Anda di halaman 1dari 3

FILSAFAT ISLAM DAN PENDIDIKAN

A. Sistem filsafat dalam islam


Diantara ciri khusus sitem filsafat dalam islam adalah penggunaan Al-Quran sebagai
sumber filsafat dan pembimbing bagi kegiatan berfilsafat. Dalam Al-Quran bertebaran ayat-ayat
yang memerintah, mendorong dan membimbing umat islam. Semua sitem kefilsafatan yang
menjadi pokok pengkajian dengan melalui pemikiran yang mendalam, teliti dan bebas selalu
berkisar pada masalah yaitu, ontologi, epistemologi, dan axiologi. Antologi adalah teori tentang
ada yaitu tentang apa yang dipikirkan yang menjadi objek filsafat. Epistemologi adalah teori
pengetahuan yaitu membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan yaitu
memmbahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin diketahui
atau yang dipikirkan. Axiologi adalah teori tentang nilai, yang membahas tentang nilai, manfaat
atau fungsi sesuatu yang diketahui tersebut dalam hubungannya dengan keseluruhan apa yang
telah diketahui tersebut.
Filsafat islam juga mengandung ketiga unsur tersebut. Perbedaan natara filsafat pada
umumnya dengan filsafat islam adalah pada pandangannya yang sarwa islami. Kalau filsafat
pada umumnya sudah sampai pada kesimpulan antologi tentang adanya sebab pertama (Causa
Prima) dari adanya segala sesuatu, apa dan bagaimana adanya causa prima tersebut filsafat tidak
dapat memberikan jawaban yang pasti. Islam menegaskan bahwa causa prima adalah yang
menciptakan dan mengembangkan alam. Dalam ontologi islam Ia adalah sebagai wajib al wujud.
Karena alam tergantung pada tuhan yang dalam islam adalah Allah maka alam bersifat islami
(tunduk, patuh taat) kepadanya.
Secara konkret dan praktis, kegiatan berfilsafat dalam dunia islam bermula dan nampak
dalam sistem pengambilan kebijaksanaan dengan jalan ijtihad, yaitu usaha untuk mendapat
kebenaran dan kebijaksanaan dengan menggunakan segenap daya akal pikiran dan potensipotensi manusiawi lainnya. Sistem ijtihat inilah yang merupakan dasar-dasrar epistemologi
dalam filsafat islam, yang kemudian dalam perkembangannya menimbulkan berbagai macam
aliran pemikiran falsafati dalam dunia islam.
Tumbuh dan berkembngnya alam pikiran falsafati dalam islam disebabkan beberapa
faktor oleh M.M. Syarif:
1. Sumber islam yang asli dan murni.
2. Bersumber dari budaya dan pemikiran bangsa-bangsa yang kemudian masuk islam.
3. Bahan terjemahan dari bahasa asing.
Dalam sistem filsafat pada umumnya, pembahasan tentang tuhan dengan sifat-sifatnya disebut
Theologia. Theologia dalam filsafat islam mempunyai ciri yang khas, karena dalam filsafat islam
ada dua sumber kebenaran, yaitu wahyu (dalil nakli) dan akal pikiran (dalil akli).
Ahli kalam terbagi dua aliran besar:
1. Aliran mutazilah, berpendapat bahwa wahyu dan akal sama-sama sumber marifat
(pengetahuan).
2. Aliran Asyariyah, berpendapat bahwa sumber pokok pengetahuan adalah wahyu dan
akal sebagai alat untuk memaklumi atau mengetahui saja. Aliran ini menolak pendapat
aliran Mutazilah yang menyatakan bahwa akal dapat mengetahui yang baik dan buruk.
Menurut pandangan Mutazilah iman adalah amal, ,tidak ada iman tanpa adanya amal,
sedangkan menurut aliran Asyariyah aman adalah pembenaran dalam hati yang disempurnakan
dengan lisan dan perbuatan.

Pemikiran filsafati dalam tasawuf islam


Ajaran tasawuf pada pandangan filsafat bahwa alam adalah merupakan pancaran tuhan
dan puncak pancaran tersebut adalah manusia. Manusia sebagai puncak pancaran berada di alam
ini dan akan kembali menuju ke kesatuan wujud dengan tuhan. untuk mencapai kesempurnaan
kesatuan dengan tuhan manusia harus melalui tingkatan-tingkatan yaitu:
1. Syariat, pada tingkatan ini sufi harus melakukan syariat sebagaimana manusia lainnya,
tterikat pada perintah dan larangan sebagaimana diatur dalam syariat islam.
2. Tharikat, seorang sufi harus menuju jalan yaitu meninggalkan ikatan keduniaan dalam
hidupnya, dan menghiasi dengan akhlak terpuji dan mengosongkan diri dari sifat tercela.
3. Hakikat, seorang sufi dalam kehidupan sehari-harinya tidak terikat dengan dengan hal
yang bersifat keduniaan.
4. Marifat, tangga terakhir dimana ia tahu dan melihat Allah dalam segala hal.
Pemikiran falsafati di kalangan fugaha
Dalam perkembangannya islam dan syariat islam berhadapan dengan ruang dan waktu
yang berubah. Maka berkembanglaj sistem ijtihad sebagaimana yang dirumuskan dalam ilmu
usul fiqh. Pada garis besar ahli fiqh dapat dikelompokan ke dalam dua golongan:
1. Golongan ahlu al hadis yang dalam menghadapi masalah fiqh berpegang teguh pada
hadis dan sunah nabi.
2. Golongan ahlu al rayu yang dalam menghadapi masalah fiqh berpegang pada hasil
pemikiran, pemikiran dan pemahaman serta perenungan yang mendalam terhadap hakikat
dan ruh al syariah.
Dalam sejarah perkembangannya, fiqh dengan ilmu usul fiqihnya, pernah mengalami masa
jayanya pada zaman imam mazhab. Kemudian datang masa dimana fiqh mengalami ketinggalan
dari perkembangan dan perubahan zaman sehingga kehilangan fungsinya sebagai pedoman hidup
dan kehidupan manusia dalam menghadapi problemanya yang nyata. Fiqh hanya ada dalam
sejarah, dalam teori dan andai-andai yang jauh dari praktek kehidupan. Keadaan fiqh yang
demikian pada hakikatnya bertentangan dengan ruh, hakikat serta watak dari hukum (syariat)
islam sendiri
Pemikiran falsafati dalam pengembangan ilmu pengetahuan
Daftar sederet ilmu pengetahuan yang dikembangkan sebagai hasil perkembangan
pemikiran dan iliah di kalangan kaum muslimin yang kemudian secara beransur berpindah ke
dunia barat sebagai berikut:
1. Bidang matematika: teori bilangan, aljabar, geometri analit, trigonometri
2. Bidang fisika: mekanika, optika
3. Bidang kimia: Alkimia
4. Bidang astronomi: mekanika benda langit
5. Bidang geologi: geodesi, mineralogi, meteorologi
6. Bidang biologi: phisiologi, anatomi, botani, zoologi, embriologi, pathologi
7. Bidang sosial: politik
Dalam segi metodologi ilmiah ternyata bahwa ahli ilmu pengetahuan dan filosof kaum
muslimin adalah merupakan perintis-perintisnya. Pola berpikir rasional dalam dunia ilmu
pengetahuan, berasal dari filosof islam. Demikian pula metode empiris bahkan eksperimental
pun sudah dikenal dan dikembangkan di dunia ilmu pengetahuan di masa jayanya perkembangan
islam.

2.

Pendidikan dan filsafat islam


Pendidikan itu adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya
meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu memikul tanggung jawab
moril dari segala perbuatannya. Ternyata pendidikan adalah urusan manusia (dewasa) untuk
memanusiakan manusia. Pengertian dewasa biasa diartikan sebagai mampu melaksanakan fungsi
dan tugas hidupnya secara bertanggung jawab.
Dalam Al Mujam al Wasith terdapat penjelasan sebagai berikut mendidiknya, berarti
menumbuhkan potensi jasmaniah, akliah (akal) serta akhlak (budi pekertinya). Dalam Al Quran
ditegaskan bahwa Allah adalah pendidik bagi semesta alam dan juga pendidik bagi manusia.
Dalam statusnya sebagai khalifah, manusia hidup di alam mendapat kuasa dari Allah untuk
mewakili dan sekaligus sebagai pelaksana dari peran dan fungsi Allah di alam. Peran dan fungsi
utamanya adalah sebagai rabb al alam, yaitu mendidik dalam arti mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan alam (termasuk manusia sebagai bagian dari alam).
Secara umum Allah telah mendidik dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan
alam, tersirat dari arti surat 87 (Al-Ala) bagian awalnya, yang menyatakan bahwa manusia agar
tetap memelihara kesucian asma (pelajaran yang diajarkan) tuhan (pendidik) yang maha tinggi.
Di antara tugas kekhalifahan adalah mengembangkan potensi pembawaan tersebut di alam,
dalam kehidupan nyata. Manusia diberi petunjuk oleh Allah. Petunjuk tersebut berupa aturanaturan atau batasan atau hukum yang diciptakan oleh tuhan, baik yang tersurat dalam wahyu (AlQuran) maupun yang tersirat di alam (sunatullah). Jadi pendidikan dalam filsafat islam berarti
mengembanngkan potensi manusiawi menurut dibawah pengaruh hukum-hukum Allah baik
AlQuran maupun sunattullah.
3.

Filsafat pendidikan islam


Menurut konsep pendidikan dalam islam bahwa hakikatnya manusia sebagai khalifah
Allah di alam, manusia mempunyai potensi untuk memahami, menyadari dan merencanakan
pemecahan problema hidup dan kehidupannya sendiri. Dengan kata lain islam menghendaki agar
manusia melaksanakan pendidikan diri sendiri secara bertanggung jawab agar tetap berada dalam
kehidupan yang islami, kehidupan yang selamat, sejahtera, sentosa yang diridoi tuhan.
Filsafat pendidikan islam dapat diartikan sebagai studi tentang pandangan filosofis dari
sistem dan aliran filsafat dalam islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim dan umat islam.
Disamping itu filsafat pendidikan islam juga merupakan studi tentang penggunaan dan
penerapan metode dan sistem filsafat islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat
islam dan selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan
umat islam.
Filsafat pendidikan islam mempunyai dua corak:
1. Filsafat tradisional adalah filsafat sebagaimana adanya, sistematika, jenis sarta alirannya
sebagaimana dijumpai dalam sejarah. Jika diajukan pertanyaan maka jawaban yang
diperlukan ada dan melekat pada masing-masing jenis dan aliran tersebut.
2. Filsafat kritis, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat disusun dan dilepaskan dari
ikatan waktu (historis) dan usaha mencari jawab yang diperlukan dapat memobilisasikan
berbagai aliran yang ada, dan dicari masing aliran, diambilnya dari jenis masalah yang
bersangkutan dengan aliran yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai