Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAERAH

Oleh :
ESTI HAJARWATI (1106001675)
RR MAYANG AYU PS (1106060135)
SANDHI INDRASWARA (1106021885)
TSANI KURNIAWAN (1006775470)
SARAS ASIH (1106060116)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM SARJANA REGULER DAN PARALEL
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI FISKAL
DEPOK

Menurut Sjafrizal (2012) salah satu model yang cukup representatif untuk
mengukur tingkat ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah indeks
williamson

yang

dikemukakan

oleh

Williamson

(1965).

Williamson

mengemukakan model Vw (indeks tertimbang atau weighted index terhadap


jumlah penduduk) dan Vuw (tidak tertimbang atau un-weighted index) untuk
mengukur tingkat ketimpangan pendapatan per kapita suatu negara pada waktu
tertentu. Formulasi Indeks Williamson yang digunakan menurut Sjafrizal (2012)
yaitu:

Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai equalization grant

selalu

diupayakan dari tahun ke tahun agar dapat menunjukkan indikasi pemerataan


fiskal yang paling baik. Dengan menggunakan instrumen Indeks Williamson,
dapat dilihat jika angka yang ditunjukkan mendekati nol maka dianggap semakin
baik atau semakin merata.
Adanya perbedaan karakteristik dan hetergenitas merupakan salah satu
faktor terjadinya kesenjangan antar wilayah. Oleh karena itu pemerintah pusat
harus melakukan berbagai cara untuk menutup celah ketimpangan antar wilayah
maupun antar kawasan. Cara-cara yang bisa dipakai adalah mentransfer sumber
daya manusia yang potensial dan memberikan teknologi baru untuk meningkatkan
kinerja daerah sehingga pertumbuhan ekonomi akan berjalan dengan cepat.
Apakah yang akan diukur adalah indikator kapasitas fiskal, ataukah indikator

kesenjangan fiskal tergantung dari indikator mana yang akan dijadikan


ukuran tergantung dari desain transfer yang diputuskan.
Untuk mengukur ketergantungan daerah dari desain transfer, idealnya,
yang digunakan adalah indikator kesenjangan fiskal. Kesenjangan fiskal (fiscal
gap) merupakan selisih negatif antara kebutuhan fiskal dengan kapasitas fiskal
dianggap sebagai kebutuhan yang harus ditutup melalui transfer Pemerintah Pusat.
Kesenjangan fiskal, sebagaimana yang dipakai dalam formula penghitungan
DAU, mempertimbangkan dua aspek yang di dalamnya juga mencakup kapasitas
fiskal. Artinya, jika yang dipakai adalah indikator kesenjangan fiskal, pengukuran
ketergantungan daerah pada desain transfer akan mempertimbangkan kebutuhan
fiskal dan juga kapasitas fiskal dari daerah tersebut. Penggunaan kedua indikator
ini perlu dilakukan karena tingkat ketergantungan Daerah pada desain transfer
tidak dapat tercermin hanya dari kapasitas fiskalnya saja, namun harus pula
mempertimbangkan faktor kebutuhan fiskal daerah tersebut. Daerah yang
memiliki kapasitas fiskal yang besar dengan kebutuhan fiskal yang kecil, bisa
dikatakan daerah tersebut memiliki ketergantungan pada desain transfer yang
lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang memiliki kapasitas fiskal yang
rendah dengan kebutuhan fiskal yang tinggi. Jadi kapasitas fiskal ini dapat
dianggap sebagai wakil kemampuan suatu daerah di dalam melaksanakan semua
kewenangan wajibnya dalam pelaksanaan pemerintahan maupun pembangunan
daerahnya.
Dalam implementasi desentralisasi, akan terjadi pembagian tugas
antara Pusat dan Daerah. Implikasinya adalah diperlukan sumber pembiayaan
yang dapat memenuhi keperluan penyelenggaraan tugas pada masing-masing
tingkat pemerintahan tersebut. Penyerahan sumber-sumber pembiayaan ini
pada dasarnya direalisasikan dalam bentuk pemberian beberapa jenis pajak
ke

Daerah

dan

kebolehan dalam

melakukan

pinjaman.

Saat

sumber

pembiayaan tersebut tidak mencukupi untuk pelaksanaan tugas Daerah, maka


akan ada dana transfer, dimana Daerah menerima dana dari Pusat untuk menutup
kebutuhan fiskalnya atau untuk melaksanakan suatu urusan yang diamanatkan.
Berdasarkan sumbernya, dana transfer ini dapat berasal dari suatu sumber
penerimaan tertentu ataupun dari sumber penerimaan umum Negara. Sedangkan

dari penggunaannya, dana ini dapat digunakan secara spesifik sesuai


tujuannya ataupun digunakan sesuai dengan otoritas Pemerintah Daerah (Pemda)
yang bersangkutan. Dengan adanya transfer yang diterima Daerah, sedikit
banyak akan mempengaruhi Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan
daerahnya. Jika dana tersebut bersifat umum (block grant) dan tidak ada
kaitannya dengan akuntabilitas terhadap pemilihnya, maka kemungkinan
Pemerintah

Daerah

akan kurang berhati-hati dan bijaksana dalam

menggunakannya.
Terdapat dua tujuan normatif yang ingin dicapai dengan sistem transfer ke
daerah, yaitu tujuan efisiensi dan tujuan keadilan. Tujuan efisiensi pada transfer
umum berkaitan dengan menutup kesenjangan fiskal vertikal (antara Pemerintah
Pusat dengan Pemerintah Daerah) dan pada transfer khusus berkaitan dengan
internalisasi eksternalitas, dalam hal ini internalitas positif, misalnya dalam hal
memajukan bidang pendidikan atau bidang-bidang tertentu lainnya di tingkat
Pemerintah Daerah. Sementara itu, tujuan keadilan pada transfer umum berkaitan
dengan pengurangan kesenjangan fiskal horizontal (antar-Daerah) dan pada
transfer khusus berkaitan dengan pemenuhan standar pelayanan minimum
nasional. Di Indonesia, tujuan pemberian dana perimbangan dari Pemerintah
Pusat ke Pemerintah Daerah secara tersurat terdapat pada penjelasan UU No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah

Daerah,

yaitu

mengurangi

ketimpangan

sumber

pendanaan

pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan


pendanaan pemerintahan antar-Daerah. Disini terlihat adanya tujuan efisiensi dan
keadilan dalam transfer dana antar-pemerintah di Indonesia. Namun, jika dilihat
dari fakta bahwa transfer DAU ke daerah semakin meningkat dari tahun ke tahun,
ini menunjukkan tujuan pemberian dana perimbangan lebih diarahkan pada tujuan
keadilan, mengingat tujuan pemberian DAU sendiri adalah mengurangi
ketimpangan kemampuan keuangan antar-Daerah.

Daftar Pustaka:
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Sjafrizal.Ekonomi Wilayah dan Perkotaan.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2012
Publikasi Digital:
World

Bank,

Laporan

Penelitian

Dana

Transfer

Pusat

ke

Daerah

Penyempurnaan Grand Design Desentralisasi Fiskal 2010, diakses dari


www-wds.worldbank.org pada 8 November 2014

Anda mungkin juga menyukai