Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Penyebab terjadinya kanker sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Hanya Nampak

makin tua seseorang makin mudah dihinggapi penyakit kanker.


Pada wanita, kanker banyak dijumpai pada rahim, payudara dan saluran pencernaan.
Biasanya kanker pada wanita dimulai pada usia 50 tahun. Kanker pada pria paling banyak
dijumpai pada paru-paru, saluran pencernaan dan kelenjar prostat. Pada lanjut usia harus
dilakukan pemeriksaan secara seksama, riwayat penyakit perlu ditanyakan baik yang pernah
dideritanya maupun yang ada dalam keluarga.
Bahan-bahan karsinogen, misalnya tembakau (rokok), sinar ultra violet, sinar radio aktif,
sinar-X yang berlebihan dapat juga menimbulkan keganasan. Karena proses keganasan ini dapat
menjalar ke lain organ (metastasis) maka harus diusahakan dicari sumber primer keganasan
tersebut.
1.2. TUJUAN
1. Tujuan umum
Agar masiswa/I dapat memahami konsep dasar dan asuhan keperawatan pada pasien
lansia dengan penyakit keganasan serta penanganannya.
2. Tujuan khusus
Agar mahasiswa/I dapat:
1. Menyebutkan pengertian penyakit keganasan pada lansia.
2. Menjelaskan penyebab penyakit keganasan pada lansia.
3. Dapat menjelaskan patofisiologi penyakit keganasan pada lansia.
4. Membuat dalam bentuk asuhan keperawatan secara baik dan benar serta
berkesinambungan sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki.

BAB I1
LANDASAN TEORI
2.1. PENGERTIAN

Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi
genetic dari DNA selular. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berploriferasi secara
abnormal, mengabaikan sinyal pengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut.
Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasive, dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh tersebut sel-sel
dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran kanker) pada
bagian tubuh yang lain.
2.2. ETIOLOGI
Bahan-bahan karsinogen, misalnya tembakau (rokok), sinar ultra violet, sinar radio
aktif, sinar-X yang berlebihan.
Awalnya terpajan zat karsinogen atau terjadinya perubahan dalam pertumbuhan
(inisiasi) yang menyebabkan kerusakan asam deoksiribonukleat (DNA) dan kerusakan
sel yang ireversibel.
Factor usia, terutama setelah berusia di atas 50 tahun.
Peningkatan risiko ini diperkirakan terutama disebabkan oleh akumulasi pajanan
terhadap karsinogen (misalnya tembakau) selama beberapa waktu dan periode laten
yang lama sebelum kanker dapat dideteksi.
Perubahan-perubahan terkait usia dalam system imun dapat meningkatkan keganasan.
Teori ini melibatkan penurunan kemampuan sistem imun yang mengalami penuaan
untuk mendeteksi sel-sel kanker sebagai benda asing.
Penuaan, yaitu terjadi peningkatan kerentanan terhadap kerusakan DNA oleh
karsinogen dan pengurangan kemampuan untuk memperbaiki DNA yang rusak.
2.3. PATOFISIOLOGI
Terdapat berbagai tipe kanker yang berbeda dengan berbagai penyebab, tanda dan gejala
yang ada, penanganan, dan prognosis yang berbeda pula. Penyebab kanker (karsinogenesis)
adalah fenomena multi tahap yang kompleks dengan awalnya terpajan zat karsinogen atau
terjadinya perubahan dalam pertumbuhan (inisiasi) yang menyebabkan kerusakan asam
deoksiribonukleat (DNA) dan kerusakan sel yang ireversibel. Gen-gen secara langsung
berimplikasi dalam kanker. Gen-gen ini dikategorikan sebagai onkogen, yang menyebabkan
aktivasi mekanisme pertumbuhan, dan gen-gen supresor tumor, yang dapat mengubah proliferasi
dan pembelahan sel dengan menghilangkan atau memutasikan gen-gen tertentu. Pajanan

terhadap faktor-faktor yang dapat meningkatkan kanker secara berkelanjutan dapat


meningkatkan potensial berkembangnya lesi-lesi praneoplastik. Akhirnya, kerusakan genetic
tambahan mengakibatkan perkembangan tumor ganas yang mampu menyerang jaringan yang
berdekatan dengannya dan menyebar ke lokasi-lokasi yang jauh.
2.4. GEJALA KLINIS
Kanker dapat timbul dengan tanda dan gejala yang multiple, beberapa spesifik pada lokasi
yang terlibat dan gejala yang lain mungkin tidak spesifik ( seperti malaise dan kehilangan berat
badan). Tanda dan gejala yang tidak spesifik mungkin secara tidak tepat dihubungkan dengan
proses penuaan pada lansia.
2.5. KOMPLIKASI
Terjadi perubahan-perubahan fisiologis terkait penyakit pada fungsi jantung, paru, hepar,
dan ginjal yang dapat mempengaruhi metabolism obat yang tidak diinginkan.
Penurunan cairan tubuh total, peningkatan jaringan adipose, penurunan total massa otot
tubuh dan adanya penyakit penyerta membuat absorpsi, distribusi, dan ekskresi obat
menjadi kurang dapat diprediksikan dalam tubuh yang mengalami penuaan.
Penyembuhan kapasitas penyembuhan jaringan dan penurunan fungsi pulmonary dan
kardiovaskular.
Pasien lansia juga beresiko untuk mengalami komplikasi seperti atelektasis, pneumonia,
dan infeksi luka.
2.6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Deteksi dini kanker melalui penapisan (sebelum tanda dan gejala kanker timbul) sangat
penting untuk meminimalkan ketidakmampuan penanganan kanker dengan cara mendeteksi
tumor ketika masih kecil, juga dengan meningkatkan kesempatan untuk sembuh dan dapat
bertahan hidup dalam waktu yang panjang.
Pedoman dari American cancer society untuk deteksi dini kanker pada lansia yang
berusia 65 tahun ke atas.
No

Pemeriksaan

Jenis kelamin

Frekuensi

1.

Konseling kesehatan dan pemeriksaan Pria dan wanita

Setiap tahun

kanker (tiroid, prostat, ovarium, kelenjar


2.
3.
4.
5.

getah bening, rongga mulut, dan kulit).


Pemeriksaan payudara sendiri.
Mammogram.
Pemeriksaan payudara klinis.
Pemeriksaan pelvis.

6.

Wanita
Wanita
Wanita
Wanita

Setiap bulan
Setiap tahun
Setiap tahun
Setiap tahun atau

Wanita

atas anjuran dokter.


Setiap tahun atau

Tes pap.
7.
8.
9.

Pemeriksaan rectal digital.


Tes slide guaiak feses.
Sigmoidoskopi.

10.

Pria dan wanita


Pria dan wanita
Pria dan wanita
Pria

Tes antigen darah yang spesifik untuk

atas anjuran dokter.


Setiap tahun
Setiap tahun
Setiap 3-5 tahun
atas anjuran dokter
Tahunan

prostat.

2.7. PENATALAKSANAAN
KEMOTERAPI
Pada umumnya, lansia sehat yang menerima penanganan kanker tidak mengalami
toksisitas yang lebih besar dari kemoterapi antineoplastik sistemik secara signifikan.
Namun, lansia mungkin berisiko lebih tinggi terhadap beberapa efek samping akibat
kemoterapi karena usia dan perubahan-perubahan fisiologis terkait penyakit pada fungsi
jantung, paru, hepar, dan ginjal yang dapat memengaruhi metabolism obat yang tidak
diinginkan. Selain itu penurunan cairan tubuh total, peningkatan jaringan adipose,
penurunan total massa otot tubuh, dan adanya penyakit penyerta membuat absorpsi,
distribusi, dan ekskresi obat menjadi kurang dapat diprediksikan dalam tubuh yang
mengalami penuaan.
Semua obat yang digunakan dalam penanganan lansia harus dikaji ulang sebelum
memulai kemoterapi untuk mencegah interaksi obat dan risiko yang tidak
menguntungkan. Sebagai contoh, aspirin, yang banyak digunakan oleh lansia untuk

arthritis, dapat menyebabkan peningkatan risiko perdarahan yang sangat besar jika
digunakan oleh pasien yang mendapatkan kemoterapi yang mensupresi sum-sum tulang.
Supresi sumsum tulang
Kemoterapi memiliki dampak terbesar pada pembelahan sel yang cepat,
terutama sel-sel precursor dalam sumsum tulang (sel darah merah, sel darah putih,
dan

trombosit).

Leucopenia

(penurunan

hitung

sel

darah

putih)

dan

trombositopenia (penurunan hitung trombosit) adalah efek samping kemoterapi


yang sering terjadi dan dapat mengancam jiwa. Pada lansia, sumsum tulang
mengalami pengurangan sel (memiliki lebih sedikit elemen-elemen fungsional)
dan memiliki kapasitas perlindungan yang lebih sedikit; oleh karena itu, lansia
lebih rentan terhadap dampak kemoterapi. Lansia dengan keganasan hematologi
dapat mengalami toksisitas lebih besar.
Toksisitas renal
Penyakit ginjal yang telah ada dan penurunan fungsi ginjal terkait usia
(penurunan laju filtrasi glomerulus) dapat mencegah pengguanaan obat-obat
kemoterapi yang diekskresi melalui ginjal. Penurunan fungsi ginjal dapat
mengganggu kemampuannya, sehingga obat-obat kemoterapi tertentu (seprti
metotreksat dosis tinggi) tidak digunakan secara aman untuk penanganan kanker.
Dosis obat lain mungkin perlu diturunkan jika terdapat penurunan klirens
kreatinin (kurang dari 60 ml/menit).
Toksisitas kardiovaskuler
Masalah jantung penyerta dapat membuat penggunaan obat-obat yang
berhubungan dengan toksisitas jantung menjadi tidak tepat, terutama antrasiklin.
Fungsi jantung dapat dipantau selama pengobatan.
Toksisitas system saraf pusat
Toksisitas system saraf pusat (SSP) merupakan perhatian utama pada lansia.
Abnormalitas

biokimia yang dihasilkan oleh kanker dan pengobatan kanker

(misalnya hiperkalsemia) secara tidak langsung dapat menyebabkan kebingungan


dan disorientasi. Usia lanjut adalah faktor risiko untuk neuropati perifer yang
berhubungan dengan obat. Pengkajian kelemahan otot sangat penting.
Toksisitas lainnya
Kemoterapi dikaitkan dengan rentang toksisitas yang luas yang memengaruhi
pertumbuhan sel yang cepat. Karena sensitivitas folikel rambut, alopesia
(kehilangan rambut) merupakan efek samping dari banyak obat kemoterapi.

Perubahan-perubahan pada kulit yang menua, terutama penurunan jaringan


subkutan dan elastisitas, dapat membuat akses vena untuk menyalurkan zat-zat
kemoterapi intravena menjadi lebih sulit.
Pengajaran pasien.
Sebagian besar pasien lansia menerima kemoterapi pada unit rawat jalan.
Edukasi pasien untuk perawatan diri terhadap efek samping yang sering terjadi
untuk pengenalan dini terhadap terjadinya toksisitas yang serius merupakan peran
penting perawat. Lansia memiliki lebih banyak kesulitan dalam mematuhi
program pengobatan yang kompleks. Namun, dibandingkan dengan orang dewasa
yang lebih muda, pasien lansia menghadapi efek samping fisik dari kemoterapi
secara lebih efektif. Pemberi perawatan dirumah harus dilibatkan dalam upaya
edukasi ini. Penggunaan telepon untuk mengkaji efek samping pada waktu yang
kritis mungkin penting dalam mencegah toksisitas yang serius.
TERAPI RADIASI
Terapi radiasi penyinaran eksternal adalah pengobatan noninvasive dan mungkin
lebih sering disarankan untuk lansia lemah yang tidak mampu menjalani pembedahan.
Namun, terapi ini masih dikaitkan dengan ancaman efek samping pada lokasi yang
spesifik, yang memerlukan pemantauan dan perawatan diri sendiri secara seksama.
Seperti halnya kemoterapi, radiasi lebih sering memengaruhi sel yang sedang melakukan
pembelahan dengan cepat, tetapi efeknya terutama dapat dilihat pada daerah yang terkena
radiasi saja. Beratnya efek samping radiasi bergantung pada dosis, lokasi, dan volume
yang diradiasi. Efek samping sistemik dapat juga terjadi. Efek samping mielosupresi,
kulit, dan GI dapat lebih jelas terlihat pada lansia. Penyembuhan lesi kulit mungkin
mengalami gangguan dan memerlukan asuhan keperawatan khusus untuk mencegah
infeksi sekunder.
Lansia dengan penyakit kambuhan (misalnya emfisema) akan berisiko lebih besar
untuk mengalami efek samping pada daerah yang terkena (misalnya paru), dan
pengurangan dosis mungkin diperlukan. Radiasi dapat digunakan untuk terapi kuratif,
adjuvant, atau paliatif untuk penyakit pada tahap lanjut. Penanganan dengan modalitas ini
mungkin juga dibatasi jika terdapat penyakit penyerta. Keletihan pada umumnya dialami
selama radiasi, dan secara umum meningkat selama rangkaian pengobatan.
PEMBEDAHAN

Pembedahan dapat digunakan sebagai upaya kuratif atau digunakan untuk


meningkatkan kualitas hidup (misalnya rekonstruksi payudara). Pembedahan kurang
menimbulkan debilitasi daripada kemoterapi atau terapi radiasi untuk pasien yang cukup
sehat untuk menjalani anesthesia dan hanya merupakan satu-satunya terapi untuk banyak
lansia dengan kanker. Pembedahan juga dapat digunakan untuk memperbaiki efek kanker
yang tidak dapat disembuhkan dengan menghilangkan obstruksi dan menghentikan
perdarahan. Risiko mortalitas meningkat dengan bertambahnya usia, terutama dalam
hubungannya dengan penurunan fungsi jantung, paru, dan ginjal. Selain penyakit
penyerta, obesitas, kekurangan nutrisi, dan gangguan fungsi imun meningkatkan risiko
operasi. Perawatan lansia yang mengalami pembedahan kanker harus melibatkan
pengkajian operasi secara seksama, termasuk rencana pemulihan dan rehabilitasi yang
komprehensif.
PEMODIFIKASI RESPONS BIOLOGIS
Pemodifikasi respons biologis adalah obat-obatan yang memengaruhi respons
biologis tubuh (termasuk sitem imun) terhadap sel-sel tumor atau obat-obatan yang
melawan kanker secara biologis dengan cara langsung.
Contoh klasifikasi terapi antineoplastik yang baru ini termasuk antibody
monoclonal yang diarahkan melawan antigen sel-sel tumor; interferon, yang memiliki
efek multiple termasuk memodulasi system imun; dan interleukin, yang meningkatkan
aspek system imun.
Pengobatan kanker terbaru adalah penggunaan faktor penstimulasi koloni (faktor
pertumbuhan hematopoietic) untuk menurunkan toksisitas agens kemoterapi yang
mensupresi sumsum tulang dengan meningkatkan pemulihan granulosit. Hal ini terutama
sangat berguna bagi lansia, yang lebih rentan terhadap efek samping supresi sumsum
tulang.
TRANSPLANTASI SUMSUM TULANG
Transplantasi sumsum tulang pasien dengan sumsum tulang donor (lebih baik
diambil dari kembar identik) belum terbukti berhasil dalam menangani leukemia pada
lansia.
Tranfusi sel tunas perifer, satu bentuk transplantasi sumsum tulang, secara
meningkat telah digunakan untuk mendukung pasien selama periode supresi sumsum

tulang yang berhubungan dengan kemoterapi. Tranfusi sel tunas perifer digunakan untuk
berbagai macam keganasan dan memberikan dukungan setelah kemoterapi dosis tinggi.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. PENGKAJIAN
1). Riwayat kanker keluarga.
Orang-orang dewasa dengan riwayat kanker keluarga yang kuat harus dipantau

secara

hati-hati melalui program penapisan dan deteksi dini.


2). Merokok dan penggunaan tembakau.
Merokok dihubungkan dengan satu pertiga kematian akibat kanker, terutama kanker paru,
kepala dan leher, kandung kemih, ginjal, esophagus, pancreas, dan serviks.
3). Diet, Berat Badan, Latihan
Diet makanan yang tinggi lemak hewani dan rendah serat dikaitkan dengan peningkatan
risiko kanker kolon, payudara, dan prostat.
Makanan yang tinggi nitrat (misalnya ikan asap) dikaitkan dengan peningkatan risiko
kanker kolon dan lambung.
Obesitas dan diet tinggi lemak dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara dan
kolon.
Penggunaan alcohol berat dihubungkan dengan kanker pada daerah kepala dan leher dan
kanker hepar.
4). Pajanan sinar matahari
Kanker kulit (sel basal, sel skuamosa, dan melanoma) adalah masalah yang sering terjadi
pada lansia; insidensinya meningkat dengan bertambahnya usia karena terpajan sinar
matahari selama beberapa waktu.
5). Bahaya-bahaya lingkungan.
Pajanan sebelumnya terhadap

karsinogen-karsinogen

(asbestos:pekerja

dibagian

perkapalan) dan bahan kimia lain(kromium: tambang bijih besi; bensena: pekerja pabrik
pernis dan lem) di tempat kerja dikaitkan dengan peningkatan insidensi kanker.
6). Pengaruh hormonal
Risiko kanker payudara meningkat secara dramastis dengan penuaan. Menopause setelah
usia 55 tahun dikaitkan dengan dua kali risiko kanker payudara.
7). Riwayat kanker.

Adanya riwayat kanker pada seseorang telah menempatkan orang tersebut pada risiko
yang lebih tinggi terhadap terjadinya jenis-jenis kanker primer yang lain.
8). Masalah pengobatan dan penanganan yang lain.
Kanker dapat dihubungkan dengan adanya atau kadang-kadang penanganan kondisikondisi medis yang lain.
Risiko kanker lambung, contohnya, meningkat dengan adanya penyakit lambung yang
lain seperti gastritis, aklorhidria, dan ulkus lambung.
Diabetes dan hipertensi dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker endometrium.
Riwayat terpajan radisi dapat menjadi faktor risiko berbagai kanker.
Penggunaan obat-obat imunosupresi dihubungkan dengan kanker pada system imun
seperti limfoma.
Agens-agens kemoterapi yang digunakan untuk menangani kanker itu sendiri merupakan
zat-zat karsinogenik (misalnya kemoterapi untuk penyakit Hodgkin dapat menimbulkan
leukemia).
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan yang berhubungan dengan kanker setiap tahunnya dapat memfasilitasi
deteksi dini keganasan dan memberikan kesempatan untuk mengkaji faktor risiko dan untuk
membimbing dan merujuk pasien dalam pengurangan risiko (misalnya berhenti merokok,
pengurangan pajanan sinar matahari, perubahan diet dan nutrisi). Selama pemeriksaan ,
perawat dapat mengevaluasi pengetahuan lansia tentang penapisan kanker dan praktik
pencegahan sekunder.
Kanker dapat timbul dengan tanda dan gejala yang multiple, beberapa spesifik pada
lokasi yang terlibat dan gejala yang lain mungkin tidak spesifik (seperti malaise dan
kehilangan berat badan). Tanda dan gejala yang tidak spesifik mungkin secara tidak tepat
dihubungkan dengan proses penuaan pada lansia.

3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1). Risiko tinggi cedera: perubahan dalam membrane mukosa mulut.
2). Potensial terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3.3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnose 1: Risiko tinggi cedera: perubahan dalam membrane mukosa mulut.
Goal: Membrane mukosa tetap utuh

Intervensi keperawatan:
1). Kaji status gigi sebelum pengobatan kanker; rujuk pada dokter gigi untuk penanganan
sesuai kebutuhan.
2). Kaji membrane mukosa mulut setiap 4 jam.
3). Berikan sikat gigi yang lembut untuk hygiene mulut dan hydrogen peroksida dan
air steril untuk membersihkan mulut sebelum dan setelah makan.
4). Gunakan anestesi local untuk menghilangkan rasa nyeri sebelum makan.
5). Tawarkan makanan yang lunak dan dingin, dan minuman secara sering.
6). Hindari makanan yang panas, pedas, atau asam dari diet.
Diagnose 2: Potensial terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Goal: Pasien mempertahankan berat badan yang normal.
Intervensi keperawatan:
1). Kaji status nutrisi sebelum pengobatan.
2). Timbang pasien setiap hari selama pengobatan aktif; jika tidak; timbang pasien setiap
minggu.
3). Kaji pola mual dan muntah.
4). Berikan obat antiemetic sebelum pengobatan (juga setelah pengobatan jika mual terjadi
lambat).
5). Berikan makanan sedikit dan sering kapanpun pasien bebas dari mual. Jaga aroma dan
6).
7).
8).
9).

pandangan makanan jauh dari area pasien selama periode mual.


Pertahankan jumlah kalori yang adekuat jika pasien tidak mampu mengkonsumsi diet.
Berikan tambahan diet dengan makanan tinggi kalori.
Pertahankan catatan asupan dan haluaran.
Kaji kebutuhan untuk bantuan dalam persiapan makanan sebelum pemulangan jika
pasien tinggal di komunitas.

3.4. PELAKSANAAN
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah diterapkan.
3.5.

EVALUASI
1). Tidak ada tanda-tanda cedera dan membrane mukosa tetap utuh.
2). Pemasukan nutrisi cukup dan berat badan dalam batas normal

BAB IV
PENUTUP
Sebagai akibat dari meningkatnya jumlah orang berusia diatas 65 tahun, perawat
memberikan perawatan untuk pasien lansia yang jumlahnya terus meningkat. Resiko kanker
terus mrningkat sejalan dengan peningkatan usia. Lebih dari 57% dari seluruh kanker terjadi
pada orang yang berusia diatas 65 tahun. Baik angka kejadian kanker maupun angka kematian
meningkat dengan meningkatnya usia.
Tempat-tempat yang sering terjadi kanker pada lansia meliputi paru-paru, usus besar,
payudara dan prostat.
Penting artinya bagi perawat onkologi yang bekerja dengan populasi lansia untuk
memahami perubahan fisiologis normal yang terjadi bersama proses penuaan.

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahyudi, 2000, Keperawatan GerontikEdisi 2, EGC, Jakarta.


S. Mickey, Buku Ajar Keperawatan Gerontik, EGC, Jakarta.
Smeltzer, Susanno C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, EGC,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai