Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MATA KULIAH ANATOMI HEWAN

SISTEM PENCERNAAN

OLEH:
ANITA INDRIYANI

K4312005

BARTOLOMEUS K.B.P.

K4312008

ISNAEMI ROOSDIANA

K4312032

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
OKTOBER 2013

SISTEM PENCERNAAN
Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan,
tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis
makanannya. pada hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih
sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada
hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang
dilakukan secara ekstrasel.
Sistem pencernaan adalah penghancuran bahan makanan (mekanis /
enzimatis, kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar) menjadi
sederhana (bahan penyusun) dalam saluran cerna. Tujuan dari pencernaan itu
sendiri adalah untuk mengubah bahan komplek menjadi sederhana. Dan
kegunaanya adalah unuk mempermudah penyerapan oleh vili usus.
Pada hewan bahan makanan yang diubah menjadi energi melalui
pencernaan adalah karbohidrat, lemak, protein. Sedangkan yang langsung diserap
berupa vitamin, mineral, hormon, air.
Hewan mempunyai 4 aktivitas makanan, yaitu : prehensi (mengambil
makanan), mastikasi (mengunyah), salivasi (mensekresikan air ludah), dan
deglutisi (menelan). Dalam hal ini deglutisi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain : peristaltik (peristaltik esophagus mendorong bolus ke arah lambung),
tekanan buccopharyngeal (mendorong bolus ke sofagus), dan gravitasi (membantu
memudahkan jalannya bolus).
Sebelum makanan diserap oleh tubuh, makanan telebih dahulu mengalami
2 macam perubahan:
a. Perubahan mekanik, dimana makanan mengalami pemecahan sehingga
menjadi lebih kecil
b. Perubahan kimiawi, dimana makanan diubah oleh fermen-fermen pencernaan
menjadi zat-zat yang susunannya lebih sederhana.

Pada perubahan mekanik dapat dilakukan oleh gigi. Gigi tersebut


berfungsi sebagai alat penangkap mangsa dan sebagai alat pengunyah.
Berdasarkan melekatnya gigi, dapat dibedakan menjadi:
a. Akrodont : Jika gigi tumbuh di atas tulang rahang
b. Plerodont : Jika gigi tumbuh di tepi tulang rahang
c. Thekodont : yang dapat dibagi menjadi:
-

Protothekodont: gigi melekat pada suatu parit yang memanjang dari


rahang.

Thekodont

: gigi tertanam dalam alveolus dari rahang.

Berdasarkan pergantiannya, gigi dapat dibedakan menjadi:


a. Monodont

: tumbuh hanya sekali saja selama hidupnya.

b. Diphyodont

: bila gigi hanya mengalami pergantian gigi sekali saja.

c. Polyphyodont

: pergantian gigi terus berlangsung selama hidup.

Berdasarkan bentuk dan macamnya gigi dapat dibedakan menjadi:


a. Homodont : semua gigi mempunyai bentuk semacam.
b. Heterodont

: Bentuk gigi bermacam-macam.

A. REPTIL

Sistem pencernaan makanan pada reptil meliputi saluran pencernaan dan


kelenjar pencernaan. Reptil umumnya karnivora (pemakan daging). Saluran
pencernaan makanan pada reptilia terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung,
usus, dan kloaka. Kelenjar pencernaan terdiri dari kelenjar ludah, pankreas, dan
hati. Reptilia mempunyai gigi, lidah, dan ludah. Ular, bengkarung dan cicak tidak
mengunyah mangsa. Kelenjar ludah yang terdapat pada rongga mulut
menghasilkan lendir yang berguna untuk membantu memudahkan menelan
mangsa. Makanan yang ditangkap langsung dikunyahnya.Bentuk lambung pada
reptilia sesuai dengan bentuk tubuhnya. Kura-kura memiliki lambung membulat,
ular dan bengkarung memiliki bentuk perut yang memanjang.
Secara berturut-turut saluran pencernaan pada reptil meliputi:
1. Rongga mulut
Bagian rongga mulut disokong oleh rahang atas dan bawah, masing-masing
memiliki deretan gigi menempel pada gusi dan sedikit melengkung kearah
rongga mulut. Gigi tumbuh pada rahang atas dan bawah, kebanyakan akrodont
atau plerodont kecuali buaya yang tekodont. Bentuk giginya adalah konis dan
mempunyai tiga ujung yang meruncing. Pergantian giginya bersifat
polyphyodont. Pada ular disamping gigi tersebut masih mempunyai gigi racun
yang terdapat di langit-langit atas dan racunnya disalurkan lewat saluran yang
terdapat pada gigi racun tersebut. Bisa digunakan untuk melumpuhkan atau
membunuh mangsanya.

Pada rongga mulut juga terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan
ujung bercabang dua.Lidah dapt digerakan dengan leluasa. Pada ular dapat
digunakan sebagai alat peraba. Pada bunglon lidahnya pekat untuk alat
penangkap serangga. Sedangkan lidah pada cicak digunakan untuk menangkap
mangsa.
Saliva pada reptile mengandung lender yang berguna dalam penelanan terlebih
pada ular. Di samping kelenjar lender ular juga mempunyai kelenjar racun.
Berdasarkan tempatnya kelenjar ludah dibedakan menjadi kelenjar lidah,
kelenjar bibir, kelenjar yang terletak di dekat kerongkongan, kelenjar pada
atap rongga racun dan kelenjar gigi.
2. Esofagus (kerongkongan)
Merupakan saluran pendek penghubung rongga mulut dan ventrikulus.
Esophagus tidak berkelenjar. Pada reptile bersifat elastic, berbulu getar dan
bersel lender yang lebih panjang. Pada Chelotria (bangsa bulus) selaput
lendirnya mempunyai papilla yang ujungnya ke arah petul.
3. Ventrikulus (lambung)
Lambung berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Pada
organ ini mempunyai muscular yang tebal dan berbentuk silindris. Bentuk dari
ventrikulus pada reptile disesuaikan dengan bentuk tubuhnya. Terdapat
kelenjar lendir dan ludah perut. Pada buaya ventriculus amat kuat dan
berfungsi sebagai pengunya. Khusus pada ular, proses makanan pertama kali
dicerna pada organ ini.
4. Intestinum (usus)
Di bagi menjadi 2 bagian:
a. Intestinum tenue (usus tengah, usus halus)
Umumnya pendek seperti pada kadal dan buaya, namun panjang pada
penyu. Terdapat selaput lendir yang mempunyai lipatan-lipatan yang
memanjang dan mempunyai caecum yang masih primitif

b. Intestinum crassum (usus akhir, usus besar)


Sebagai batas antara usus tengah dan usus akhir adalah sebuah klep yang
disebut valvula bauhinia usus akhirnya pendek dan mempunyai kloaka.
Di usus bermuara dua saluran kelenjar pencernaan, yaitu hati dan pancreas di
usus terjadi pencernaan kimiawi oleh enzim-enzim pencernaan dan terjadi
proses penyerapan sari-sari makanan. Sisa-sisa makanan yang tidak diserap
akan dikeluarkan melalui kloaka.
5. Kloaka
Kloaka adalah lubang posterior yang berfungsi sebagai satu-satunya lubang
untuk saluran pencernaan dan urin.
Kelenjar pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan
pancreas sebagai berikut:
1. Hepar
Hepar pada retil terdapat dua lobus, yaitu lobus dexter dan lobus sinister Pada
hepar ini menghasil empedu. Hati pada ular panjang dan sempit, tidak berlobus
dan mempunyai cystic atau kantong empedu. Pada penyu berlobus dua dan
berbentuk lebar.
2. Vesica fellea
Vesica felea atau kandung empedu terletak pada sebelah kanan hati.
3. Pancreas
Pancreas pada reptile terletak diantara ventrikulus dan duodenum. warnanya
kekuningan. Pada reptile dapat memiliki lebih dari satu ductus.

B. AVES

Makanan burung bermacam-macam diantaranya biji-bijian, hewan kecil


dan buah-buahan. Organ pencernaan pada burung terbagi menjadi saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaannya terdiri atas paruh,
rongga mulut, faring atau tembolok, lambung dan usus. Kelenjar pencernaan
burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung merpati tidak
terdapat kantung empedu. Enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu yang
dihasilkan oleh hati dialirkan ke dalam usus halus.
Saluran pencernaan pada burung terdiri atas berikut ini:
1. Paruh
Paruh merupakan modifikasi dari gigi. Paruh ini tidak berfungsi untuk
mengunyah makanan karena burung tidak mempunyai gigi. Bentuk paruh
bermacam-macam tergantung dari makanannya. Paruh pendek dan tebal pada
pemakan biji-bijian seperti gelatik, halus dan tipis pada hewan pemakan
serangga, lebar dan gepeng dengan alat penyaringan dari zat tanduk pada itik
dan paruh bagian atas kuat, pendek, dan bengkok yang dimiliki oleh burung
burung buas, kecuali betet yang pemakan buah-buahan.

2. Rongga mulut

Rongga mulut terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara
rongga mulut dan tanduk. Pada rongga mulut terdapat lidah dimana pada
bagian atas lidahnya menanduk, sedang bentuknya disesuaikan dengan bentuk
paruhnya. Di dalam rongga mulut, pakan dicampur dengan air ludah dan
enzim air ludah (Saliva). Air ludah ini berfungsi sebagai bahan lubrikasi, air
ludah juga berfungsi sebagai enzim dalam proses pencernaan secara enzimatis.
Amilase Saliva mencerna pati (amilum) dan polisakarida sejenis serta dapat
aktif hingga ujung oesophagus.
3. Faring
Faring berupa saluran pendek
4. Tembolok (crop)
Tembolok (crop) terdapat di dalam kerongkongan bagian akhir, kerongkongan
merupakan saluran penghubung antara rongga mulut dengan lambung. Di
bagian ini pakan tidak mengalami proses pencernaan apapun. Pakan hanya
melewati saluran ini saja. Pakan dapat lewat dan melalui bagian ini dengan
lancar karena 2 hal yaitu : peristiwa peristaltis dinding saluran oesophagus
serta gaya gravitasi bumi yang membantu menarik pakan masuk menuju organ
pencernaan berikutnya. Ketika pakan memasuki rongga mulut, pakan dapat
masuk ke tenggorokan dengan bantuan lidah kaku yang terdapat pada pangkal
(bagian belakang) rongga mulut tersebut.
Tembolok adalah pelebaran oesophagus (tenggorokan). Organ ini merupakan
tempat penampungan, penimbunan, pelunakan dan penyimpanan pakan yang
masuk untuk sementara waktu. Ada dua macam tembolok:
a. Ingluvies palsu

: merupakan penonjolan memanjang salah satu sisi,

misalnya terdapat pada burung buas.


b. Ingluvies sejati

: merupakan tonjolan satu tempat. Contoh pada

burung pemakan biji-bijian.


Di bagian ini pakan yang dikumpulkan ditampung dan ditimbun sebanyak
mungkin dan selanjutnya mengalami proses perendaman oleh pengaruh cairan

yang disekresikan atau dikeluarkan oleh dinding tembolok sehingga menjadi


lebih lunak. Dinding tembolok mempunyai kelenjar lendir yang berguna untuk
melumatkan isinya. Pelunakan ini sangat penting untuk memudahkan proses
pembongkaran fisik pakan dan memudahkan enzim pencernaan melakukan
penetrasi kedalam pakan. Bagi burung, tembolok merupakan organ yang
mengatur rasa lapar dan kenyang. Kontrol ini pada burung diatur oleh 2 hal
yaitu kontrol fisik dan kontrol khemis. Secara fisik, burung akan merasa lapar
bila tembolok kosong dan sebaliknya jika penuh akan merasa kenyang. Secara
khemis rasa lapar dipengaruhi oleh kadar gula (glukosa) dalam darah. Apabila
kadar glukosa darah turun hingga dibawah ambang batas lapar, burung akan
mulai merasa lapar, jika burung mulai makan, kadar glukosa naik hingga
mencapai ambang batas kenyang, burung akan merasa nyaman dan
menghentikan aktivitas makannya (karena merasa kenyang).
Pada pagi hari, tembolok burung kosong dan burung merasa lapar. Apabila
burung makan, pakan akan langsung dilewatkan dari oesophagus menuju
proventrikulus tanpa masuk tembolok terlebih dahulu. Apabila burung makan
terus, pakan yang antri dicerna akan tertahan dan transit terlebih dahulu
ditembolok. Apabila tembolok telah penuh, burung piaraan akan merasa
kenyang secara fisik. Burung akan segera berhenti makan meskipun
sebenarnya kebutuhan energinya belum terpenuhi. Apabila pakan yang
dikonsumsi mengandung energi tinggi maka apabila kebutuhan energinya
telah terpenuhi, burung akan merasa kenyang secara khemis. Burung akan
segera berhenti makan meskipun temboloknya belum penuh terisi pakan.
5. Lambung
Lambung terdiri dari dua bagian, yaitu lambung kelenjar di bagian depan dan
empedal di bagian belakang. Disebut lambung kelenjar karena dindingnya
mengandung kelenjar yang menghasilkan getah lambung yang berfungsi
mencerna makanan secara kimiawi. Disebut lambung pengunyah karena
dindingnya mengandung otot-otot kuat yang berguna untuk menghancurkan
makanan.

Lambung aves mengalami diferensiasi dan terbagi menjadi 2 bagian:


a. Proventrikulus (lambung kelenjar)
Lambung kelenjar yang menghasilkan ferment / menghasilkan enzim
pencernaan, dinding ototnya tipis.

Lambung (Proventrikulus) yang

asam karena pengaruh asam lambung (HCI) akan menghentikan aktivitas


enzim amilase saliva. Tingkat keasaman (pH) pada organ ini berkisar pada
2,0 yang masuk dalam kriteria sangat asam.
Enzim yang aktif pada proventrikulus adalah pepsin dan renin. Selain
kedua enzim tersebut, diproventrikulus juga disekresikan cairan yang
mengandung air, garam an organik, pepsinogen dan lipase. Pepsinogen
melakukan pencernaan protein secara tidak langsung. Lipase lambung
melakukan pencernaan lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Di dalam
proventrikulus tidak terjadi pencernaan karbohidrat secara spesifik.
b. Ventrikulus (lambung pengunyah / empedal / gizzard)
Ototnya berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian terdapat kerikil
dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk membantu
pencernaan dan disebut sebagai " hens teeth.
Proses pelumatan pakan didalam gizzard dibantu oleh grit. Grit umumnya
berupa kerikil/batu kecil, pecahan kaca, remukan kerang, dll. Grit ini
membantu gizzard dalam melumatkan pakan menjadi partikel - partikel
lebih kecil agar permukaan pakan lebih luas dalam menerima penetrasi
enzim - enzim pencernaan.
Proses pelumatan pakan ini sangat penting dalam proses pencernaan
pakan. Semakin banyak bagian pakan yang terkena penetrasi enzim
pencernaan maka semakin besar kesempatan nutrien dalam (ingesta) pakan
tercerna menjadi nutrien - nutrien yang siap diserap dan dipergunakan
dalam proses metabolisme.

6. Intestinum

Terdiri atas intestinum tenue dan intestenum crassumm yang bermuara pada
kloaka. Ciri pada usus aves adalah panjang berkilat-kilat, mempunyai
sepasang caeca yang panjang namun pada merpati pendek. Di dalam caeca
terdapat bakteri yang dapat meragikan celulosa dari isi usus dan analog
dengan rumen / reticulum sapi. Burung juga mempunyai dua usus buntu
dimana usus buntu tersebut berguna memperluas daerah penyerapan sari-sari
makanan.
Pemegang peranan dalam pencernaan makanan dalam usus adalah hati dan
pancreas, dimana hati pada aves terdiri atas lobus kiri dan lobus kanan, serta
pada umumnya tidak mempunyai cystion fellea. Sedangkan pada pancreasnya
panjang dan dapat mempunyai 3 ductus.
7. Sekum dan Kolon
Didalam sekum dan kolon terdapat kegiatan jasad renik, seperti bakteri
proteolitik dengan fungsi utama mencerna protein - protein yang belum
tercerna di usus halus seperti skatole, indole, fenol, asam - asam lemak, H 2S,
asam - asam amino dll.
Selain pencernaan protein tahap kedua tersebut di atas, di dalam sekum juga
terjadi proses hidrolisis selulosa dan hemiselulosa secara sangat terbatas.
Selain itu jasad renik yang terdapat pada sekum juga mensintesis vitamin B
(sebagian kecil diabsorbsi). Sintesis vitamin B ini seakan tidak terlalu penting
lagi karena setelah sekum tidak terdapat lagi organ yang secara signifikan
mengabsorbsi nutrien.

C. IKAN
Secara anatomis, struktur alat pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk
tubuh, kebiasan makanan, tingkah laku ikan dan umur ikan. Sistem atau alat
pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan (Tractus
digestivus) dan kelenjar pencernaan (Glandula digestoria).

1.

Saluran pencernaan
Mulai dari muka ke belakang, saluran pencernaan tersebut terdiri dari
mulut, rongga mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan
anus.
a. Mulut
Bagian terdepan dari mulut adalah bibir, pada ikan-ikan tertentu bibir tidak
berkembang dan malahan hilang secara total karena digantikan oleh paruh
atau rahang (ikan famili scaridae, diodotidae, tetraodontidae). Pada ikan
belanak atau tambakan, bibir berkembang dengan baik dan menebal,
bahkan mulutnya dapat disembulkan. Keberadaan bibir berkaitan erat
dengan cara mendapatkan makanan. Di sekitar bibir pada ikan tertentu
terdapat sungut, yang berperan sebagai alat peraba. Mulut terletak di ujung
hidung dan juga terletak di atas hidung. Posisi mulut juga berkaitan
dengan kebiasaan makan ikan, misalnya ikan mas memiliki mulut yang
terletak di ujung hidung, sedangkan ikan julung-julung terletak di atas
hidung. Jadi fungsi dari mulut adalah sebagai alat untuk memasukkan
makanan. Makanan oleh ikan tidak dikunyah atau dicerna seperti

vertebrata kecuali beberapa jenis ikan herbivor. Mulut dan tepi mulut
dilengkapi dengan ujung saraf dan gigi yang berbeda-beda letak, jumlah
dan morfologinya.
b. Rongga mulut
Di bagian belakang mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut.
Rongga mulut ini berhubungan langsung dengan segmen faring. Secara
anatomis organ yang terdapat pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan
organ palatin. Gigi bila ada terdapat pada tulang faring bawah dan atas,
sedangkan gigi rahang dan faring kecil dan jumlahnya banyak.
Pada elasmobranchii gigi berupa beberapa baris gigi dari muka ke
belakang. Jika baris gigi muka tanggal akan diganti dengan baris gigi di
belakangnya. Dengan demikian bersifat polyphyodant. Bentuk giginya
konis atau runcing dan ada kalanya gepeng. Pada teleostei giginya
meruncing sebagai kerucut dan gigi-gigi ini dapat tumbuh pada selaput
rongga mulut dan pada arcus branchiae.
Gigi tersebut berperan dalam mengambil, mencengkeram, merobek,
memotong atau menghancurkan makanan atau merupakan alat pencernaan
makanan secara mekanik. Pada sebagian ikan ada yang memiliki semacam
lidah yaitu suatu penebalan dari bagian depan tulang archoyden yang kaya
akan sel mucus dan organ pengecap. Lidah ikan banyak menghasilkan
lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Lidah belum berarti dan
hanya berupa tonjolan dari dasar rongga mulut. Permukaan rongga mulut
diselaputi oleh lapisan sel permukaan (epitelium) yang berlapis. Pada
lapisan permukaan terdapat sel-sel penghasil lendir (mukosit) untuk
mempermudah masuknya makanan. Disamping mukosit, di bagian mulut
juga terdapat organ pengecap (organ penerima rasa) yang berfungsi
menyeleksi makanan. Pada langit-langit bagian belakang terdapat organ
palatin, yang merupakan penebalan dari lapisan mucosa. Organ ini terdiri
atas lapisan otot dan serat kolagen yang berfungsi dalam proses penelanan
makanan dan membantu membuang kelebihan air pada makanan yang

dimakan, juga sangat penting dalam proses pemompaan air dari organ
mulut ke bagian rongga insang.
c. Farings
Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih
ditemukan organ pengecap. Pada ikan (filter feeding) proses penyaringan
makanan terjadi pada segmen ini karena tapis insang mengarah ke segmen
faring. Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mulut,
kadangkala masih ditemukan organ pengecap. Jika material yang ditelan
bukan makanan maka akan dibuang melalui insang.
d. Esofagus
Yaitu permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa,
mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan. Esofagus
berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak
dilalui makanan lumennya menyempit. Rongga dalamnya dilapisi oleh
ephitelium yang tidak banyak lapisannya dan mempunyai sel-sel pada
penghasil lendir tuba bencilia.
Pada ikan laut, esofagus berperan dalam penyerapan garam melalui difusi
pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum akan
menurun ketika berada di lambung dan usus sehingga memudahkan
penyerapan air oleh usus belakang dan rectum (proses osmoregulasi).
e. Lambung
Merupakan pelebaran dari saluran pencernaan sebagai segmen pencernaan
yang diameternya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan organ
pencernaan yang lain. Pada umunya berbentuk U dan ephiteliumnya
mempunyai kelenjar lendir dan bersilia. Besarnya ukuran lambung
berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Sebagai
penampung makanan dan mencerna makanan secara kimiawi. Seluruh
permukaan lambung ditutupi oleh sel mukus yang mengandung

mukopolisakarida yang agak asam berfungsi sebagai pelindung dinding


lambung dari kerja asam klorida. Pada ikan yang tidak berlambung fungsi
penampung makanan digantikan oleh usus depan yang dimodifikasi
menjadi kantong yeng membesar. Pada ikan tak bergigi (biasanya
herbivora) terdapat gizzard yang berfungsi untuk menggerus makanan. Di
bagian luar sel epitellium terdapat lapisan lendir sebagai hasil sekresi sel
mucus tersebut. Sel-sel penghasil cairan gastric terletak di bagian bawah
dari lapisan epitellium mensekresikan pepsin dan asam klorida. Berbeda
dengan mammalia pada ikan pencernaan secara kimiawi dimulai di bagian
lambung, bukan di bagian rongga mulut, karena ikan tidak memiliki
kelenjar air liur.
f. Pilorus
Merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen
ini sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil / menyempit. Pada
beberapa ikan terdapat usus-usus kecil dan pendek yang disebut pyloric
caeca. Saat menyempitnya saluran pencernaan pada segmen ini berarti
bahwa segmen pylorus berfungsi sebagai pengatur pengeluaran makanan
(chyme) dari lambung ke segmen usus.
g. Usus ( intestinum)
Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Merupakan
tempat terjadinya proses penyerapan zat makanan. Pada bagian depan usus
terdapat dua saluran yang masuk ke dalam yaitu saluran yang berasal dari
kantung empedu dan yang berasal dari pancreas. Lapisan mukosa usus
tersusun oleh selapis sel epitellium dengan bentuk prismatic. Pada lapisan
ini terdapat tonjolan membentuk sarang tawon pada usus bagian depan dan
lebih beraturan pada usus bagian belakang, terutama pada ikan lele.
Bentuk sel yang umum ditemukan pada epithelium usus adalah enterosit
dan mukosit. Enterosit merupakan sel yang paling dominan dan diantara
enterosit terdapat mukosit. Jumlah mukosit semakin meningkat ke arah

bagian belakang usus. Enterosit merupakan sel yang permukaan atasnya


mengarah memiliki mikrovili yang berperan dalam penyerapan makanan.
Secara histologis enterosit pada ikan yang telah menyerap zat makanan
akan berwarna keputih-putihan dan berbeda sekali dengan sel yang tidak
menyerap zat makanan. Mukosit merupakan sel penghasil lendir yang
berbentuk piala. Bagian bawah mukosit mengandung mucigen yang akan
berubah menjadi lendir jika telah dilepaskan oleh sel dan bereaksi dengan
air.
h. Rektum
Merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung. Secara anatomis
sulit dibedakan batas antara usus dengan rektum. Namun secara histologis
batas antara kedua segmen tersebut dapat dibedakan dengan adanya katup
rektum. Segmen rectum berfungsi dalam penyerapan air dan ion. Adanya
penyerapan air ini dapat dilihat dari kondisi feces yang umumnya
berbentuk kompak, berbeda dengan keadaannya ketika masih terdapat
dalam usus bagian belakang. Pada larva ikan selain fungsi tersebut rectum
juga berfungsi untuk penyerapan protein.
i. Kloaka
Merupakan ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan dan saluran
urogenital. Ikan bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan ikan
bertulang rawan memiliki organ tersebut.
j. Anus
Merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus
terletak di sebelah depan saluran genital. Pada ikan yang bentuk tubuhnya
memanjang, anus terletak jauh dibelakang kepala bedekatan dengan
pangkal ekor. Sedangkan ikan yang tubuhnya membundar, posisi anus
terletak jauh di depan pangkal ekor mendekati sirip dada.

