Anda di halaman 1dari 49

Perombakan Zat Warna Tekstil

dengan Bantuan Mikroorganisme


Dezard Syah Rahman
Kevin Sapoetra
Vanissa Rindita

Jurnal yang Diambil


Jurnal 1: Deodorasi Limbah Lateks Pekat dan
Dekolorisasi Zat Pewarna Tekstil dengan Formula
Omphalina sp.
Oleh: Reza Nuru Aziziah (Biokimia, IPB, 2008)
Jurnal 2: Studi Perombakan Zat Warna Tekstil
Remazol Red RB Secara Aerob Menggunakan
Enterobacter Aerogenes yang Diisolasi dari
Lumpur Limbah Tekstil
Oleh: I Dewa Ketut Sastrawaidana (Universitas
Ganesha, Pendidikan Kimia, 2011)

Outline

Pendahuluan
Metode
Hsil + Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka

Pendahuluan

Pakaian

Penduduk:
237.641.326
Pabrik Tekstil:
2415

Dok.pribadi

http://www.kemenperin.go.id/direktori-perusahaan?what=tekstil&prov=0&hal=49
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=1

http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Tekstil/teks07.gif

http://statik.tempo.co/?id=280047&width=620

Kenapa zat warna berbahaya?


Menurut Montano (2007):
1. Sifat toksik
2. Menghambat penetrasi sinar matahari
terganggu fotosintesis pasokan oksigen
berkurang bakteri anaerob dapat tumbuh
menghasilkan H2S (pembusukan)

Menurut Yoo (2000) ada 2 keunggulan utama


dalam penanganan limbah tekstil dengan
menggunakan mikroorganisme:
1. Diyakini merupakan cara yang efektif, murah,
dan ramah lingkungan.
2. Bakteri menggunakan zat warna sebagai
sumber karbon untuk metabolisme energi
dan pertumbuhannya.

Daftar bakteri anaerob yang dapat mendegradasi zat


warna tekstil
Sphingomonas sp. BN6 (Russ et al. 2000)
Rhizobium Radiobacter MTCC 8161 (Telke et al.
2008).
Daftar bakteri aerob yang dapat mendegradasi zat
warna tekstil
Bacillus cereus, Bacillus subtilis, Staphylococcus
aureus, Escherichia coli (Ajibola et al. 2005; Mona
and Yusef 2008)
Enterobacter agglomerans (Moutaouakkil et al.
2003)
Pseudomonas sp., Bacillus sp., Halomonas sp.,
Micrococcus sp. (Padmavathy et al. 2003)

Kelemahan Bakteri aerob


Zat warna akan sulit mengalami perombakan
Kelemahan Bakteri anaerob
Terjadinya biotransformasi zat warna azo
menjadi senyawa yang lebih sederhana yaitu
amina aromatik yang bersifat lebih toksik dari
zat warna azo awalnya

Jurnal 1
MH: Jamur Putih Lapuk (Omphalina sp.)
Polutan: Carbon Black

Jurnal 2
MH: Enterobacter Aerogenes
Polutan: Remazol Red RB

Bakteri menggunakan glukosa (kosubstrat)


sebagai katalase untuk perombakan.
Glukosa mengalamai glikolisis dengan bantuan
enzim dehidrogenase lalu menghasilkan
Nikotinamida Adenin Dinukkleotida (NADH).
NADH berperan sebagai pembawa elektron
yang vital dalam perombakan zat warna

Menurut Awaluddin (2011)


Jamur mempunyai kemampuan untuk
transformasi, yaitu merubah dari bahan kimia
berbahaya pada limbah menjadi bentuk yang
kurang atau tidak berbahaya

Metode Penelitian + Pembahasan

Jurnal 1: Deodorasi Limbah Lateks


Pekat dan Dekolorisasi Zat Pewarna
Tekstil dengan Formula Omphalina
sp.
Oleh: Reza Nuru Aziziah (Biokimia,
IPB, 2008

Metode
1. Pembuatan media Omphalina sp dan
inokulasi ke dalam media.
2. Pembuatan berbagai formula Omphalina sp.
3. Penentuan formula Omphalina sp Terbaik

1. Pembuatan media Omphalina.sp


dan Inokulasi ke dalam media

Tiga jenis media yang digunakan yaitu PDA atau


Potato Dextrose Agar, sekam, dan beras.
Media sekam dalam baglog dimasukkan ke
dalam plastik tahan panas yang diberi sumbat
dan paralon serta diikat dengan karet
gelang/baglog yang disterilisasi.
Omphalina sp dari stok diinokulasi ke media PDA
dan media PDB.
Omphalina sp pada media beras dikeringkan lalu
ditumbuk sampai menjadi serbuk.

2. Pembuatan Formula Omphalina. sp


Jenis formula pada Omphalina sp...
A : Omphalina sp MB (Media Beras)+arang sekam
B : Omphalina sp MB+gambut
C : Omphalina sp MB+gambut+zeolit granule
D : Omphalina sp media sekam (MS) +arang sekam (1:9)
E : Omphalina sp MS+arang sekam (2:8)
F : Omphalina sp MB+Zeolit
G : Ompalina sp MB+kaolin
H : Omphalina sp MS + zeolit
I : Omphalina sp MS+zeolit+gambut

3. Penentuan Formula Omphalina sp


Terbaik.
Dengan uji dekolorisasi, deodorisasi, dan
pengukuran COD tahap pertama dengan
penambahan formula dengan metode batch.

Uji dekolorisasi dengan mencampurkan


wantex, air dengan perbandingan 1 : 1000,
diencerkan dengan mencampurkan 10 ml stok
1000 ppm dengan 90 ml air menjadi 100 ppm,
diaerasi, dibiarkan hingga pengukuran
absorban 18-42 jam. Kemampuan dekolorisasi
: melihat penurunan absorban dengan
hilangnya warna hitam dengan perlakuan
duplo.

Penentuan Kemampuan Deodorisasi dan Dekolorisasi


Menggunakan Metode Batch Berulang

Memompakan larutan agar larutan tersebut


dapat melewati formula secara terus menerus
Larutan diukur intensitas warna
Larutan mencapai tingkat warna yang
diinginkan larutan diganti dengan yang baru
Hingga formula dianggap tidak efektif, metode
dihentikan.

Penentuan Kemampuan Deodorisasi dan


Dekolorisasi Menggunakan Metode Kontinyu
Dilakukan dengan mengalirkan larutan pada
formula yang telah dimobilisasi dalam suatu
bak dengan kecepatan alir yang sudah
ditentukan hingga kemampuan dekolorisasi
atau deodorisasinya berkurang
Larutan yang sudah keluar dari bak diukur
penurunan intensitas warnanya.

Hasil dan Pembahasan


Menentukan Formula Terbaik
Dekolorisasi Batch Berulang
Dekolorisasi Kontinyu

Menentukan Formula
Hampir semua formula Omphalina sp. dapat
mendekolorisasi warna hitam menjadi abuabu keperakan.
Formula B (beras dan gambut)kekuningan
Paling besar formula G56,81%

Dekolorisasi enzimatikjamur
Dekolorisasi non-enzimatikformula

Dekolorisasi Batch Berulang


Batch pertamaabsorbansi turun 55%
Terus menurun sampai hari keenam
Faktor penurunan:
Masa hidup
Aktivitas enzim
Perubahan kondisi lingkungan

Hasil Metode Batch Berulang

Dekolorisasi Kontinyu
Laju alir wanteks 0,4 mL/menit.
Hanya mampu bertahan optimumnya 10 hari.
Faktor masa hidupsuhu.

Tabel Hasil Metode Kontinyu

Jurnal 2: Studi Perombakan Zat Warna Tekstil


Remazol Red RB Secara Aerob Menggunakan
Enterobacter Aerogenes yang Diisolasi dari
Lumpur Limbah Tekstil
Oleh: I Dewa Ketut Sastrawaidana (Universitas
Ganesha, Pendidikan Kimia, 2011)

Cara Kerja
1. Efisiensi perombakan remazol red RB
menggunakan bakteri enterobacter
aerogenes di berbagai kondisi lingkungan
2. Perombakan pada variasi pH
3. Perombakan pada variasi lama waktu
inkubasi.

Efisiensi perombakan remazol red RB menggunakan


bakteri enterobacter aerogenes di berbagai kondisi
lingkungan

Ditentukan oleh kondisi lingkungan.


Faktor lingkungan : pH, konsentrasi zat warna,
dan lama waktu inkubasi.
Semua alat yang digunakan sebelumnya
disterelisasi terlebih dahulu.

Perombakan pada variasi pH


Memasukan suspensi bakteri ke dalam erlenmeyer yang berisi
media cair dan zat warna remazol red RB
Campuran diatur pada pH dengan menambahkan larutan HCl dan
ditambahkan buffer fosfat pH 6
Campuran dalam erlenmeyer ditutup rapat dan diinkubasi pada
suhu ruangan selama 5 hari sambil diaduk menggunakan shaker
Setelah 5 hari carian disentrifugasi pada 4000 rpm selama 30 menit
Supernatan disaring dengan kertas whatman
Diukur absorbansi dengan spektofotometer UV Vis 520 nm
Perlakuan variasi pH 7, 8, 9, 10, 11
Untuk setiap perlakuan dilakukan pengulangan 3x

Perombakan pada variasi konsentrasi


zat warna
Suspensi dimasukkan ke erlemeyer yang terdapat media cair dan
remazol red RB 25mg/L
Diatur pada pH optimum yang diperoleh dari perlakuan dan
perombakan pada variasi pH
Diinkubasi pada suhu ruangan selama 5 hari sambil dikocok dengan
shaker
Cairan disentrifugasi pada 4000 rpm selama 30 menit
Supernatan disaring dengan kertas whatman kemudian diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis 520 nm
Perombakan zat warna remazol red RB pada perlakuan konsentrasi
50, 75, dan 100.
Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali.
Kontrol dibuat dengan cara yang sama tanpa penambahan suspensi.

Perombakan pada variasi lama waktu


inkubasi.
Suspensi dimasukan kedalam erlenmeyer, yang sudah
terdapat media dan remazol red RB dengan konsentrasi
optimum
Campuran diatur pada pH optimum
Diinkubasi pada suhu ruangan selama satu hari sambil
dikocok dengan shaker
Disentrifugasi pada 4000 rpm selama 30 menit
Disaring dengan kertas whaman kemudian diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis 520 nm.
Dilakukan perombakan pada variasi lama waktu inkubasi
2,3,4,5,6,7,8, dan 10 hari.
Perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.

Hasil dan Pembahasan


Faktor lingkungan yang dikaji:
pH.
konsentrasi zat warna.
lama waktu inkubasi.

proses perombakan 50 mg/L zat warna


remazol red5 hari inkubasi

Hasil dan Pembahasan


Faktor lingkungan yang dikaji:
pH.
konsentrasi zat warna.
lama waktu inkubasi.

proses perombakan 50 mg/L zat warna


remazol red5 hari inkubasi

pH
kisaran pH optimum 7-8 dengan efisiensi
perombakan berkisar 78,82 sampai 80,12%.
variasi kondisi pH penyebabnya perubahan
aktivitas pertumbuhan bakteri.
pertumbuhan bakteri menyebabkan efisiensi
perombakan menjadi rendah.

Konsentrasi
Enterobacter aerogenes pH 7konsentrasi 75
mg/Lefisiensi 81,97%.
konsentrasi rendahaktivitas perombakan
cepat.

Waktu Inkubasi
efisiensi perombakan tertinggi pada kondisi
pH 7-8.
konsentrasi zat warna remazol red RB 75
mg/L.
waktu inkubasi 7 hari dengan efisiensi
perombakan sebesar 87,90%.

Perbandingan dengan UV-Vis

Kesimpulan
Pendegradasian zat warna pada limbah tekstil
dapat dilkakukan dengan bantuan
mikroorganisme.
Enterobacter Memiliki persentase
pendegradasian mencapai 87.90% untuk zat
warna Remazol Red RB.
Omphalina sp. Dengan formula ter-optimum
(G) yaitu sekam dan kaolin dapat
mendegradasi 56.81% Carbon Black

Daftar Pustaka
Awaluddin R, Darah S, Ibrahim CD, Uyub AM. 2001.
Decolorization of commercially available synthetic dyes
by the white rot fungus Phanerochaete
chrysosporium. J Fungi and Bactery 62:55-63.
Ajibola, V. O., S. J. Oney, C. E. Odeh, T. Olugbodi, and U.
G. Umeh, 2005, Biodegradation of Indigo Containing
Textile Effluent Using Some Strains of Bacteria, Appl
Sci. 5(5) : 853-855
Montano, J. G., 2007, Combination of Advanced
Oxidation Processes and Biological Treatments for
Commercial Reactive Azo Dyes Removal, Thesis,
Universitat Autonoma de Barcelona, Bellaterra

Mona E. M., Mabrouk, and H. Yusef, 2008,


Decolorization of Fast Red by Bacillus Subtilis HM, Appl
Sci Res, 4(3) : 262-269
Moutaouakkil, A., Y. Zeroual, F. Z. Dzayri, M. Talbi, K.
Lee, and M. Blaghen, 2003, Bacterial Decolorization of
The Azo Methyl Red by Enterobacter agglomerans,
Annal Microbiol, 53 : 161-169
Padmavathy, S., S. Sandhya, K. Swaminathan, Y. V.
Subrahmanyam,T. Chakrabarti, and S. N. Kaul, 2003,
Aerobic Decolorization of Reactive Azo Dyes in
Presence of Various Cosubstrates, Chem Biochem Eng,.
17 (2) : 147151
Russ, R., J. Rau, and A. Stolz. 2000, The Function of
Cytoplasmic Flavin Reductases in The Reduction of Azo
Dyes by Bacteria, Appl Environ Microbiol, 66 (4) :
1429-1434

Statistik Data Industri di indonesia. 2013.


http://www.kemenperin.go.id/direktoriperusahaan?what=tekstil&prov=0&hal=49
Statistik Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2010.
2011.http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?ka
t=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=1
Telke, A., D. Kalyani, J. Jadhav., and S. Govindwar,
2008, Kinetics and Mechanism of Reactive Red
141 Degradation by a Bacterial Isolat Rhizobium
Radiobacter MTCC 8161, Acta Chim Slov, 55 : 320329
Yoo, E. S. 2000, Biological and Chemical
Mechanisms of Reductive Decolorization of Azo
Dyes, Dissertation, Genehmigte Berlin

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai