Anda di halaman 1dari 11

MASALAH PEREKONOMIAN

DI INDONESIA

Oleh :
Imanuella Bilanglabi
A31111305

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Program Studi Akuntansi
Universitas Hasanuddin
Makassar
2014

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bidang perekonomian merupakan suatu bidang kegiatan manusia dalam rangka
mencukupi kebutuhannya disamping alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Ditengah
perekonomian global sekarang ini Indonesia mempunyai landasan idiil yaitu Pancasila
dan landasan konstitusional yaitu UUD 1945. Oleh karena itu, segala bentuk kegiatan
masyarakat dan negara harus berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sistem
perekonomian yang ada di Indonesia juga harus berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Sistem perekonomian nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 disusun untuk
mewujudkan demokrasi ekonomi dan dijadikan dasar pelaksanaan pembangunan
ekonomi. Sistem perekonomian Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
disebut sistem ekonomi demokrasi. Dengan demikian sistem ekonomi demokrasi dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem perekonomian nasional yang merupakan perwujudan
dari falsafah Pancasila dan UUD 1945 yang berasaskan kekeluargaan dan
kegotongroyongan dari, oleh, dan untuk rakyat di bawah pimpinan dan pengawasan
pemerintah.
Pada sistem demokrasi ekonomi, pemerintah dan seluruh rakyat baik golongan
ekonomi lemah maupun pengusaha aktif dalam usaha mencapai kemakmuran bangsa.
Selain itu, negara berperan dalam merencanakan, membimbing, dan mengarahkan
kegiatan perekonomian. Dengan demikian terdapat kerja sama dan saling membantu
antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya budaya, kaya sumber daya alam dan
sumber daya manusia. Penduduknya tergolong besar dan luas darat-lautnya tergolong
sangat luas. Tetapi di indonesia kemiskinan bukanlah topik bahasan yang baru bagi
masyarakat maupun pemerintah. Perekonomian indonesia saat ini masih diliputi
kemiskinan yang dirasakan sebagian penduduk. baik karena guncangan ekonomi,
bencana alam, dan juga akibat kurangnya akses terhadap pelayanan dasar dan sosial. Hal
ini menjadi permasalahan krusial yang harus dihadapi dalam penanganan kemiskinan.
Konsep

tentang

kemiskinan

memang

sangat

beragam,

mulai

dari

sekedar

ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan,


kurangnya kesempatan berusaha, hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan
aspek sosial dan moral.
Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar
minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002:3). Kemiskinan merupakan sebuah
kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk
makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas
kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang
diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100
kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan,
pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS
dan Depsos, 2002:4). Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan
dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntunan non-material yang diterima
oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki
pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan
oleh masyarakat (SMERU dalam Suharto dkk, 2004).

BAB 2
PEMBAHASAN
A. KEMISKINAN DI INDONESIA
Kemiskinan menurut Wikipedia bahasa Indonesia adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan
alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Masalah kemiskinan adalah masalah yang kompleks dan global. di Indonesia
masalah kemiskinan seperti tak kunjung usai. masih banyak kita dapati para pengemis
dan gelandangan berkeliaran tidak hanya di pedesaan bahkan di kota-kota besar seperti
Jakarta pun pemandangan seperti ini menjadi tontonan setiap hari.
Kini di Indonesia jerat kemiskinan semakin parah. Jumlah kemiskinan di
Indonesia pada Maret 2009 saja mencapai 32,53 juta atau 14,15 persen (www.bps.go.id).
Kemiskinan bukan semata-mata persoalan ekonomi melainkan kemiskinan kultural dan
struktural. Hari Susanto (2006) mengatakan umumnya instrumen yang digunakan untuk
menentukan apakah seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat tersebut miskin
atau tidak bisa dipantau dengan memakai ukuran peningkatan pendapatan atau tingkat
konsumsi seseorang atau sekelompok orang. Padahal hakikat kemiskinan dapat dilihat
dari berbagai faktor. Apakah itu sosial-budaya, ekonomi, politik, maupun hukum.
Menurut Koerniatmanto Soetoprawiryo menyebut dalam Bahasa Latin ada istilah esse (to
be) atau (martabat manusia) dan habere (to have) atau (harta atau kepemilikan). Oleh
sebagian besar orang persoalan kemiskinan lebih dipahami dalam konteks habere. Orang
miskin adalah orang yang tidak menguasai dan memiliki sesuatu. Urusan kemiskinan
urusan bersifat ekonomis semata.
Bila kita cermati kondisi masyarakat dewasa ini. Banyak dari mereka yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Bahkan, hanya untuk
mempertahankan hak-hak dasarnya serta bertahan hidup saja tidak mampu. Apalagi
mengembangkan hidup yang terhormat dan bermartabat. Krisis ekonomi yang
berkepanjangan menambah panjang deret persoalan yang membuat negeri ini semakin
sulit keluar dari jeratan kemiskinan. Hal ini dapat kita buktikan dari tingginya tingkat

putus sekolah dan buta huruf. Belum lagi tingkat pengangguran yang meningkat
signifikan. Jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 di Indonesia sebanyak 12,7 juta
orang. Ditambah lagi kasus gizi buruk yang tinggi, kelaparan/busung lapar, dan terakhir,
masyarakat yang makan Nasi Aking.

B. DAMPAK KEMISKINAN
Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan
kompleks, diantaranya :
1. Pengangguran.
Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki
penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki
penghasilan mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis
pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan
memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan
tingkat pengeluaran rata-rata.
2. Kekerasan.
Kekerasan-kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari
pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan
yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan
menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya,
merampok, menodong, mencuri, atau menipu. belakangan banyak oknum-oknum
yang menggunakan modus penipuan melalui sms.
3. Pendidikan
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa
ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi
menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Karena untuk makan satu kali sehari saja
mereka sudah kesulitan. Kondisi seperti ini membuat masyarakat miskin semakin

terpuruk lebih dalam. Tingginya tingkat putus sekola berdampak pada rendahya
tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan
seseorang mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ini akan menyebabkan
bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi yang
menuntut keterampilan di segala bidang
4. Kesehatan
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap
klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos
pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh
kalangan miskin.
C. UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DI INDONESIA
Seperti telah disinggung di atas bahwa kemiskinan merupakan suatu masalah yang
kompleks dan multidimensional yang tak terpisahkan dari pembangunan mekanisme
ekonomi, sosial dan politik yang berlaku. Oleh karena itu setiap upaya pengentasan
kemiskinan secara tuntas menuntut peninjauan sampai keakar masalah. Jadi, memang tak
ada jalan pintas untuk mengentaskan masalah kemiskinan ini. Penanggulanganya tidak
bisa dilakukan dengan tergesa-gesa.
Komitmen pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009 yang disusun berdasarkan Strategi
Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK). Disamping turut menandatangani
Tujuan Pembangunan Milenium (atau Millennium Development Goals) untuk tahun
2015, dalam RPJM-nya pemerintah telah menyusun tujuan-tujuan pokok dalam
pengentasan kemiskinan untuk tahun 2009, termasuk target ambisius untuk mengurangi
angka kemiskinan dari 18,2 persen pada tahun 2002 menjadi 8,2 persen pada tahun 2009.
Dalam pelaksanaan program pengentasan nasib orang miskin, keberhasilannya
bergantung pada langkah awal dari formulasi kebijakan, yaitu mengidentifikasikan siapa
sebenarnya si miskin tersebut dan dimana ia berada. Kedua pertanyaan tersebut dapat
dijawab dengan melihat profil dari si miskin. Ada tiga ciri yang menonjol dari
kemiskinan di Indonesia. Pertama, banyak rumah tangga yang berada disekitar garis

kemiskinan nasional, yang setara dengan PPP AS$1,55-per hari, sehingga banyak
penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan.
Kedua, ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak menggambarkan
batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang mungkin tidak tergolong miskin
dari segi pendapatan dapat dikategorikan sebagai miskin atas dasar kurangnya akses
terhadap pelayanan dasar serta rendahnya indikator-indikator pembangunan manusia.
Ketiga, mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar
daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia.
Tiga cara untuk membantu mengangkat diri dari kemiskinan adalah melalui
pertumbuhan ekonomi, layanan masyarakat dan pengeluaran pemerintah. Masing-masing
cara tersebut menangani minimal satu dari tiga ciri utama kemiskinan di Indonesia, yaitu:
kerentanan, sifat multi-dimensi dan keragaman antar daerah (lihat Tabel 1). Dengan kata
lain, strategi pengentasan kemiskinan yang efektif bagi Indonesia terdiri dari tiga
komponen:
1. Membuat Pertumbuhan Ekonomi Bermanfaat bagi Rakyat Miskin.
Pertumbuhan ekonomi telah dan akan tetap menjadi landasan bagi
pengentasan kemiskinan. Pertama, langkah membuat pertumbuhan bermanfaat bagi
rakyat miskin merupakan kunci bagi upaya untuk mengkaitkan masyarakat miskin
dengan proses pertumbuhan baik dalam konteks pedesaan-perkotaan ataupun dalam
berbagai pengelompokan berdasarkan daerah dan pulau.
Hal ini sangat mendasar dalam menangani aspek perbedaan antar daerah.
Kedua, dalam menangani ciri kerentanan kemiskinan yang berkaitan dengan
padatnya konsentrasi distribusi pendapatan di Indonesia, apapun yang dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat akan dapat dengan cepat mengurangi angka
kemiskinan serta kerentanan kemiskinan. Membuat pertumbuhan bermanfaat bagi
masyarakat miskin memerlukan langkah untuk membawa mereka pada jalan yang
efektif untuk keluar dari kemiskinan. Hal ini berarti memanfaatkan transformasi
struktural yang sedang berlangsung di Indonesia yang ditandai oleh dua fenomena.
Pertama, sedang terjadi pergeseran dari kegiatan yang berbasis pedesaan ke kegiatan
yang berbasis perkotaan. Kedua, telah terjadi pergeseran yang menonjol dari kegiatan
bertani (farm) ke kegiatan non-tani (non-farm). Transformasi ini menunjukan adanya

dua jalan penting yang telah diambil oleh rumah tangga untuk keluar dari kemiskinan
di Indonesia.

a. Peningkatan produktivitas pertanian.


b. Peningkatan produktivitas non-pertanian, baik di daerah perkotaan maupun di
daerah pedesaan yang dikotakan dengan cepat.
2. Membuat Layanan Sosial Bermanfaat bagi Rakyat Miskin.
Penyediaan layanan sosial bagi rakyat miskin baik oleh sektor pemerintah
ataupun sektor swasta-adalah mutlak dalam penanganan kemiskinan di Indonesia.
Pertama, hal itu merupakan kunci dalam menyikapi dimensi non-pendapatan
kemiskinan di Indonesia. Indikator pembangunan manusia yang kurang baik,
misalnya Angka Kematian Ibu yang tinggi, harus diatasi dengan memperbaiki
kualitas layanan yang tersedia untuk masyarakat miskin.
Hal ini lebih dari sekedar persoalan yang bekaitan dengan pengeluaran
pemerintah, karena berkaitan dengan perbaikan sistem pertanggungjawaban,
mekanisme penyediaan layanan, dan bahkan proses kepemerintahan. Kedua, ciri
keragaman antar daerah kebanyakan dicerminkan oleh perbedaan dalam akses
terhadap layanan, yang pada akhirnya mengakibatkan adanya perbedaan dalam
pencapaian indikator pembangunan manusia di berbagai daerah. Dengan demikian,
membuat layanan masyarakat bermanfaat bagi rakyat miskin merupakan kunci dalam
menangani masalah kemiskinan dalam konteks keragaman antar daerah.
Membuat layanan bermanfaat bagi masyarakat miskin memerlukan perbaikan
sistem pertanggungjawaban kelembagaan dan memberikan insentif bagi perbaikan
indikator pembangunan manusia. Saat ini, penyediaan layanan yang kurang baik
merupakan inti persoalan rendahnya indikator pembangunan manusia, atau
kemiskinan dalam dimensi non-pendapatan, seperti buruknya pelayanan kesehatan
dan pendidikan. Bidang lain yang memerlukan perhatian adalah perbaikan akses bagi
masyarakat miskin terhadap pelayanan untuk menekan kesenjangan antar daerah
dalam hal indikator pembangunan manusia. Di bidang pendidikan, salah satu masalah

kunci adalah tingginya angka putus sekolah di masyarakat miskin pada saat mereka
melanjutkan pendidikan dari SD ke SMP. Dalam menyikapi aspek multidimensional
kemiskinan, upaya-upaya hendaknya diarahkan pada perbaikan penyediaan layanan,
khususnya perbaikan kualitas layanan itu sendiri. Upaya-upaya tersebut dapat di
wujudkan dalam bentuk :

Meningkatkan tingkat partisipasi sekolah menengah pertama

Layanan kesehatan dasar yang lebih baik untuk masyarakat miskin maupun
untuk penyedia layanan.

Memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat miskin dalam mengakses air


bersih dan sanitasi.

Perjelas tanggungjawab fungsional dalam penyediaan layanan.

Perbaiki penempatan dan manajemen PNS.

Berikan insentif lebih besar untuk para penyedia layanan.

3. Membuat Pengeluaran Pemerintah Bermanfaat bagi Rakyat Miskin.


Di samping pertumbuhan ekonomi dan layanan sosial, dengan menentukan
sasaran pengeluaran untuk rakyat miskin, pemerintah dapat membantu mereka dalam
menghadapi kemiskinan (baik dari segi pendapatan maupun non-pendapatan).
Pertama, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk membantu mereka yang
rentan terhadap kemiskinan dari segi pendapatan melalui suatu sistem perlindungan
sosial modern yang meningkatkan kemampuan mereka sendiri untuk menghadapi
ketidakpastian ekonomi. Kedua, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk
memperbaiki indikator-indikator pembangunan manusia, sehingga dapat mengatasi
kemiskinan dari aspek non-pendapatan. Membuat pengeluaran bermanfaat bagi
masyarakat miskin sangat menentukan saat ini, terutama mengingat adanya peluang
dari sisi fiscal yang ada di Indonesia saat kini.
Pengurangan subsidi BBM merupakan langkah besar ke arah pengeluaran
publik pemerintah yang lebih berpihak pada masyarakat miskin. Sampai saat ini,
pengeluaran pemerintah tidak selalu bisa secara efektif mengatasi kendala yang
dihadapi masyarakat miskin untuk keluar dari kemiskinan. Ketika pemerintah
memperoleh kelonggaran fiskal menyusul realokasi subsidi BBM yang regresif,

penting untuk memastikan bahwa pengeluaran tersebut benar-benar berdampak


positif bagi masyarakat miskin.
Sekarang pemerintah mempunyai kesempatan untuk menangani masalah kerentanan
tinggi masyarakat miskin di Indonesia dengan cara mengarahkan belanja pemerintah ke
dalam sistem jaminan sosial yang mampu mengurangi kerentanan tersebut. Salah satu
komponen penting dari realokasi pengeluaran pemerintah adalah memusatkan perhatian pada
upaya peningkatan penghasilan masyarakat miskin. Pengeluaran pemerintah yang bisa
berdampak langsung pada peningkatan penghasilan juga akan berdampak positif pada
penanganan kemiskinan. Salah satu prioritas yang bisa dikedepankan-dan telah dimulai oleh
pemerintah-ialah memperluas cakupan pembangunan berbasis masyarakat (community
driven development atau CDD).

BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kemiskinan menurut Wikipedia bahasa Indonesia adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan
alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan
kompleks, diantaranya : pengangguran, kekerasan, masalah pendidikan dan masalah
kesehatan. Komitmen pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009 yang disusun berdasarkan
Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK).
Ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia. Pertama, banyak rumah
tangga yang berada disekitar garis kemiskinan nasional. Kedua, ukuran kemiskinan
didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan yang
sebenarnya. Ketiga, mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia,
perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia. Tiga cara
untuk membantu mengangkat diri dari kemiskinan adalah melalui pertumbuhan ekonomi,
layanan masyarakat dan pengeluaran pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai