Anda di halaman 1dari 3

ASPEK PERPAJAKAN BADAN LAYANAN UMUM

Pasal
2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
menyebutkan bahwa pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) termasuk dalam ruang lingkup
pengelolaan Perbendaharaan Negara. Menurut UU Nomor 1 Tahun 2004, BLU didefinisikan
sebagai instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum. Dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah tersebut disebutkan bahwa Badan
Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan
penerapan praktik bisnis yang sehat.
Dasar Hukum BLU
UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;
PP No. 23/2005 tentang PK BLU;
PMK No. 07/PMK.02/2006 tentang Persyaratan Adm Dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan
Satker Instansi Pem. untuk Menerapkan PK BLU;
PMK No. 08/PMK.02/2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa pada BLU;
PMK No. 09/PMK.02/2006 tentang Pembentukan Dewas pada BLU;
PMK No. 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola,
Dewas, dan Pengawai BLU;
PMK No. 66/PMK.02/2006 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, dan
Perubahan RBA, serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran BLU
Kriteria BLU
a.
Bukan kekayaan negara/daerah yang dipisahkan, sebagai satuan kerja instansi
pemerintah;
b.
Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi;
c.
Berperan sebagai agen dari menteri/pimpinan lembaga induknya:
Kedua belah pihak menandatangani kontrak kinerja,
Menteri/pimpinan lembaga bertanggungjawab atas kebijakan layanan yang hendak
dihasilkan,
BLU bertanggungjawab untuk menyajikan layanan yang diminta.
Karakteristik BLU
a.
Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan kekayaan negara yang dipisahkan);
b.
Menghasilkan barang/jasa yang seluruhnya/sebagian dijual kepada publik;
c.
Tidak bertujuan mencari keuntungan;
d.
Dikelola secara otonom dengan prinsip efisien dan produktivitas ala korporasi;
e.
Rencana kerja/anggaran dan pertanggungjawaban dikonsolidasikan pada instansi
induk;
f.
Pendapatan dan sumbangan dapat digunakan langsung;
g.
Pegawai dapat terdiri dari PNS dan non-PNS; dan

h.

Bukan sebagai subjek pajak.

Asas-asas BLU
Asas BLU adalah sebagai berikut:
a. BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk
tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang
didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan.
b. BLU
merupakan
bagian
perangkat
pencapaian
tujuan
kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari
kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk.
c. Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan
kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya kepada BLU dari segi
manfaat layanan yang dihasilkan.
d. Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh Menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota.
e. BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan.
f. Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja dan BLU disusun dan
disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana kerja dan anggaran serta
laporan keuangan dan kinerja kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.
g. BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.
Pengelolaan Keuangan BLU
Pola pengelolaan keuangan BLU adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan
fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah 23
Tahun 2005, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada
umumnya.
Yang dimaksud praktik bisnis yang sehat, adalah proses penyelenggaraan fungsi
organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian
layanan yang bermutu dan berkesinambungan.
Institusi yang dapat menerapkan PK BLU adalah instansi yang langsung memberikan
layanan kepada masyarakat (organic view) dan memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan
administratif.
Instansi pemerintah yang melakukan pembinaan terhadap pola pengelolaan keuangan
BLU adalah Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Ditjen
Perbendaharaan.
Bagaimana aspek perpajakan bagi BLU ?
Bagian ini diawali dengan pertanyaan:
1. Bagaimana status subjek perpajakan sebuah BLU?
2. Apa saja kewajiban perpajakan bagi sebuah BLU?
Menurut pasal 2 UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh) ayat (3)
huruf b, disebutkan bahwa subjek pajak adalah badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria :
a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Pembiayaan bersumber dari APBN/APBD;
c. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat / Pemerintah Daerah; dan
d. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

BLU merupakan badan pemerintah yang memenuhi keempat kriteria di atas, sehingga
BLU bukan merupakan subjek pajak penghasilan berdasarkan UU PPh. Oleh karena BLU bukan
merupakan subjek pajak penghasilan maka BLU tidak memiliki kewajiban PPh Pasal 25/29
sehingga tidak berkewajiban menyampaikan SPT Tahunan PPh serta menyetor angsuran PPh
Pasal 25. Berkaitan dengan PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU, apabila
suatu badan pemerintah sudah mendapat penetapan sebagai BLU, karena seluruh
penerimaan dan pembelanjaan masuk APBN/APD, maka BLU tersebut bukan merupakan
subyek pajak sehingga tidak memiliki kewajiban membayar PPh Badan (pasal 25 dan PPh 29).
Namun demikian BLU tetap memiliki kewajiban sebagai pemotong PPh pasal 21, 23, 26, dan
pasal 4 ayat (2) berkaitan dengan aktivitas pembayaran gaji, honor, jasa, sewa, dll kepada
karyawan dan pihak ketiga (Withholding tax).
PPh Pasal 21/26
PPh Pasal 26 adalah Pajak Penghasilan atas deviden, bunga termasuk premium,
diskonto, premi swap dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang, royalti,
sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, imbalan sehubungan
dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan,hadiah dan penghargaan, pensiun dan pembayaran
berkala lainnya.
PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 adalah Pajak Penghasilan yang dipungut Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22
berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang.
PPh Pasal 23/26
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak atas penghasilan dengan nama dan dalam
bentuk apa pun yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan
selain yang telah dipotong PPh Pasal 21
PPh Pasal 4 ayat (2)
BLU memungut PPh Pasal 4 ayat (2) atau yang biasa disebut Pajak Penghasilan dengan tarif
khusus yang bersifat final dan tidak final, antara lain :
a) Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan persewaan tanah
dan/atau bangunan
b) Penghasilan atas penghasilan dari jasa konstruksi dan hadiah undian
Pajak Pertambahan Nilai
Sebagaimana kita ketahui bahwa PPN adalah pajak objektif dimana pengenaannya
memperhatikan pada objeknya yaitu penyerahan BKP dan/atau JKP (pasal 4 ayat (1) UU PPN).
Namun sesuai Pasal 4A ayat 3 huruf m, disebutkan bahwa jenis jasa yang tidak dikenai Pajak
Pertambahan Nilai adalah seperti jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka
menjalankan pemerintahan secara umum. BLU adalah badan pemerintah yang
menyelenggarakan kegiatan umum pemerintahan seperti pelayanan di bidang kesehatan,
pendidikan, dan lain-lain. Merujuk pada pasal 4A UU PPN tersebut, jasa yang diselenggarakan
BLU termasuk jasa yang dikecualikan sebagai Jasa Kena Pajak, sehingga BLU tidak
berkewajiban mengukuhkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak yang wajib meungut pajak
keluaran atas setiap jasa yang diserahkan. Namun BLU yang dipersamakan sebagai
bendaharawan pemerintah dan pemungut PPN tetap wajib menyampaikan SPT Masa PPN
PUT.

Anda mungkin juga menyukai