Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Repelan
Repelan adalah bahan-bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk menjauhkan
serangga dari manusia sehingga dapat dihindari gigitan serangga atau gangguan oleh
serangga terhadap manusia. Repelan digunakan dengan cara menggosokkannya pada tubuh
atau menyemprotkannya pada pakaian. Repelan harus memenuhi beberapa syarat yaitu tidak
mengganggu pemakainya, tidak melekat atau lengket, baunya menyenangkan pemakainya
dan orang di sekitarnya, tidak menimbulkan iritasi pada kulit, tidak beracun, tidak merusak
pakaian dan daya pengusir terhadap serangga hendaknya bertahan cukup lama (Soedarto,
1989: 102).
Salah satu contoh repelan yang banyak digunakan adalah DEET. Bila digunakan
dengan baik, DEET dapat melindungi dari gangguan serangga sekitar 2 jam, tergantung dari
orangnya, jenis spesies dan populasi serangganya. DEET merupakan repelan yang tidak
berbau tetapi menimbulkan rasa terbakar jika mengenai mata atau luka. Selain itu DEET
juga dapat merusak benda-benda yang terbuat dari plastik dan bahan-bahan sintetik lainnya
(Soedarto, 1989: 102).

Gambar 1 Rumus struktur DEET (Parker, 2009).

B. Gel
Gel adalah suatu sediaan semipadat yang jernih dan tembus cahaya yang mengandung
zat-zat aktif dalam keadaan terlarut (Lachman dkk, 1994: 1119). Polimer-polimer yang biasa
digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen,
agar, asam alginat, serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metilselulosa,
hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan carbopol yang merupakan polimer vinil
sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi (Lachman dkk, 1994: 1092).
Sifat gel yang sangat khas (Lieberman dkk, 1996: 401) yaitu :
4

(l) Dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorsi larutan yang
mengakibatkan terjadi penambahan volume.
(2) Sineresis, suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi dalam masa gel. Gel bila
didiamkan secara spontan akan terjadi pengerutan dan cairan dipaksa keluar dari kapiler
meninggalkan permukaan yang basah.
(3) Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan. Struktur gel dapat bermacam-macam
tergantung dari komponen pembentuk gel.
1. Karakteristik
Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman
dan tidak bereaksi dengan komponen farmasi lain. Pemilihan bahan pembentuk gel dalam
setiap formulasi bertujuan membentuk sifat seperti padatan yang cukup baik selama
penyimpanan yang dengan mudah dapat dipecah bila diberikan daya pada sistem.
Misalnya, dengan pengocokan botol, memencet tube atau selama aplikasi topikal
(Lieberman dkk, 1996: 400).
2. Klasifikasi
Klasifikasi gel didasarkan pada karakteristik dari kedua fase gel yang
dikelompokkan menjadi gel organik dan anorganik. Magma bentonit merupakan contoh
dari gel anorganik, sedangkan gel organik sangat spesifik mengandung polimer sebagai
pembentuk gel.
Klasifikasi gel didasarkan pada sifat-sifat kimia molekul organik yang terdispersi.
Sifat pelarut akan menentukan apakah gel merupakan hidrogel (dasar air) atau organo gel
(dengan pelarut bukan air). Sebagai contoh adalah magma bentonit dan gelatin
merupakan hidrogel, sedangkan organo gel adalah plastibase yang merupakan polietilen
berbobot molekul rendah yang dilarutkan dalam minyak mineral dan didinginkan secara
cepat. Gel padat dengan konsentrasi pelarut rendah dikenal sebagai xero gel, sering
dihasilkan dengan cara penguapan pelarut sehingga menghasilkan kerangka gel
(Lieberman dkk, 1996: 400).
C. Uraian Bahan
1. Carbopol (Aqupec HV 505)
Carbopol merupakan kelompok polimer asam akrilat. Pemeriannya serbuk putih,
higoskopik, bersifat asam dan mempunyai bau khas (Wade dan Waller, 1994: 71).

Karakteristik carbopol yaitu larut dalam air dan alkohol, menunjukkan viskositas yang
tinggi pada konsentrasi kecil, bekerja efektif pada range pH yang luas, berbentuk cairan
kental transparan (Afidah, 2008: 8). Carbopol dapat terdispersi di dalam air untuk
membentuk larutan koloidal bersifat asam (Wade dan Waller, 1994: 72). Carbopol
digunakan sebagai gelling agent pada konsentrasi 0,5-2,0% (Wade dan Waller, 1994: 71).

Gambar 2 Rumus struktur carbopol (Hosmani, 2006).

2. Propilenglikol
Pemerian propilenglikol adalah cairan kental; jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
rasa agak manis dan higoskopik. Kelarutan: dapat campur dengan air dan dengan etanol
(95%) (Anonim, 1979: 534). Propilenglikol digunakan sebagai pelarut sediaan topikal
pada konsentrasi 5-80% (Wade dan Weller, 1994: 407). Propilenglikol juga dapat
digunakan sebagai humektan atau pelembut pada kulit kering (Afidah, 2008: 11).
3. Trietanolamin
Trietanolamin (TEA) adalah senyawa organik yang mempunyai gugus amin dan trialkohol. Tri-alkohol adalah molekul dengan tiga gugus hidroksi. Pemerian berupa cairan
kental; tidak berwarna hingga kuning pucat; bau lemah mirip amoniak; higoskopik.
Kelarutan: mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%); larut dalam kloroform
(Anonim, 1997: 613). Seperti senyawa amin yang lain, trietanolamin bersifat basa lemah
(Afidah, 2008: 11).

Gambar 3 Rumus struktur trietanolamin (Anonim, 2010).

4. Etanol 96%
Pemerian: cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, mudah bergerak dan bau
khas. Kelarutan: sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter (Anonim,

1979: 65). Etanol dapat digunakan sebagai pelarut sediaan topikal pada konsentrasi 6090% (Wade dan Weller, 1994: 7).
5. Nipagin
Pemerian: serbuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau; tidak mempunyai rasa;
agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan: larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian
air mendidih dan dalam 3,5 bagian etanol (95%). Nipagin digunakan sebagai zat
pengawet (Anonim, 1979: 378). Nipagin digunakan sebagai pengawet pada konsentrasi
0,02-0,3 % (Wade dan Weller, 1994: 310).
D. Tanaman Kenanga
1. Klasifikasi
Tanaman kenanga termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut (Backer dan
Bakhiuzen Van Den Brink, 1963: 100-105):
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Ranunculales

Famili

: Annonaceae

Genus

: Cananga

Spesies

: Cananga odorata (Lmk) Hook.f & Thoms

2. Deskripsi Tanaman
Pada umumnya kenanga berbentuk pohon. Batang berkayu, bulat, bercabang dan
berwarna hijau kotor. Pohon kenanga berakar tunggang dan berwarna coklat. Daun
berbentuk bulat telur, tunggal, tersebar dengan ujung meruncing dan berdasar bundar
serta bertulang menyirip. Bunganya majemuk berbentuk payung berwarna hijau pada
waktu masih muda dan berwarna kuning setelah tua, berbau harum (Sutjipto dkk, 2000:
108).

Gambar 4 Tanaman kenanga.

3. Kandungan Kimia
Kandungan kimia alamiah dari kenanga (Cananga odorata (Lmk) Hook.f &
Thoms) adalah saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri (Sutjipto dkk, 2000: 109).
Kandungan kimia minyak atsiri bunga kenanga adalah golongan aldehid, keton
aseton, furfural, benzaldehid, komponen bersifat basa (metil antranilat), golongan terpen
(d-terpen), golongan fenol dan fenol eter (fenol, eugenol, isoeugenol, metil salisilat,
benzil salisilat), alkohol dan ester (metil benzoat, l-linalool, terpineol, benzil alkohol,
geraniol, farnesol),

dan sesquisterpen

(d-caryophyllen, sesquisterpen-alifatis,

l-

sesquisterpen) (Nugraheni, 2009: 6).


E. Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah istilah yang digunakan untuk minyak mudah menguap dan
diperoleh dari tanaman dengan cara penyulingan. Definisi ini dimaksudkan untuk
membedakan minyak/lemak dengan minyak atsiri yang berbeda tanaman penghasilnya
(Guenther, 1987: 19).
Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang
terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) serta beberapa persenyawaan
kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S). Minyak atsiri mengandung
bermacam-macam komponen kimia yang berbeda, komponen tersebut dapat digolongkan ke
dalam 4 kelompok besar yang dominan menentukan sifat minyak atsiri, yaitu:
1. Terpen, yang berhubungan dengan isoprena atau isopentena
2. Senyawa berantai lurus, tidak mengandung rantai cabang

3. Turunan benzena
4. Bermacam-macam senyawa lainnya (Guenther, 1987: 20).
Sifat minyak atsiri yang mudah menguap dan mudah teroksidasi oleh adanya panas,
udara (oksigen), kelembaban, serta dikatalisis oleh cahaya dan beberapa kasus dikatalisis
oleh logam. Oleh karena itu, minyak atsiri harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat
pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya. Penyimpanan yang baik adalah pada botol
gelas berwarna gelap (Guenther, 1987: 23).
F. Penyulingan
Penyulingan didefisinikan sebagai pemisahan komponen suatu campuran dari 2 jenis
cairan/lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat (Guenther, 1987:
103). Metode penyulingan minyak atsiri yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
penyulingan dengan uap air. Metode penyulingan ini cocok digunakan untuk tanaman yang
komponen minyaknya rusak bila dididihkan dalam air. Kelebihan metode ini jika
dibandingkan dengan penyulingan air adalah proses dekomposisi minyak lebih kecil
(hidrolisa ester, polimerisasi, resinifikasi), lebih efisien, waktu penyulingan lebih singkat,
rendemen minyak yang dihasilkan lebih banyak (Guenther, 1987: 179).
Pada metode penyulingan ini, bahan olah diletakkan di atas rak-rak atau saringan
berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh dibawah
saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu uap jenuh yang basah dan
bertekanan rendah. Ciri khas metode ini adalah uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan
tidak terlalu panas. Bahan tanaman hanya berhubungan dengan uap air, tidak dengan air
panas (Guenther, 1987: 134).

G. Aedes aegypti
1. Klasifikasi
Klasifikasi nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut (Gandahusada dkk, 1997:
181):
Divisi

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Subkelas

: Pterygophyta

Ordo

: Diptera

Subordo

: Nematocera

Famili

: Culicidae (tribus culicini)

Genus

: Aedes

Species

: Aedes aegypti

2. Karakteristik
Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil dibandingkan dengan ukuran
nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus), mempunyai warna dasar hitam dengan bintikbintik putih pada bagian badan terutama pada kaki (Gandahusada dkk, 1997: 198). Jenis
kelamin nyamuk Aedes aegypti dibedakan dengan memperhatikan tipe antena. Nyamuk
betina mempunyai antena tipe pilose (rambut tipis), sedangkan nyamuk jantan
mempunyai antena tipe pulmose (rambut tebal) (Gandahusada dkk, 1997: 185).
3. Daur Hidup
Daur hidup nyamuk Aedes aegypti melalui metamorfosis sempurna yaitu dimulai
dari telur, larva (jentik-jentik), pupa (kepompong), dewasa. Nyamuk betina meletakkan
telur di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat
perindukannya. Tempat perindukan tersebut berupa tempat perindukan buatan manusia
seperti bak mandi, pot bunga, dan tempat penampungan air. Seekor nyamuk betina dapat

meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Setelah kira-kira 2 hari,
telur menetas menjadi larva lalu terjadi pengelupasan kulit sebanyak 4 kali, tumbuh
menjadi pupa akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari telur menjadi dewasa
memerlukan waktu kira-kira 9 hari (Gandahusada dkk, 2000: 198-199).
4. Perilaku
Nyamuk Aedes aegypti jantan dan betina memiliki perilaku yang berbeda. Nyamuk
Aedes aegypti jantan menghisap cairan tanaman atau sari bunga untuk keperluan
hidupnya. Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia (antropolik) (Gandahusada dkk,
1997: 185). Nyamuk dewasa betina menghisap darah manusia pada siang hari, yang
dilakukan baik di dalam rumah ataupun di luar rumah. Aktivitas menggigit dilakukan dari
pagi sampai petang dengan dua puncak waktu yaitu pukul 8.00-12.00 dan pukul 15.0017.00. Aedes aegypti mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali (Sugito, 1990:
41). Darah digunakan untuk ovulasi (Brown, 1982: 421).

Anda mungkin juga menyukai