah memuji mereka dengan firmanNya:
Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke
tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa
yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan ( muhajirin)
atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya
dari kekikiran,maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Al Hasyr : 9)
Keempat, Hijrah mengajarkan kita akan makna cinta dan pengorbanan di jalan Allah.
Cinta dan pengorbanan keduanya tidak bisa dipisahkan. Cinta membutuhkan
pengorbanan dan orang rela berkorban karena cinta. Nabi shalallahu alaihi wassalam
dan para sahabat sangat mencintai Makkah. Akan tetapi ada kecintaan kepada sesuatu
yang lebih agung yang membuat mereka rela mengorbankan kecintaan mereka kepada
tanah air dan handai taulannya, yaitu kecintaan mereka kepada agama yang membuat
mereka menemukan kehidupan baru yang penuh makna.

Kecintaan kepada Allah,Rasul dan Islam serta negeri akhirat itulah yang menyebabkan
mereka dengan entengnya mengorbankan kecintaanya kepada tanah air dan handai
taulannya. Mereka rela mengarungi ganasnya sahara meninggalkan tanah kelahiran
yang tidak lagi bersahabat menuju negeri asing yang menjanjikan.
Kelima, Hijrah adalah kemenangan. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka adalah lebih tinggi derajatnya di
sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.(Q.S.At Taubah :
20).
Dikatakan bahwa hijrahnya Nabi dan para sahabat adalah kemenangan karena dengan
hijrah terselamatkanlah misi perjuangan, pemimpin perjuangan dan para kader
perjuangan Islam. Sebab
Hijrah adalah pintu gerbang kemenangan karena dengan hijrah kaum muslimin berubah
statusnya dari kaum yang terusir menjadi kaum merdeka yang berdaulat. Setelah hijrah
terjadilah peristiwa-peristiwa besar yang menjadi penentu masa depan Islam yang
gemilang. Di antara peristiwa-peristiwa tersebut adalah perang badar yang
dimenangkan oleh kaum muslimin dan menewaskan pemimpin-pemimpin kafir Qurays,
perang Uhud, perang Khandaq, perjanjian Hudaibiyah sampai kepada futuh Makkah.
Kemenangan-kemenangan tersebut berlanjut sampai terbukalah gerbang Eropa oleh
Tariq bin Ziad untuk kemudian takluk dalam pangkuan Islam dan tersebarlah Islam
kesegenap penjuru negeri.
Selamat berhijrah.

Dari jahiliyah menuju islamiyah


Dari kufur menuju iman
Dari syirik menuju tauhid
Dari kemunafikan menuju keeikhlasan dan kesucian
Dari dhalim menuju adil
Dari bathil menuju al haq
Dari sikap lalai menuju istiqamah
Dari islam yang setengah-setengah menuju Islam kaffah (menyeluruh dan lengkap)
Dari maksiat menuju taat
Dari haram menuju halal
Dari individualis menuju ukhuwah islamiyah, dan seterusnya

Anda mungkin juga menyukai