Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan tau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.
Epidemiologi
Diare
masih
menjadi
masalah
kesehatan
masyarakat
di
negara
besar
episode
diare
terjadi
pada
tahun
pertama
Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare)
Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo bacter,yersinia, aeromonas,
dan sebagainya
Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain
Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia lamblia,
tricomonas hominis dan jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis Media Akut),
tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya (sering terjadi
pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Lain-lain
a. Imunodefisiensi
b. Gangguan psikologis (cemas dan takut)
c. Faktor-faktor langsung:
KKP (Kurang Kalori Protein)
Kesehatan pribadi dan lingkungan
Sosioekonomi
Dua puluh tahun yang lalu, baru sekitar 10 20% penyebab diare diketahui, tapi
dengan kemajuan teknologi di bidang laboratorium saat ini lebih dari 80% penyebab diare
3
telah diketahui. Beberapa penyebab diare akut yang telah terbukti menimbulkan diare pada
manusia adalah :
Golongan Bakteri
1. Aeromonas hidrophilia
2. Bacillus cereus
3. Campylobacter jejuni
4. Clostridium difficle
5. Clostridium perfringens
6. Escherchia coli
7. Salmonella spp
8. Shigella spp
9. Staphylococcus aureus
10. Vibrio cholera
Golongan Virus
1. Adenovirus
2. Rotavirus
3. Virus Norwalk (27mm)
4. Astrovirus
5. Calicivirus
6. Coronavirus
7. Mnirotavirus
8. Virus bulat kecil
Golongan Parasit
1. Balantidium coli
2. Capillaria philippinensis
3. Cryptosporidium
4. Entamoeba histolytica
5. Giardia lamblia
6. Strongyloides stercoralis
7. Trichuris trichiura
4
8. Candida spp
9. Sarcocystis suihominis
10. Isospora belli
11. Faciolopsis buski
Dari sekian etologi diatas hanya beberapa yang akan diuraikan yang merupakan
penyebab utama dari diare.
Eschercia coli meyebabkan sekitar 25% diare di negara berkembang. Ada beberapa
E.coli
penyebab
diare,
yaitu
ETEC
(Enterotoxigenic
Eschercia
coli),
EPEC
dana anak usia 6 24 bulan. Diare biasanya cair, disertai muntah dan panas. Karena
Rotavirus sering menyebabkan kerusakan jonjot usus halus, sering kali disertai juga
intoleransi laktosa, namun tidak berat. Morfologi usus akan kembali normal setelah 2-3
minggu.
Entamoeba histolytica, tersebar diseluruh dunia.Insidenya rendah dan sering terjadi
overdiagnosis sehingga pengobatanya berlebihan. Insiden pembawa kista pada anak (carrier),
sekitar 5% saja, tetapi sebagian besar (90%) asimtomatik dan hanya sebagian kecil (10%)
menjadi sakit. Diare biasanya berlendir darah, dikenal dengan nama disentri amoeba. Gejala
mencolok adalah tenesmus. Penularan biasanya melalui makanan atau air yang tercemar.
Terkenal dengan ulkus yang mengaung dan menyebabkan abses hati.
Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osmotik,
sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
-
Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus
akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat
yang akan menarik cairan.
Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi cAMP dan cGMP
yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.
Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol
otonomik, misal pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi usus serta
hipertiroid.
Mekanisme Diare
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses
absorbsi atau sekresi. Terdapat beberapa pemabagian diare :
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan :
6
a. Absrobsi
b. Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi
non-infeksi
c. diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi
infeksi
Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa mekanisme
yang saling tumpang tindih. Menurut mekanisme diare makan dikenal :
Diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di
kolon lebih besar daripada kapasitas absorpsi. Diare dapat terjadi akibat
kelianan di usus halus, mengakibatkan absopsi menurun atau sekresi yang
bertambah. Apabila fungsi usus halus normal, diare dapat terjadi akibat
absopsi di kolon menurun atau sekresi yang bertambah.
1. Gangguan absopsi atau diare osmotik
Secara umum terjadi penurunan fungsi absorpsi oleh berbagai sebab
seperti celiac sprue atau karena mengkonsumsi magnesium hidroksida atau
defisiensi sukrase-isomaltase, adanya defisiensi laktase pada anak yang
lebih besar. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan
intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertonis
dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmose
antara lumen usus dan darah
bersifat permeabe, air akan mengalir ke arah lumen jejunum, sehingga air
akan banak terkumpul di dalam lumen usus. Na akan mengikut masuk ke
dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang
7
besar dengan kadar Na yang nomal. Sebagian kecil cairan ini akan diabsopsi
kembali, tetapi lainnya akan tetap tinggal di lumen oleh karena adanya
bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa, sukrosa, laktosa,
maltosa di segmen ileum dam melebihi kemampuan absopsi kolon sehingga
terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dari jus buah, atau bahan
yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlebihan akan memberikan
dampak yang sama.
2. Gangguan sekresi atau diare sekretorik
a. Hiperplasia kripta : adanya hiperplasia kripta akibat penyakit
apapun, dapat menyebabkan sekresi intestinal dan diare. Pada
umumnya penyakit ini dapat menyebabkan atrofi vili.
b. Luminal secretagoues : Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi
lumen yaitu enterotoksin bakteri dan bahan kimia yang dapat
menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk dihydroxy,
serta asam lemak rantai panjang. Toksin penyebab bakteri ini
terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel
cAMP, cGMP, atau Ca++ yang selanjutkan akan mengaktifkan protein
kinase. Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilasi
membran protein sehingga mengakibatkan perubahan saluran ion,
akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Di sisi lain terjadi peningkatan
pompa natrium, dan natrium masuk kedalam lumen usus bersama Cl -.
Bahan laksatif dapat menyebabkan bervariasi efek pada aktivitas
NaK-ATPase. Beberapa diantaranya memacu peningkatan kadar cAMP
intraseluler, meningkatkan permeabilitas intestinal dan sebagian
menyebabkan kerusakan sel mukosa. Beberapa obat menyebabkan
sekresi intestinal. Penyakit malabsopsi seperti reseksi ileum dan
penyakit
Crohn
dapat
menyebabkan
kelainan
sekresi
seperti
hormon
seperti
VIP.
Pada
orang
dewasa,
diare
Sedangkan
manifestasi
sistemik
bervariasi
tergantung
dari
penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung
sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit
ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga eningkat bila ada
panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan
hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena
dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila
tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma
dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hiperatremik) atau
dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi,
dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat.
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau
9
Rotaviru
Shigella
klinik
Masa
17-72
24-48
tunas
jam
jam
Panas
Mual
sering
Salmonel ETEC
EIEC
Kolera
la
6-72 jam
6-72 jam
++
++
++
jarang
sering
Sering
Tenesmu Kramp
muntah
Nyeri
perut
Nyeri
dan s
dan
dan
kramp
kolik
kramp
>7 hari
3-7 hari
2-3 hari
Variasi
3 hari
kepala
Lamanya 5-7 hari
sakit
10
Volume
sedang
sedikit
sedikit
banyak
sedikit
Banyak
Frekuens
5-
>10x/ha
Sering
Sering
Sering
Terumener
10x/hari
ri
konsiste
Cair
lembek
lembek
Cair
lembek
Cair
Darah
sering
kadang
Bau
langu
busuk
tidak
Amis khas
Warna
Kuning-
Merah-
kehijaua
Tak
Merah-
Seperti air
hijau
hijau
berwarna
hijau
cucian
us
nsi
beras
Leukosit
Lain-lain
anoreksi
kejang
sepsis
meteoris
Infeksi
mus
sistemik
Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama
diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada tidaknya
lendir
dan
darah.
Bila
disertai
muntah,
tanyakan
volume
dan
denyut
jantung
dan
pernapasan
serta
tekanan
darah.
Tinja :
Pemeriksaan Makroskopik : pemeriksaa makroskopik tinja
12
perlu
dilakukan
pada
semua
penderita
dengan
diare
watery
disebabkan
dan
oleh
tanpa
mukus
enterotoksin
atau
virus,
darah
biasanya
protozoa,
atau
bakteri
yang
menghasilkan
sitotoksin,
bakteri
pada
infeksi
dengan
Salmonella,
Giardia,
adanya
lekosit
dapat
memberikan
informasi
S. Typhii
yang
menyebabkan
diare
umunya
tidak
13
ditemukan
pada
tinja
cair
sedangkan
kista
membantu
untuk
menemukan
kista
amuba.
uremic
Syndrome,
diare
dengan
tinja
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air. Klasifikasi tingkat
dehidrasi anak dengan diare yaitu :
Simptoms
Minimal
Kesadaran
berat
kehilangan BB >9%
BB kehilangan BB 3-
<3%
9%
Baik
Normal,
lelah, Apatis,
letargi,
gelisah, iritable
tidak sadar
Normal-
Takikardi,
meningkat
bradikardia
pada
kasus berat
Kualitas nadi
Normal
Normal-melemah
Lemah,
kecil,tidak
teraba
Pernafasan
Normal
Normal-cepat
Dalam
Mata
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Berkurang
Tidak ada
Kering
Sangat kering
Cubitan kulit
Segera kembali
CRT
Normal
Memanjang
Memanjang,
minimal
Extremitas
Hangat
Dingin
Dingin,
mottled,
sianotik
BAK
Normal
Berkurang
Minimal
Keadan umum
Baik, sadar
*gelisah,rewel
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
15
Air mata
Ada
Minum
Tidak ada
kering
Kering
Sangat kering
biasa *haus,
tidak haus
ingin *malas
minum banyak
atau
minum
tidak
bisa
minum
Turgor kulit
Kembali cepat
*Kembali lambat
*kembali
sangat
lambat
Hasil
Tanpa dehidrasi
pemeriksaan
Dehidrasi
sedang,
ringan/ Dehidrasi
bila
berat
atau
Rencana
Rencana terapi C
A
Tabel Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995
2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)
Metabolik asidosis terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga
benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal.
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intraselular.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan, pernapasan
bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan kuszmaull.Pernapasan ini merupakan
homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk mempertahankan pH darah.
3. Hipoglikemia
16
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering
terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg%
pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut berupa: lemas, apatis, peka
rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok, kejang sampai koma.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya
penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena :
a.
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya akan
bertambah berat.
b.
c.
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
berupa rejatan (shock) hipovolemik.Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia
dan asidosis bertambah berat.Kemudian dapat mengakibatkan perdarahan di otak yang
menimbulkan turunnya kesadaran (soporokomatusa) dan bila tidak segera ditangani penderita
dapat meninggal.
Pengobatan Diare
Prinsip penatalaksanaan penderita diare adalah:
a. Mencegah terjadinya diare
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah terjadinya
dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak
dengan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajun, kuah sayur, air sup, air teh. Bila
tidak memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan, berikan air matang. Jangan
diberikan cairan yang osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu manis sepeti soft drink.
b. Mengobati dehidrasi
17
Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderit harus segera dibawa ke petugas
kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu
dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan cairan intravena
dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.
c. Pemberian ASI / makanan
Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan. 8
d. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih dari 90 macam
enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya, termasuk enzim superoksida
dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi untuk metabolisme radikal bebas superoksida
sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh berkurang. Pada proses inflamasi, kadar
radikal bebas superoksida meningkat, sehingga dapat merusak berbagai jenis jaringan
termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al, 2006).
Zinc yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat seorang anak
menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti zinc yang hilang dalam proses
kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga kesehatannya di bulan-bulan mendatang.
Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc untuk terapi diare
karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah hari lamanya seorang anak
menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan penyakit tersebut, serta menurunkan
kemungkinan anak kembali mengalami diare 2-3 bulan berikutnya.
Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat bermanfaat untuk
membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari, walaupun diarenya
sudah sembuh. 11 Sayangnya suplemen Zinc ini belum banyak beredar di apotek di Indonesia. Di
beberapa RS besar di Indonesia telah menggunakan suplemen Zinc dalam bentuk suspensi untuk
penatalaksanaan diare akut.
Unit Kerja Koordinasi Gastrohepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009), dengan
mengkaji berbagai kepustakaan yang berkaitan dengan penggunaan Zinc dan Cairan Rehidrasi
18
Oral pada penderita diare, maka disimpulkan bahwa pemberian Zinc dan Cairan Rehidrasi Oral
Hipoosmolar pada anak dengan diare memenuhi 'Level of Evidence' I (satu) dengan derajat
rekomendasi A.
Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :
Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg) sekali sehari selama
sepuluh hari berturut-turut.
Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari selama
sepuluh hari berturut-turut.
Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI dalam sendok
teh.
Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit/LGG
Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah berhenti sebelum 10
hari)
Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan lagi tablet
zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa kali hingga satu
dosis penuh.
Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap berikan tablet zinc
segera setelah anak dapat minum atau makan.
e. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau jamur yang
tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang bila diberikan sesuai
indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi kesehatan
dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna sehingga
seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel
usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk
pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme
lain, speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika
yang tidak rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan travellerss diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut pada
anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk
pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare,
dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1-2 kali. Kemungkinan
mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen
19
usus, produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah
adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa
usus dan imunno modulasi.
Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering digunakan sebagai
suplemen.Golongan yang paling banyak digunakan adalah Lactic Acid Bacteria (LAB).
Golongan LAB dapat mengubah gula dan karbohidrat menjadi asam laktat, yang berfungsi
menurunkan kadar pH saluran gastrointestinal, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri
patogen. Contoh strain golongan LAB adalah Lactobacillus dan Bifidobacterium.
Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff, pada
awal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak dilakukan untuk menguji
kemanfaatannya pada populasi anak.Produk komersial yang mengandung probiotik sebagai
suplemen banyak tersedia di pasaran.Kemanfaatan probiotik terutama banyak dilihat dari aspek
pencegahan dan terapi penyakit, terutama penyakit alergi dan infeksi.
Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang paling banyak
dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik.Secara teoritis, probiotik dapat mengurangi
keparahan diare melalui efek kompetisi dengan patogen, imunomodulator, meningkatkan sekresi
IgA mukosa usus, dan mengurangi kejadian intoleransi laktosa.
Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut. Meta-analisis yang
dilakukan oleh Szajewska et al
mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat dibandingkan plasebo (95% CI) dengan level of
evidence 1a. Efektivitasnya terutama lebih baik pada mereka dengan etiologi rotavirus, yang
merupakan penyebab terbanyak diare akut pada anak.
f. Pemberian Antibiotik
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena
pada umumnya sembuh sendiri (self limiting).Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil
penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah
virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis
oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang
menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare
dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat dan
loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth,
20
gangguan absorpsi dan sirkulasi.Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:
Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau Erytromycin 12,5 mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau Ceftriaxone 50-100
mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus berat),
Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5 hari
tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
g. Mengobati masalah lain
Obat-obatan anti diare dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak dengan diare.
Anti diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti mengenai diare yang berdaya guna,
sehingga penggunaan anti diare hanya menimbulkan beban biaya.
h. Pemberian nasehat
Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa anaknya
kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut:
21
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH
PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
22
RENCANA TERAPI C
UNTUK DEHIDRASI BERAT
Ikuti arah anak panah , bila jawaban dari pertanyaan ya , teruskan ke kanan bila tidak,
teruskan kebawah.
2.9.
pentingnya meneruskan pemberian makanan penuh selama diare dan membantu usaha mereka
untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci utama tatalaksana gizi diare yang benar:
Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak lanjutnya.
Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi diperbolehkan
sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di berikan untuk menambah larutan
oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di terima bila timbul dehidrasi maka pemberian susu
harus di hentikan selama rehidrasi untuk 4-6 jam dan kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak
bila anak berumur 4 bulan atau lebih sudah bisa menerima makanan lunak, makanan ini harus di
teruskan. Bayi umur 6 bulan atau lebih harus mulai di berikan makanan lunak bila belum pernah
di beri. Bila timbul dehidrasi makanan ini harus di hentikan 4 6 jan untuk rehidrasi untuk
kemudian di lanjutkan lagi. Paling tidak separuh makanan diet harus berasal dari makanan porsi
kecil tetapi sering (6 kali atau lebih) dan mereka harus di bujuk untuk makan.
Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan kebaikan dalam
penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali sehari selama 5 hari
dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam mengurangi frekuensi, serta durasi penyakit
diare. Probiotik dipercaya dapat mengurangi lama waktu kesakitan, dengan meningkatkan respon
imun, memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi penting dalam antimikroba dan
menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka penguranga dari frekuensi defekasi secara
drastis dalam <3 hari terdapat pada kelompok yang memeperoleh probiotik dengan kelompok
kontrol. Konsistensi faeces yang lebih padat dan durasi yang lebih pendek pada kelompok
probiotik. Rata-rata lama durasi diare juga mengalami hasil yang signifikan pada kelompok
probiotik.
Pencegahan Diare
Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral dan pemberian
makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi dehidrasi, kekurangan gizi dan resiko
kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk mengurangi insidensi diare, yaitu intervensi
yang selain mengurangi penyebaran mikroorganisme penyebab diare juga meningkatkan
resistensi anak terhadap infeksi kuman ini.
24
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak, kebanyakan
meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada bayi, kebersihan
perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih, pembuangan tinja yang aman dan
imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi, yaitu:
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan
5. Penggunaan jamban
6. Pembuangan tinja bayi yang aman
7. Imunisasi campak.
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik,
termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, penggunaan jas panjang
bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan yang terinfeksi.
Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan enteropatogen dan cara-cara
mengurangi penularan.
Kejang Demam Komplek
25