Anda di halaman 1dari 23

Desain Zebra Cross Yang Menarik, Aman, dan Nyaman Di Kawasan Central

Business District Jalan Merdeka, Bandung


BAB I
PENDAHULUAN

Bagian Pendahuluan berisi: latar belakang dan perumusan masalah, uraian singkat
mengenai gagasan kreatif yang ingin disampaikan, serta tujuan dan manfaat yang
ingin dicapai melalui penulisan.
1.1 Latar Belakang
Kawasan perbelanjaan atau Central Business District (CBD) adalah
kawasan yang memeiliki tingkat aktivitas yang tinggi. Dalam lingkungan kota
Central Business District merupakan kawasan yang penting terutama dalam
penentuan perkembangan perekonomian kota. Central Business District yang
terdapat dalam suatau kota juga dapat menimbulkan masalah karena kondisinya
yang terlalu ramai. Kondisi Central Business District yang crowded terutama
ketika berada di kawasan jalan utama kota, akan sangat menggangu lalu lintas
kota.
Bagi Kota Bandung yang dikenal sebagai surga belanja terutama dalam
hal fashion, Central Business District yang crowded adalah hal yang sangat
mudah dijumpai. Dengan julukan tersebut, Kota Bandung memiliki banyak
Central Business District yang menjadi pusat kemacetan, salah satu Central
Business District yang crowded terletak di Jalan Merdeka.
Aktivitas yang terjadi di Jalan Merdeka menjadi sorotan utama dalam
terjadinya kesemerawutan lalu lintas. Perilaku dari pejalan kaki yang
menyeberang jalan tidak pada tempatnya, mengakibatkan pengguna kendaraan
harus menghentikan kendaraannya ketika ada pejalan kaki yang akan
menyebrang. Karena banyaknya pejalan kaki yang berlalau lalang mengakibatkan

pengguna kendaraan menghentikan kendaraan pada tempat yang tidak semestinya


sehingga mengakibatkan kemacetan. Padahal di area tersebut tersedia zebra cross
sebagai titik kumpul untuk menyeberang jalan dengan teratur.
Letak dari zebra cross cukup strategis. Berada di depan toko buku
Gramedia dan pusat belanja Bandung Indah Plaza (BIP). Namun, yang menjadi
perhatian disini adalah letak dari zebra cross tersebut berada tepat di depan area
masuk utama toko buku Gramedia. Area masuk utama tersebut digunakan oleh
pejalan kaki dan pengguna kendaraan sebagai akses masuk menuju toko buku
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
-

Bagaimana kondisi fasilitas penyebrangan di kawasan Jalan Merdeka,


Bandung (khususnya di depan area gedung BIP-Gramedia)?

Bagaimana Mapping (studi perletakkan) yang tepat untuk fasilitas


penyebrangan di jalan kawasan Merdeka, Bandung (khususnya di depan
area gedung BIP-Gramedia)?

Bagaimana solusi desain yang tepat dan menarik bagi fasilitas


penyebrangan di Jalan Merdeka, Bandung (khususnya di depan area
gedung BIP-Gramedia)?

1.3 Gagasan Kreatif


Tempat penyebrangan adalah fasilitas bagi pejalan kaki untuk beraktifitas
untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang ada di seberangnya. Namun
fasilitas ini jarang digunakan oleh pejalan kaki. Yang disebabkan karena tidak
strategis, tidak nyaman, tidak aman, atau kurang menarik dari segi desain. Melalui
karya tulis ini diharapkan dapat mengasilan solusi berupa gagasan untuk
menghasilkan konsep desain fasilitas penyeberangan yang strategis, nyaman,
aman, dan menarik.
1.4 Tujuan Penulisan

Mengetahui standarisasi fasilitas penyebrangan;

Mengetahui perletakan fasilitas penyebrangan yang tepat;

Mampu memberikan solusi desain fasilitas penyebrangan yang menarik


dan kreatif.

1.5 Manfaat Penulisan

Menciptakan fasilitas penyebrangan yang menarik, aman, dan nyaman;

Mengajarkan akan pentingnya berlalu-lintas yang baik dan aman;

Memberikan rujukan kepada pihak yang terkait untuk membuat fasilitas


penyebrangan yang menarik, aman, dan nyaman.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Telaah Pustaka berisi uraian yang menunjukkan landasan teori dan konsep-konsep
yang relevan dengan masalah yang dikaji, uraian mengenai pendapat yang
berkaitan dengan masalah yang dikaji, uraian mengenai pemecahan masalah yang
pernah dilakukan.
2.1 Pengertian Zebra Cross
Penyeberangan adalah fasilitas yang menghubungkan antara ruang pejalan
kaki yang berseberangan. Penyeberangan yang benar harus dibuat dengan
memperhatikan jarak pandang/aksesibilitas yang tepat, pola-pola lalu lintas,
tahapan lalu lintas, larangan untuk belok ke kanan, durasi/waktu yang dapat
dipergunakan oleh pejalan kaki, dan ukuran aman lalu lintas yang akan
memperbolehkan pejalan kaki untuk melintasi1.

Direktorat Penataan Ruang Nasional. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan. Hal. 3 & 14

Salah satu fasilitas penyebrangan yang sering digunakan zebra cross. Zebra
cross adalah marka berupa garis-garis utuh yang membujur tersusun melintang
jalur lintas2. Dalam arti lain, zebra cross adalah fasilitas negara yang terdapat di
Jalan Raya. Semua elemen masyarakat di Indonesia wajib membuat, merawat,
menjaga, dan mengawasi fasilitas tersebut. Zebra cross diperuntukkan bagi
pejalan kaki di Jalan Raya, kendaraan bermotor sepatutnya menghargai hak
pejalan kaki yang menggunakan fasilitas tersebut 3.
2.2 Persyaratan Marka Zebra Cross
Persyaratan penyeberangan zebra cross dalam buku Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, sebagai
berikut:
-

dipasang di kaki persimpangan tanpa alat pemberi isyarat lalu lintas atau di
ruas jalan;

apabila persimpangan diatur dengan lampu pengatur lalu lintas, pemberian


waktu penyeberangan bagi pejalan kaki menjadi satu kesatuan dengan
lampu pengatur lalu lintas persimpangan;

apabila persimpangan tidak diatur dengan lampu pengatur lalu lintas, maka
kriteria batas kecepatan kendaraan bermotor adalah kurang dari 40
km/jam.4

Dalam buku Tata Cara Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki di Kawasan


Perkotaan, marka jalan harus:
-

marka jalan hanya ditempatkan pada jalur pejalan kaki yang memotong
jalan berupa zebra cross dan Pelikan cross;

marka jalan dibuat sedemikian rupa sehingga mudah terlihat dengan jelas
bagi pemakai jalan yang bersangkutan;

Direktorat Penataan Ruang Nasional. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan. Hal. 18
3
UU Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009
4
Direktorat Penataan Ruang Nasional. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan. Hal. 17

pemasangan marka harus bersifat tetap dan kokoh serta tidak


menimbulkan licin pada permukaan jalan dan terlihat jelas pada malam
hari.5

Ketentuan teknis yang mengatur tentang marka penyeberangan pejalan kaki


dalam buku Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana
Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, adalah sebagai berikut: 6
-

garis membujur tempat penyeberangan orang harus memiliki lebar 0,30


meter dan panjang sekurang-kurangnya 2,50 meter;

celah di antara garis-garis membujur mempunyai lebar sama atau


maksimal 2 (dua) kali lebar garis membujur tersebut;

dua garis utuh melintang tempat penyeberangan pejalan kaki memiliki


jarak antar garis melintang sekurang-kurangnya 2,5 meter dengan lebar
garis melintang 0,30 meter;

tempat penyeberangan orang ditandai dengan Zebra Cross;

apabila arus lalu lintas kendaraan dan arus pejalan kaki cukup tinggi,
tempat penyeberangan orang dilengkapi dengan alat pemberi isyarat lalu
lintas.

Derpartemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga Tata Cara Perencanaan Fasilitas
Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, Juni 1995
6
Direktorat Penataan Ruang Nasional. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan. Hal. 18

Gambar 2.1 Detail zebra cross


(sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan Kota Standar
Produk untuk Jalan Perkotaan Volume II, Januari 1993, hal. 4)

Keterangan:
-

minimum lebar zebra cross adalah minimum 2,5 meter dan maksimum
5 meter;

apabila diperlukan penyeberangan lebih besar dari 5 meter, maka zebra


cross dapat diganti dengan dua buah garis melintang jalur sejajar
dengan garis stop.7

2.3 Penyeberangan di Tengah Ruas


Untuk kawasan perkotaan, yang terdapat jarak antar persimpangan cukup
panjang, maka dibutuhkan penyeberangan di tengah ruas agar pejalan kaki
dapat menyeberang dengan aman.

Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan Kota Standar Produk untuk Jalan
Perkotaan Volume II, Januari 1993, hal. 4

Pertimbangan dalam penentuan lokasi penyeberangan di tengah ruas, antara


lain:8
a) lokasi penyeberangan memungkinkan untuk mengumpulkan atau
mengarahkan pejalan kaki menyeberang pada satu lokasi;
b) merupakan lokasi untuk rute yang aman untuk berjalan kaki bagi anak
sekolah;
c) kawasan dengan konsentrasi pejalan kaki yang menyeberang cukup
tinggi (seperti permukiman yang memotong kawasan pertokoan atau
rekreasi atau halte yang berseberangan dengan permukiman atau
perkantoran);
d) rambu-rambu peringatan harus dipasang sebelum lokasi untuk
memperingatkan pada pengendara bermotor akan adanya aktifitas
penyeberangan;
e) penyeberangan dan rambu-rambu harus memiliki penerangan jalan
yang cukup;
f) penyeberangan harus memiliki jarak pandang yang cukup baik bagi
pengendara bermotor maupun pejalan kaki;
g) pada lokasi dengan arus lalu lintas 2 (dua) jalur, perlu disediakan
median pada lokasi penyeberangan, sehingga penyeberang jalan cukup
berkonsentrasi pada satu arah saja.
Hal-hal yang harus dihindari pada jalur penyeberangan di tengah ruas
jalan, khususnya yang tidak bersinyal adalah:
a) harus terletak <90 meter dari sinyal lalu lintas, dimana pengendara
bermotor tidak mengharapkan adanya penyeberang;
b) berada pada jarak 180 meter dari titik penyeberangan yang lain,
kecuali pada pusat kota/Central Bussiness District (CBD) atau lokasi
yang sangat memerlukan penyeberangan;
c) pada jalan dengan batasan kecepatan di atas 72 km/jam.
8

Direktorat Penataan Ruang Nasional. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan. Hal. 18-19

2.4 Ramp (Ram)


Ramp dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai jalur yang melandai atau jalan
yang melandai. 9Dalam arti lain ramp (ram)

adalah jalur sirkulasi yang

memiliki bidang kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak
dapat menggunakan tangga. Ram di jalur pedestrian dapat berfungsi sebagai
media untuk berpindah ke tempat lain atau juga sebagai media untuk
menyeberang.

Gambar 2.2 Contoh Ramp (ram)


(Sumber: Pedestrian Access & Mobility-A Code of Practice. Cheshire county
council.Januari 2005.)

Direktorat Penataan Ruang Nasional. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan. Hal. 3

2.5 Kereb
Dalam buku Standar Spesifikasi Kereb, Kereb adalah bangunan pelengkap
jalan yang dipasang sebagai pembatas jalur lalu lintas dengan bagian jalan
lainya dan berfungsi juga sebagai:
o penghalang/mencegah kendaraan keluar dari jalur lalu lintas;
o pengaman terhadap pejalan kaki;
o mempertegas tepi perkerasan jalan;
o estetika;
o dan sebagainya10
kereb itu sendiri memiliki beberapa jenis/bentuk, yaitu:
1. normal/barier curb
2. mountable curb

Gambar 2.3 Jenis/bentuk Kereb


Sumber: DIREKTORAT JENDERAL BINAMARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA
STANDAR SPESIFIKASI KEREB, Januari 1990. Hal.2

dengan mengacu pada fungsi dari kereb itu sendiri, dimensi ketinggian dari
kereb dapat mempengaruhi ketinggian dari trotoar. Dimensi dan cara
pemasangan kereb, sebagai berikut:
10