2. Kelenjar Pencernaan
Kelenjar pencernaan berguna untuk menghasilkan enzim pencernaan yang
nantinya akan bertugas membantu proses penghancuran makanan. Enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh ikan buas juga berbeda dengan ikan vegetaris.
Ikan buas pada umumnya menghasilkan enzim-enzim pemecah protein,
sedangkan ikan vegetaris menghasilkan enzim-enzim pemecah karbohidrat.
Kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas. Disamping itu, saluran
pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan.
Hati meupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses
pencernaan. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besal, berwarna merah
kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus,
bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang
menuju ke arah punggung. Organ ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang
kompakSecara umum hati berfungsi sebagi tempat metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein serta tempat memproduksi cairan empedu. Fungsi hati
menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membantu
proses pencernaan lemak.
Di sekitar hati yang salurannya bermuara pada lambung terdapat organ
berbentuk kantong kecil, bulat, oval atau memanjang dan berwarna hijau
kebiruan, organ ini dinamakan kantung empedu yang fungsinya untuk
menampung cairan empedu yang disekresikan oleh organ hati. Kantung empedu
berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan.
Pankreas merupakan organ yang mensekresikan bahan (enzim) yang
berperan dalam proses pencernaan. Pankreas ada yang berbentuk kompak dan ada
yang diffus (menyebar) di antara sel hati. Letak penkreas berdekatan dengan usus
depan sebab saluran pankreatik bermuara ke usus depan. Saluran pankreatik yaitu
saluran-saluran kecil yang bergabung satu sama lain dan pada akhirnya akan
terbentuk saluran yang keluar dari pankreas menuju usus depan. Pankreas tidak
begitu jelas dan bersatu dengan hati sehingga disebut hepatopankreas.

D. AMPHIBI
Sistem pencernaan makanan pada amphibi, hampir sama dengan ikan,
meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
Saluran pencernaan makanan terdiri atas mulut, kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, dan kloaka. Kelenjar pencernaan terdiri dari kelenjar ludah,
hati, dan pankreas.

1. Saluran pencernaan
Saluran pencernaan Amphibi lebih rincinya sebagai berikut:
a. Rongga mulut
Di dalam rongga mulut terdapat gigi, lidah, dan kelenjar ludah. Rongga
mulut atau cavum oris pada katak dilengkapi dengan gigi berbentuk
kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa.
Gigi Amphibi berbentuk V dengan perkembangan yang tidak sempurna.
Giginya terdapat pada rahang atas dan rahang bawah. Pada rahang atas
disebut gigi maxilaris sedangkan pada rahang bawah disebut gigi vomerin.
Gigi tumbuh pada rahang atas dan langit-langit. Gigi yang tumbuh di
langit-langit disebut gigi vomer. Setiap kali tanggal, akan tumbuh gigi baru
sebagai ganti. Lidah pada katak bercabang dua dan berfungsi sebagai alat
penangkap mangsa. Lidah katak berbentuk menggulung, panjang dan
bertekstur kenyal dan lengket, digunakan untuk menangkap mangsa.
Mangsa yang berupa hewan kecil, kebanyakan serangga, akan dibasahi

oleh air liur. Meskipun demikian, Amphibi tidak begitu banyak memiliki
kelenjar ludah. Ada beberapa amfibi yang lidahnya tidak dapat bergerak,
tetapi sebagian besar bangsa Amfibi mempunyai lidah yang dapat
dijulurkan ke luar serta katak dan kodok lidah digulung ke lambung.
b. Kerongkongan ( esofagus )
Setelah dari dari cavum oris, makanan menuju esofagus yang berupa
saluran pendek. Esofagus akan menghasilkan sekresi alkalis

dan

mendorong makanan masuk lambung. Esophagus pada amphibi berciri


pendek, berdinding tipis dan sedikit elastic, berbulu dan mempunyai selsel piala.
c. Lambung ( ventrikulus )
Ventrikulus berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar.
Bentuk disesuaikan dengan bentuk tubuh. Berdinding tebal, batas dengan
esophagus Nampak jelas. Mempunyai kelenjar ludah dan kelenjar lender
terutama di bagian pylomsnya.
Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya
esofagus dan lubang keluar menuju usus. Lambung berfungsi sebagai
gudang makanan. Bagian muka ventrikulus yang besar disebut
cardiac, sedang bagian posterior mengecil dan berakhir di pyloris.
Kontraksi dinding otot ventrikulus meremas makanan menjadi hancur dan
dicampur dengan sekresi ventrikulus yang mengandung enzim atau
fermen, yang

merupakan katalisator. Tiaptiap enzim mengubah

sekelompok makanan menjadi ikatanikatan yang lebih sederhana. Enzim


yang dihasilkan oleh ventrikulus dan intestinum terdiri atas pepsin, tripsin,
erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu, ventrikulus juga
menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan.
Mengasamkan bahan makanan berguna untuk membunuh mangsa dan
membunuh kuman penyakit, mengingat mangsa katak adalah serangga
atau hewan kecil lainnya yang mungkin masih hidup. Gerakan yang
menyebabkan makanan berjalan dalam saluran disebut gerakan peristaltik.
d. Usus ( intestinum )

Dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Ususnya panjang dan
berkelok-kelok. Bagian mukanya disebut duodenum. Tidak mempunyai
usus spiral tetapi mempunyai lipatan-lipatan usus. Di dalam usus terjadi
penyerapan makanan oleh enzim yang dihasilkan pankreas. Makanan
masuk ke dalam intestinum melalui ventrikulus melalui klep pyloris.
Pada usus akhir atau usus besarnya pendek, tebal, dan mempunyai cloaca.
Di dalam usus besar hanya terjadi penyerapan air dan pembusukan sisa
makanan. Bahan makanan yang merupakan sisa dalam intestinum mayor
akan menjadi feses. Usus besar berakhir pada rektum dan akan menuju
kloaka.
e. Kloaka
Merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran
reproduksi, dan urine.
2. Kelenjar pencernaan
Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati
berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua
lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung
empedu yang berwarna kehijauan. Cairan empedu berfungsi untuk menetralisir
racun dan zat zat toxic yang masuk ke saluran pencernaan. Hati yang besar
terdiri atas beberapa lobus dan bilus (zat empedu) yang dihasilkan akan
ditampung sementara dalam vesica felea yang kemudian akan dituangkan dalam
intestinum melalui ductus cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus
yang merupakan saluran gabungan dengan saluran yang dari pancreas. Fungsi
bilus untuk mengemulsi zat lemak.
Pankreas berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus
dua belas jari (duadenum). Pankreas berfungsi menghasilkan enzim untuk
mencerna makanan dan hormon yang bermuara pada duodenum.
E. MAMMALIA

Susunan sistem pencernaan pada mammalian tidak ubahnya dengan


vertebrata lainnya, yakni mulut, rongga mulut, esophagus, ventriculus, intestinum,
kloaka, serta hati dan pancreas.
Gigi pada mammalia bersifat thekodont dan diphyodont. Bentuk dan
susunan giginya bermacam-macam dan dapat dibedakan menjadi:
1. Gigi seri (dens incisivus) disingkat dengan I untuk dewasa dan id untuk gigi
anak. Bentuk seperti tatah dan berguna untuk memotong.
2. Gigi taring (dens caninus) disingkat C atau cd bagi anak-anak. Berbentuk
kerucut yang berguna untuk merobek dan menerkam mangsa.
3. Geraham muka (pre molare) disingkat P. Besar, gemuk, dan mempunyai
bidang pengunyah untuk menggilas makanannya.
4. Geraham sejati (molare) disingkat M atau md. Digunakan untuk mengunyah
dan menggilas makanannya.
Terdapat 3 macam geraham:
1. Bunodont : geraham yang konis tumpul, dimilki oleh omnivore.
2. Lophodont: bidang atas berupa parit-parit yang tajam, terdapat pada herbivore.
3. Seccodont : tajam dan mempunyai tepi-tepi yang tajam pula, terdapat pada
karnivora.
Susunan gigi dari berbagai jenis hewan berbeda-beda dan dinyatakan
dalam rumus gigi, contohnya:
Rumus gigi:

Sapi

: 0.0.3.3

Anjing

3.1.3.3
Kucing

: 3.1.3.1
3.1.2.1

: 3.1.4.2
3.1.4.3

Tikus

: 1.0.0.3
1.0.0.3

Berdasarkan sifat makanannya, mammalian dapat dibedakan menjadi:


1. Binatang pemakan serangga. Gigi dan geraham tajam, rahang bawah bergerak
atas ke bawah.
2. Binatang buas. Incisivus tajam, caninus besar untuk merobek mangsa,
geraham seccodont untuk mengunyah daging. Rahang atas lebih besar
daripada rahang bawah.

3. Binatang pengerat. Mempunyai dua gigi pemotong yang bagian mukanya


tajam. Email gigi hanya terdapat pada bagian muka gigi saja, sehingga gigi
pemotong bersifat dapat tumbuh terus.
4. Jenis anjing laut. Gigi tumbuh kearah belakang yang berguna untuk
menghalangi lepasnya mangsa, untuk menangkap dan merobek tetapi tidak
dipakai untuk mengunyah. Gerahamnya tajam dan runcing.
5. Pemamah biak. Gigi muka hanya terdapat pada rahang bawah saja dan
digunakan untuk memontong rumput.geraham mempunyai bidang pengunyah
bergaris-garis tajam.
6. Gajah. Gigi pemotong berubah menjadi alat pembela diri (gading).
Pada hewan herbivor, di antara gigi taring dan geraham depan ada ruang
yang tidak ditumbuhi dinding. Ruang ini disebut diastema. Gigi hewan herbivor
selalu tumbuh dan gigi yang tanggal akan digantikan.
Lidah (lingua) pada mammalian sangatlah leluasa untuk digerakan karena
berupa daging tebal. Lidah tersebut berfungsi sebagai alat pengambil makanan,
penelan, pengecap, pembantu alat suara dan sebagai alat rias. Pada kucing
lidahnya dilapisi zat tanduk sehingga kasar seperti parut.
Kelenjar ludah pada mammalian terdapat 3 pasang, yakni glandula parotis,
glandula sub mandibularis dan glandula sub lingualis. Kelenajr-kelenjar tersebut
menghasilkan saliva yang sebagian besar air yang mengandung garam-garam
anorganik, zat-zat organic dan enzym.
Esophagus mammalian berciri panjang menembus diafragma dan
mempunyai daya peristaltik dan anti peristeltik, tidak bersilia, tidak berrkelenjar
lendir dan epitelnya squamosa complex.
Lambungnya

berbentuk

U,

terdapat

kelenjar

ludah

perut

yang

menghasilkan ludah perut yang terdiri dari: hydrogen chloride, mempunyai arti
penting untuk menggiatkan kerja pepsin dengan memberi suasana asam,
menggiatkan kerja usus, hati dan pancreas, serta sebagai desinfektor.
Intestinum terbagi menjadi 2 bagian yakni intestinum tenue dan intestinum
crassum. Intestinum tenue dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum,
jejunum, dan ileum. Berusus panjang berkelok-kelok. Di dalamnya terdapat plica-

plica dan vili-vili untuk memperluas bidang usus. Mempunyai kelenjar-kelenjar


ususyang tubulus.
Sedangkan pada intestinum crassum dibagi dalam caecum, colon dan
rectum. Pada karnivora umumnya pendek sedangkan pada herbivore panjang.
Caecum terdapat di sebelah kanan dalam rongga tubuh. Batas usus tengah dengan
usus akhir adalah valvula bauhinia yang dapat menutup lubang masuk ke usus
besar. Ujung buntu dari caecum menjadi processus yang disebut appendix
vernicularis. Otot longitudinal dan usus besar menyatu membentuk taenia coli.
Bagian dalamnya tidak memiliki villi dan sel-sel epitelnya banyak yang
menghasilkan mucus dan usus akhir ini juga menyerap air yang berada di
dalamnya.
Pada pencernaan makanan dalam usus terdapat peranan dari hati dan
pancreas. Hati mammalian terdiri atas lobus kanan dan lobus kiri dan mempunyai
vesica fellea. Sedangkan pancreasnya pada umunya besar dan pada rodentia
adalah difus terdiri dari dual obi yang biasanya bersatu dan dihubungkan oleh dua
ductus.
Sistem pencernaan pada ruminansia
Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen (perut besar),
retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam),
dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.
Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut.
Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara
yang akan dimamah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi
proses pembusukan dan peragian (fermentasi).

Ketika makan rumput, maka makanan dari kerongkongan akan masuk


rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di
rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh
enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan protozoa tertentu. Dari rumen,
makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk
menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar disebut bolus.
Sebenarnya ada banyak bakteri yang melakukan fermentasi selulosa. Total
ada sekitar 32 strain bakteri yang melakukan fermentasi. Diantara sekian banyak
itu yang terkenal adalah: Lachnospira multiparous, Butyrivbrio fibrisolvens,
Bacteroides ruminicola, dan semua bersifat anaerob.
Saat para ruminansia ini sudah santai di kandangnya, bolus akan
dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut, makanan
akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat
kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya
bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya, dan di tempat
ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim selulase yang
akan menghancurkan selulosa. Mikroba penghasil selulase tidak tahan hidup di
abomasum karena pH yang sangat rendah (asam), akibatnya bakteri ini akan mati,
namun para mikroba ini malah dapat dicerna sebagai sumber protein bagi hewan

ruminansia. Dengan demikian, rumimansia tidak memerlukan asam amino


esensial seperti pada manusia.
Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur
lambung seperti pada sapi untuk fermentasi selulosa. Proses fermentasi dilakukan
oleh bakteri pada sekum (semacam appendix yang membesar) yang banyak
mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi
yang terjadi di lambung sapi. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih
kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada
sekum. Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada
lambung dan sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh para mikroba tadi.
Bagi manusia ini tampak menjijikkan, tetapi pada kelinci dan marmut,
kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Karena kotoran yang
belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang masih bisa
dicerna lagi oleh kelinci.
Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri pada saluran pencernaan
ruminansia ini tidak hanya berfungsi untuk merombak selulosa, tetapi juga dapat
menghasilkan biogas yang berupa gas CH4 (metana) yang dapat digunakan
sebagai sumber energi alternatif bahan bakar. Jadi bisa digunakan sebagai
pengganti kompor gas untuk memasak. Hal itu terjadi karena tidak tertutup
kemungkinan bakteri yang ada di sekum atau usus akan keluar dari tubuh hewan
tersebut bersama faeces (tinja). Bahan organik yang terdapat dalam faeces tadi
akan diuraikan dan dapat menghasilkan biogas tadi.

DAFTAR PUSTAKA
Sutoyo, Emeritus D.2007.Anatomi Hewan Chordata.Surakarta: Uns Press
http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor
Pendamping/Praweda/Biologi/0066%20Bio%202-5d.htm
http://biologimediacentre.com/sistem-pencernaan-pada-ruminansia/
http://dekmustanyoe13.blogspot.com/
http://fajargumilsng.blogspot.com/2012/01/sistem-pencernaan-pada-ikan.html
http://matakristal.com/sistem-pencernaan-burung-amfibi-mamalia-reptil-dan-ikan/
http://papilio1991.blogspot.com/2012/11/sistem-pencernaan-hewanvertebrata.html
http://sambilan-harianku.blogspot.com/2012/11/sistim-pencernaan-ikan.html
http://syaifulsman2barru.wordpress.com/2013/05/16/sistem-pencernaan-padahewan/
http://wandylee.wordpress.com/2012/05/11/sistem-pencernaan-ikan/
http://www.pojok-vet.com/peternakan/sistem-dan-proses-pencernaan-padahewan-ruminansia.html
http://www.pustakasekolah.com/sistem-pencernaan-pada-ikan.html
http://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/20/sistem-pencernaan-ikan/
http://zulfarahmah.blogspot.com/p/sistem-pencernaan-makanan-pada-hewan.html

Anda mungkin juga menyukai