I.
pembuatan sesuatu yang disepakati dengan kriteria tertentu dalam tempo (tanggungan), sedang
pembayarannya disegerakan. Dalam PSAK No. 103, salam adalah akad jual beli barang pesanan
(muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan
pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat
tertentu. Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi pembelian suatu barang (biasanya
barang hasil pertanian) yang memerlukan waktu untuk memproduksinya. Salam paralel
merupakan jual beli barang yang melibatkan dua transaksi salam, dalam hal ini transaksi salam
pertama dilakukan dilakukan antara nasabah dengan bank, sedang transaksi salam kedua
dilakukan antara bank dengan petani atau pemasok. Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah
adanya jaminan memperoleh barang dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia
membutuhkan dengan harga yang disepakatinya di awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah
diperolehnya dana untuk melakukan aktivitas produksi dan memenuhi sebagian kebutuhan
hidupnya.
II.
AKUNTANSI SALAM
Kedua transakstor disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan
memilih yang optimal seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa dan lain yang sejenis.
Adapun untuk transaksi dengan anak kecil, dapat dilakukan dengan izin dan pantauan dari
walinya.
Terkait dengan penjual, fatwa DSN No. 05/DSN-MUI/IV/2000 mengharuskan agar penjual
menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah
disepakati.
Penjual diperbolehkan menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan
syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan dan ia tidak boleh menuntut
tambahan harga.
b. Objek Salam
DSN dalam fatwanya menyatakan bahwa ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi oleh
barang yang diperjualbelikan dalam transaksi salam. Ketentuan tersebut antara lain:
1. harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai utang
2. harus dapat dijelaskan spesifikasinya
3. penyerahannya dilakukan kemudian
4. waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan
5. pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6. tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan
c. Ijab Kabul
Merupakan pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak dengan cara penawaran
dari penjual dan penerimaan yang dinyatakan oleh pembeli.
Terkait dengan alat pembayaran, DSN mensyaratkan alat bayar harus diketahui jumlah
dan bentuknya. Alat bayar bisa berupa uang, barang atau manfaat. Pembayaran harus dilakukan
pada saat kontrak disepakati.Pembayaran itu sendiri tidak boleh dalam bentuk pembebasan
utang.
Rukun Transaksi Salam Paralel
Berdasarkan fatwa DSN No. 5 tahun 2000, disebutkan bahwa akad salam kedua (antara
bank sebagai pembeli dengan petani sebagai penjual) harus dilakukan terpisah dari akad pertama.
AKUNTANSI SALAM
Adapun akad kedua baru dilakukan setelah akad pertama sah. Rukun-rukun yang terdapat pada
akad salam pertama juga berlaku pada akad salam kedua.
Pengawasan Syariah Transaksi Salam dan Salam Paralel
a. memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam;
b. memastikan bahwa pembayaran atas barang salam kepada pemasok telah dilakukan diawal
kontrak secara tunai sebesar akad salam;
c. meneliti bahwa akad salam telah sesuai dengan fatwa DSN-MUI tentang salam dan peraturan
Bank Indonesia yang berlaku;
d. meneliti kejelasan akad salam yang dilakukan dalam format salam paralel atau akad salam
biasa;
e. meneliti bahwa keuntungan bank syariah atas praktik salam paralel diperoleh dari selisih
antara harga beli dari pemasok dengan harga jual kepada nasabah/pembeli akhir.
xxx
-
xxx
AKUNTANSI SALAM
Jika modal salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai
wajar dan nilai tercatat aset nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian
pada saat penyerahan modal usaha tersebut.
Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat:
Piutang Salam
xxx
Kerugian
xxx
xxx
xxx
Keuntungan
xxx
-
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
b. nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nilai yang tercantum
dalam akad; maka barang pesanan yang diterima diukur dengan nilai wajar pada saat
diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian.
xxx
Kerugian Salam
xxx
Piutang Salam
xxx
Penyajian
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam.
b. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya
dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam
AKUNTANSI SALAM
c. Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya
perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat
direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
Pengungkapan, pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan:
a. besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara
bersama-sama dengan pihak lain;
b. jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c. pengungkapan lain sesuai dengan PSAK N0. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
Akuntansi untuk Penjual
Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam
Pengukuran kewajiban salam sebesar jumlah yang diterima.
Jika modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima:
Kas
xxx
Utang Salam
xxx
Jika modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar
Aset Non Kas
Utang Salam
xxx
xxx
xxx
-
xxx
Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban salam.
Pengungkapan, penjual dalam transaksi salam:
a. piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan istimewa;
b. jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c. pengungkapan lain sesuai dengan PSAK N0. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.