DIREKTORAT JENDERAL BINAMARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA STANDAR


SPESIFIKASI KEREB, Januari 1990. Hal. 1

Gambar 2.4 Standar Ukuran Kereb


Sumber: DIREKTORAT JENDERAL BINAMARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN
KOTA STANDAR SPESIFIKASI KEREB, Januari 1990. Hal.3

Gambar 2.5 Detail Pemasangan Kereb


Sumber: DIREKTORAT JENDERAL BINAMARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN
KOTA STANDAR SPESIFIKASI KEREB, Januari 1990. Hal.6

Dalam buku data arsitek jenis/bentuk kereb atau batu pinggiran trotoar,
sebagai berikut:

Gambar 2.6 Jenis/bentuk Batu Pinggiran Trotoar


Sumber: Neufert, Ernst. dan Sunarto, Tjahjadi., (Eds).1996. Data Arsitek - jilid 1
(Edisi 33). Jakarta: Erlangga. Hal. 231.
Dari keterangan di atas, maka untuk ketinggian dari trotoar antara 8-10 cm setelah
dikurangi 5 cm untuk pemasangan. Bila dibandingkan dengan standar ketinggian
trotoar menurut Direktorat Bina Marga, terdapat perbedaan sekitar 5 cm. Maka, bila
ditarik kesimpulan untuk standar ketinggian trotoar adalah antara 10-15 cm.

2.6. Desain Tempat Penyeberangan Unik di Dunia


Tempat penyeberangan yang merupakan fasilitas bagi pejalan kaki

BAB III
METODE PENULISAN

Penulisan dilakukan mengikuti metode yang benar dengan menguraikan secara


cermat cara/prosedur pengumpulan data dan/atau informasi, pengolahan data
dan/atau informasi, analisis-sintesis, mengambil kesimpulan, serta merumuskan
saran atau rekomendasi.
3.1 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui survey lapangan
secara langsung. Survey lapangan dilakukan dengan mengamati kondisi atau
keadaan di sekitar tempat pengamatan. Kajian yang diamati adalah:

keadaan di sekitar zebra cross;

ketinggian trotoar;

ukuran dan kondisi zebra cross;

rambu penyeberangan;

perletakan zebra cross;

perilaku penyeberang jalan.

3.2 Prosedur Pengolahan Data


3.2.1

Realita/existing condition (mengumpulkan data-data di lapangan)


Realita/existing condition di kawasan jalan Merdeka, Bandung
(khususnya di depan area gedung BIP-Gramedia), sebagai berikut:
o di kawasan Jalan Merdeka, Bandung (khususnya di depan area
gedung BIP-Gramedia) sudah tersedia fasilitas penyeberangan
berupa zebra cross yang sudah sesuai dengan standar;
o adanya ketidak sesuaian dalam perletakan marka jalan zebra cross
di kawasan Jalan Merdeka, Bandung (khususnya di depan area
gedung BIP-Gramedia);
o ada beberapa pejalan kaki yang menyeberang jalan tidak pada
tempat penyeberangan;
o adanya ketidaknyamanan pada tempat penyeberangan jalan.

3.2.2

Data analisis (Melakukan kajian dan pembahasan secara mendalam


berdasarkan data-data di lapangan)
o di Jalan Merdeka sudah tersedia tempat penyeberangan yang
sesuai dengan standar, namun ada ketidak-efektifan dari tempat
penyeberangan tersebut;
o ketidak sesuaian dalam perletakan marka jalan, terlihat dari
perilaku pejalan kaki yang menggunakan fasilitas tersebut;
o ada beberapa pejalan kaki yang belum menggunakan fasilitas
penyeberangan,

dengan

perilaku

tersebut

menimbulkan

kesemerawutan lalu lintas.


o Ketidaknyaman pejalan kaki dalam menggunakan fasilitas zebra
cross tercipta dari keadaan zebra cross itu sendiri. Zebra cross
tersebut

3.2.3

Sintesa (Penarikan kesimpulan berdasarkan

hasil analisis dan

pembahasan serta menghasilkan konsep desain yang baru sesuai


dengan hasil penelitian)
Menghasilkan konsep desain fasilitas tempat penyeberangan yang
strategis, nyaman, aman, dan menarik.

BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS

Bagian ini berisi analisis-sintesis permasalahan didasarkan pada data dan/atau


informasi serta telaah pustaka untuk menghasilkan alternatif model pemecahan
masalah atau gagasan yang kreatif.
4.1 Kondisi fasilitas penyebrangan di kawasan jalan Merdeka, Bandung
(khususnya di depan area gedung BIP-Gramedia)
4.1.1

Keadaan di sekitar zebra cross;


Walaupun jalur penyeberangan sudah tersedia di kawasan jalan Merdeka,
tetapi fasilitasnya masih belum nyaman, aman, dan efektif. Seperti
terlihat pada gambar di bawah:

Pot tanaman yang


menghalangi akses
dari trotoar ke zebra
cross

Gambar 4.1 Tampak Jalur Penyeberangan yang Terhalang oleh Pot


Tanaman (lokasi di depan area Bandung Indah Plaza)
sumber: dokumentasi pribadi
Pada gambar di atas memperlihatkan kondisi tempat penyeberangan yang
tidak nyaman dan aman. Terdapat pot tanaman yang menghalangi akses
langsung ke zebra cross, menjadi penyebab timbulnya rasa tidak nyaman.
Dengan kondisi seperti itu, memaksa penjalan kaki harus melalui jalan
raya terlebih dahulu untuk mengakses fasilitas tersebut. Hal tersebut yang
menyebabkan rasa tidak aman bagi pejalan kaki, karena dapat
bersinggungan

langsung

dengan

kendaraan.

Dengan

demikian,

seharusnya fasilitas penyeberangan terbebas dari hal-hal yang dapat


mengganggu kenyamanan penggunanya. Pot tanaman yang menjadi
penyebab ketidaknyamanan tersebut, seharusnya tidak berada pada akses
penyeberangan pejalan kaki.
4.1.2

Ketinggian trotoar;

Gambar 4.5 Tinggi Trotoar di kawasan jalan Merdeka


(sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pada saat pengamatan, ketinggian trotoar di sekitar jalan Merdeka
memiliki ketinggian sekitar 25cm. Dengan ketinggian tersebut sedikit
menyulitkan bagi pejalan kaki, khususnya bagi anak-anak dan orang
berkebutuhan khusus untuk mengaksesnya. Mengacu pada standar,
ketinggian dari trotoar di atas sudah di luar standar yang seharusnya
antara 10cm-15cm. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pada area
penyeberangan dapat disediakan ram/landaian guna mempermudah
pejalan kaki untuk mengakses zebra cross maupun trotoar.

4.1.3

Ukuran dan kondisi zebra cross;

Ukuran
zebra cross

Gambar 4.2 Tampak Ukuran Zebra Cross (lokasi di depan area Bandung
Indah Plaza-Gramedia)
(sumber: dokumentasi pribadi)

Pada gambar di atas menunjukan gambaran kondisi zebra cross yang


sudah ada di kawasan jalan Merdeka. Ukuran dari zebra cross tersebut
sudah memenuhi standar minimal marka jalan (2,5 m 5.0 m)11. Dengan
demikian tidak ada permasalahan untuk kondisi zebra cross yang sudah
ada.

4.1.4

Rambu penyeberangan;
Penanda Jalur
Penyeberangan

Gambar 4.6 Penanda adanya jalur penyeberangan di kawasan BIPGramedia


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

11

Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan Kota Standar Produk untuk Jalan
Perkotaan Volume II, Januari 1993

Gambar 4.7 Pengendara yang Tidak Menghargai Penyeberang Jalan


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tempat penyeberangan di kawasan jalan Merdeka sudah tersedia rambu


penanda tempat penyeberangan. Bentuk dan ukurannya sudah sesuai
standar rambu-rambu. Namun yang menjadi sorotan di sini adalah
perilaku pengguna kendaraan bermotor yang masih kurang peduli dengan
tanda tersebut. Ketika ada pejalan kaki yang mau menyeberang jalan,
masih ada pengguna kendaraan bermotor tidak berhenti di belakang garis
berhenti (garis stop).
4.1.5

perletakan zebra cross;

Kondisi tempat
penyeberangan
yang bergabung
dengan pintu
masuk utama
Gramedia

Gambar 4.3 Pejalan Kaki yang sedang Menunggu pengendara Motor


Melintas di depannya (lokasi di area Gramedia)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kondisi tempat
penyeberangan
yang bergabung
dengan pintu
masuk utama
Gramedia

Gambar 4.4 Pejalan Kaki yang hendak Menyeberang setelah mobil lewat
di depannya (lokasi di area Gramedia)
(Sumber:Dokumentasi Pribadi)
Pada gambar di atas menunjukan bahwa ada sedikit ketidaknyamanan
oleh pengguna jalan. Ketidaknyaman ini tergambarkan dari jalur
penyeberangan jalan dengan jalur masuk kendaraan menuju gedung
Gramedia ditempatkan pada area yang sama. Maka terjadi cross sirkulasi,

yang mana sirkulasi yang satu dengan yang lain saling terganggu. Hal ini,
pada saat pengamatan menimbulkan penumpukan kendaraan pada saat
puncak keramaian.

4.1.6

perilaku penyeberang jalan.

Pelanggar
aturan

Gambar 4.7 Pejalan Kaki yang sadar aturan vs Pejalan Kaki Tidak Sadar
Aturan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pejalan kaki yang


melanggar aturan

Gambar 4.8 Pejalan Kaki Yang Menyeberang Jalan Tidak Pada


Tempatnya (lokasi di samping kanan Gramedia atau di samping kanan
tempat penyeberangan)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Di kawasan jalan Merdeka, kesadaran masyarakat untuk menggunakan
tempat penyeberangan belum semuanya sadar. Seperti tercermin dari
gambar di atas, masih ada beberapa orang yang tidak menggunakan
tempat penyeberangan. Pada gambar di atas terlihat pelanggar tersebut
tidak menggunakan tempat penyeberangan, padahal di dekatnya tersedia
tempat penyeberangan.

Pejalan kaki
disamping
sedikit
terburu-buru
untuk
menghindari
kendaraan
lewat

Gambar 4.9 Pejalan Kaki Yang Menyeberang Jalan Tidak Pada


Tempatnya (lokasi di depan drop off Bandung Indah Plaza)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Di area drop off Bandung Indah Plaza, menjadi area yang sering
digunakan oleh pejalan kaki untuk menyeberang. Hal ini dikarenakan
pada area tersebut banyak orang yang berlalu lalang dan banyak orang
yang keluar masuk.

Tetap
berlagak
santai,
meski
melanggar
aturan

Gambar 4.10 Pejalan Kaki Yang Menyeberang Jalan Tidak Pada


Tempatnya (lokasi di depan drop off Bandung Indah Plasa)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pada gambar di atas memperlihatkan perilaku pejalan kaki yang
melanggar aturan. Pejalan kaki tersebut seperti merasa tidak bersalah
dengan perilakunya. Berjalan dengan santainya, tanpa menghiraukan
peraturan yang ada. Yang menjadi menarik pada gambar di atas adalah
pada area drop off tersebut ada aparat yang seharusnya mengingatkan
pejalan kaki yang melanggar aturan. Namun, disini ada pembiaran yang
seterusnya akan menjadi hal yang biasa bagi setiap pejalan kaki yang
melanggar.
4.2 Mapping Study (studi perletakkan) yang tepat untuk fasilitas penyebrangan di
jalan kawasan Merdeka, Bandung (khususnya di depan area gedung BIPGramedia)

4.3 Solusi desain yang tepat dan menarik bagi fasilitas penyebrangan di jalan
kawasan Merdeka, Bandung (khususnya di depan area gedung BIP-Gramedia)

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan harus konsisten dengan analisis dan sintesis pada pembahasan dan
menjawab tujuan. Rekomendasi disampaikan berupa kemungkinan atau prediksi
transfer gagasan dan diseminasi gagasan atau adopsi gagasan oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai