Bagian Pendahuluan berisi: latar belakang dan perumusan masalah, uraian singkat
mengenai gagasan kreatif yang ingin disampaikan, serta tujuan dan manfaat yang
ingin dicapai melalui penulisan.
1.1 Latar Belakang
Kawasan perbelanjaan atau Central Business District (CBD) adalah
kawasan yang memeiliki tingkat aktivitas yang tinggi. Dalam lingkungan kota
Central Business District merupakan kawasan yang penting terutama dalam
penentuan perkembangan perekonomian kota. Central Business District yang
terdapat dalam suatau kota juga dapat menimbulkan masalah karena kondisinya
yang terlalu ramai. Kondisi Central Business District yang crowded terutama
ketika berada di kawasan jalan utama kota, akan sangat menggangu lalu lintas
kota.
Bagi Kota Bandung yang dikenal sebagai surga belanja terutama dalam
hal fashion, Central Business District yang crowded adalah hal yang sangat
mudah dijumpai. Dengan julukan tersebut, Kota Bandung memiliki banyak
Central Business District yang menjadi pusat kemacetan, salah satu Central
Business District yang crowded terletak di Jalan Merdeka.
Aktivitas yang terjadi di Jalan Merdeka menjadi sorotan utama dalam
terjadinya kesemerawutan lalu lintas. Perilaku dari pejalan kaki yang
menyeberang jalan tidak pada tempatnya, mengakibatkan pengguna kendaraan
harus menghentikan kendaraannya ketika ada pejalan kaki yang akan
menyebrang. Karena banyaknya pejalan kaki yang berlalau lalang mengakibatkan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Telaah Pustaka berisi uraian yang menunjukkan landasan teori dan konsep-konsep
yang relevan dengan masalah yang dikaji, uraian mengenai pendapat yang
berkaitan dengan masalah yang dikaji, uraian mengenai pemecahan masalah yang
pernah dilakukan.
2.1 Pengertian Zebra Cross
Penyeberangan adalah fasilitas yang menghubungkan antara ruang pejalan
kaki yang berseberangan. Penyeberangan yang benar harus dibuat dengan
memperhatikan jarak pandang/aksesibilitas yang tepat, pola-pola lalu lintas,
tahapan lalu lintas, larangan untuk belok ke kanan, durasi/waktu yang dapat
dipergunakan oleh pejalan kaki, dan ukuran aman lalu lintas yang akan
memperbolehkan pejalan kaki untuk melintasi1.
Direktorat Penataan Ruang Nasional. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan. Hal. 3 & 14
Salah satu fasilitas penyebrangan yang sering digunakan zebra cross. Zebra
cross adalah marka berupa garis-garis utuh yang membujur tersusun melintang
jalur lintas2. Dalam arti lain, zebra cross adalah fasilitas negara yang terdapat di
Jalan Raya. Semua elemen masyarakat di Indonesia wajib membuat, merawat,
menjaga, dan mengawasi fasilitas tersebut. Zebra cross diperuntukkan bagi
pejalan kaki di Jalan Raya, kendaraan bermotor sepatutnya menghargai hak
pejalan kaki yang menggunakan fasilitas tersebut 3.
2.2 Persyaratan Marka Zebra Cross
Persyaratan penyeberangan zebra cross dalam buku Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, sebagai
berikut:
-
dipasang di kaki persimpangan tanpa alat pemberi isyarat lalu lintas atau di
ruas jalan;
apabila persimpangan tidak diatur dengan lampu pengatur lalu lintas, maka
kriteria batas kecepatan kendaraan bermotor adalah kurang dari 40
km/jam.4
marka jalan hanya ditempatkan pada jalur pejalan kaki yang memotong
jalan berupa zebra cross dan Pelikan cross;
marka jalan dibuat sedemikian rupa sehingga mudah terlihat dengan jelas
bagi pemakai jalan yang bersangkutan;
Direktorat Penataan Ruang Nasional. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan. Hal. 18
3
UU Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009
4
Direktorat Penataan Ruang Nasional. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan. Hal. 17
apabila arus lalu lintas kendaraan dan arus pejalan kaki cukup tinggi,
tempat penyeberangan orang dilengkapi dengan alat pemberi isyarat lalu
lintas.
Derpartemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga Tata Cara Perencanaan Fasilitas
Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, Juni 1995
6
Direktorat Penataan Ruang Nasional. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan. Hal. 18
Keterangan:
-
minimum lebar zebra cross adalah minimum 2,5 meter dan maksimum
5 meter;
Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan Kota Standar Produk untuk Jalan
Perkotaan Volume II, Januari 1993, hal. 4
Direktorat Penataan Ruang Nasional. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan. Hal. 18-19
memiliki bidang kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak
dapat menggunakan tangga. Ram di jalur pedestrian dapat berfungsi sebagai
media untuk berpindah ke tempat lain atau juga sebagai media untuk
menyeberang.
Direktorat Penataan Ruang Nasional. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan. Hal. 3
2.5 Kereb
Dalam buku Standar Spesifikasi Kereb, Kereb adalah bangunan pelengkap
jalan yang dipasang sebagai pembatas jalur lalu lintas dengan bagian jalan
lainya dan berfungsi juga sebagai:
o penghalang/mencegah kendaraan keluar dari jalur lalu lintas;
o pengaman terhadap pejalan kaki;
o mempertegas tepi perkerasan jalan;
o estetika;
o dan sebagainya10
kereb itu sendiri memiliki beberapa jenis/bentuk, yaitu:
1. normal/barier curb
2. mountable curb
dengan mengacu pada fungsi dari kereb itu sendiri, dimensi ketinggian dari
kereb dapat mempengaruhi ketinggian dari trotoar. Dimensi dan cara
pemasangan kereb, sebagai berikut:
10
Dalam buku data arsitek jenis/bentuk kereb atau batu pinggiran trotoar,
sebagai berikut:
BAB III
METODE PENULISAN
ketinggian trotoar;
rambu penyeberangan;
3.2.2
dengan
perilaku
tersebut
menimbulkan
3.2.3
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
langsung
dengan
kendaraan.
Dengan
demikian,
Ketinggian trotoar;
4.1.3
Ukuran
zebra cross
Gambar 4.2 Tampak Ukuran Zebra Cross (lokasi di depan area Bandung
Indah Plaza-Gramedia)
(sumber: dokumentasi pribadi)
4.1.4
Rambu penyeberangan;
Penanda Jalur
Penyeberangan
11
Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Pembinaan Jalan Kota Standar Produk untuk Jalan
Perkotaan Volume II, Januari 1993
Kondisi tempat
penyeberangan
yang bergabung
dengan pintu
masuk utama
Gramedia
Kondisi tempat
penyeberangan
yang bergabung
dengan pintu
masuk utama
Gramedia
Gambar 4.4 Pejalan Kaki yang hendak Menyeberang setelah mobil lewat
di depannya (lokasi di area Gramedia)
(Sumber:Dokumentasi Pribadi)
Pada gambar di atas menunjukan bahwa ada sedikit ketidaknyamanan
oleh pengguna jalan. Ketidaknyaman ini tergambarkan dari jalur
penyeberangan jalan dengan jalur masuk kendaraan menuju gedung
Gramedia ditempatkan pada area yang sama. Maka terjadi cross sirkulasi,
yang mana sirkulasi yang satu dengan yang lain saling terganggu. Hal ini,
pada saat pengamatan menimbulkan penumpukan kendaraan pada saat
puncak keramaian.
4.1.6
Pelanggar
aturan
Gambar 4.7 Pejalan Kaki yang sadar aturan vs Pejalan Kaki Tidak Sadar
Aturan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pejalan kaki
disamping
sedikit
terburu-buru
untuk
menghindari
kendaraan
lewat
Tetap
berlagak
santai,
meski
melanggar
aturan
4.3 Solusi desain yang tepat dan menarik bagi fasilitas penyebrangan di jalan
kawasan Merdeka, Bandung (khususnya di depan area gedung BIP-Gramedia)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan harus konsisten dengan analisis dan sintesis pada pembahasan dan
menjawab tujuan. Rekomendasi disampaikan berupa kemungkinan atau prediksi
transfer gagasan dan diseminasi gagasan atau adopsi gagasan oleh masyarakat.