Anda di halaman 1dari 10

Presentasi Kasus Bedah Anak

SEORANG ANAK LAKI LAKI USIA 9 TAHUN DENGAN


HIPOSPADIA TIPE PENILE POST CHORDECTOMY

Disusun Oleh:
Hafidz Nur Ichwan
G99132003

Residen

Pembimbing:

dr. Wahid Gufron

dr. Suwardi, Sp.B, Sp.BA

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2014

BAB I
STATUS PASIEN

A. ANAMNESIS
I. Identitas Pasien
Nama

: An. IM

Umur

: 9 tahun

Jenis kelamin

: Laki laki

Agama

: Islam

Alamat

: Boyolali, Jawa tengah

Tanggal Masuk

: 22 Oktober 2014

Tanggal Periksa

: 3 November 2014

No. RM

: 01234204

II. Keluhan Utama


BAK keluar dari bagian bawah alat kelamin

III. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan BAK yang keluar dari bagian bawah
alat kelamin. Keluhan sudah dirasakan sejak lahir hingga sekarang. Keluhan
dirasakan terus menerus disertai adanya perubahan bentuk alat kelamin. BAK
pasien mengucur dari bagian bawah (+), BAK darah (-), nyeri saat BAK (-),
BAK menetes (-).

IV. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat mondok (+)
-

21 Desember 2013 untuk ligasi tinggi, orchidopexy dextra dan


chordectomy

V. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir dari ibu usia 22 tahun G1P0A0 secara spontan dengan
pertolongan bidan.
Usia kehamilan

: Cukup bulan (37 minggu)

Berat badan lahir

: 2800 gram

Panjang badan lahir

: 48 cm

Usia ibu saat melahirkan

: 22 tahun

VII. Riwayat Kehamilan dan Prenasi


Riwayat ANC

: rutin

Riwayat sakit saat hamil

: disangkal

Riwayat konsumsi jamu saat hamil

: disangkal

VIII. Riwayat Imunisasi


Pasien telah 5 kali mendapatkan imunisasi, yaitu Hepatitis B, DPT, BCG,
Polio dan Varicella sesuai jadwal puskesmas.

B. PEMERIKSAAN FISIK
a.Keadaan umum : compos mentis, pasien tampak baik, gizi kesan baik
BB

: 30 kg

TB

: 125 cm

b. Vital sign

: 37.0 C per aksilar

: 100 kali per menit, regular, simetris, isi dan tegangan


cukup

RR

: 22 x/menit

SO2

: 99%

b. Kepala

: mesocephal

c. Mata

: konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung (-/-)

d. Telinga

: sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri


tragus (-/-).

e. Hidung

: bentuk simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-), keluar


darah (-)

f. Mulut

: mukosa basah (+), sianosis (-), lidah kotor (-), jejas (-).

g. Leher

: pembesaran tiroid (-), pembesaran limfonodi (-).

h. Thorak

: bentuk normochest, ketertinggalan gerak (-), retraksi (-).

i. Jantung
Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak.

Palpasi

: ictus cordis tidak kuat angkat.

Perkusi

: batas jantung kesan tidak melebar.

Auskultasi

: bunyi jantung I-II intenstas normal, regular, bising


(-)

j. Pulmo
Inspeksi

: pengembangan dada kanan sama dengan kiri.

Palpasi

: fremitus raba kanan sama dengan kiri

Perkusi

: sonor/sonor.

Auskultasi

: suara dasar vesikuler (+/+) normal, suara tambahan


(-/-).

k. Abdomen
Inspeksi

: perut supel, dinding perut sejajar dinding dada.


darm contour (-), darm steifung (-)

Auskultasi

: bising usus (+) normal, metalic sound (-)

Perkusi

: hipertimpani

Palpasi

: hepar dan lien tidak teraba, massa (-), nyeri tekan


(-), defans muscular (-).

l. Genitourinaria

: OUE terletak pada bagian ventral proximal


batang penis, BAK mengucur pada bagian
bawah penis, Scar post op (+) bagian ventral
batang penis BAK darah (-), BAK nanah (-),
nyeri BAK (-).

Pemeriksaan Scrotum: Scar post op (+) dextra, teraba 2 buah testis


m. Muskuloskeletal

: nyeri pada anggota gerak (-) , kelemahan pada


anggota gerak (-), ROM terbatas pada anggota
gerak (-)

n. Ekstremitas
Akral dingin

Oedema

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. Pemeriksaan Laboratorium Darah (26 Oktober 2014) di RSUD Dr.Moewardi
Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Rujukan

Hemoglobin

11.5

g/dL

10,8-12,8

Hematokrit

33

35 43

Leukosit

6.6

Ribu/l

5,5 17,0

Trombosit

300

Ribu/l

150 450

Eritrosit

4.21

Juta/l

3,9 5,3

PT

13.1

Detik

10.0 15.0

APTT

29.9

Detik

20.0 40.0

INR

1.010

D. ASSESMENT
Hipospadia tipe penile post chordectomy

E. TERAPI

Pro Urethroplasty

F. PLANNING
Pro Urethroplasty

G. MONITORING
KUVS/SiO2/hari
BCD/8 jam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Hipospadia adalah kelainan congenital berupa muara uretra yang
terletak di ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis. Letak meatus
uretra bisa terletak pada glandular hingga perineal.1
Pada hipospadia tidak didapatkan preputium ventral sehingga
preputium dorsal menjadi berlebihan (dorsal hood) dan sering disertai dengan
chorde (penis angulasi ke ventral). 1 Chorde merupakan jaringan fibrosa yang
mengelilingi meatus dan membentang ke distal sampai basis glans penis
sehingga menyebabkan kondisi penis yang bengkok. Kondisi penis yang
bengkok menyebabkan kesulitan dalam fungsi reproduksi.2

B. ETIOLOGI
Kelainan pada hipospadia ini disebabkan oleh maskulinisasi yang
inkomplit dari genitalia karena involusi yang premature dari sel interstisial
dari testis. Beberapa faktor yang dianggap paling berpengaruh dalam
terjadinya hipospadia:
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone androgen
2. Genetik gagalnya sintesis hormone androgen
3. Lingkungan polutan dan zat teratogenik yang dapat menimbulkan
mutasi gen.2

C. GEJALA
Hipospadia ditandai oleh 3 macam kelainan yang dikenal dengan nama
Trias Hipospadia yaitu:
1. Muara saluran kencing ada di bagian bawah penis
2. Preputium bagian dorsal lebih panjang daripada bagian ventral
3. Adanya

chorde

(jaringan

fibrosa

pada

batang

penis)

menyebabkan penis terlihat bengkok saat ereksi


Hipospadia sering disertai dengan kelainan penyerta seperti:

yang

1. Undescensus testikulorum
2. Hidrokel
3. Mikropenis
4. Interseksualitas (bentuk kelamin seperti perempuan)

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan letak muara uretra setelah dilakukan koreksi
chorde, hipospadia dapat dibagi menjadi:
1. Hipospadia anterior
Hipospadia ini terdiri dari hipospadia glanular, hipospadia subkoronal,
dan penis distal
2. Hipospadia medius
Hipospadia ini terdiri dari midshaft dan penis proksimal
3. Hipospadia posterior
Hipospadia ini terdiri dari penoskrotal, scrotal, dan perineal

E. TERAPI
Tujuan fungsional operasi hipospadia adalah
1. Kosmetik penis sehingga fungsi miksi dan fungsi seksual normal
2. Penis dapat tumbuh dengan normal

Terapi yang dilakukan adalah:

1. Eksisi chordee (chodectomy) dan tunnelling dilakukan pada saat


anak berusia 1 - 2 tahun
Pada tahap ini, dilakukan operasi eksisi chordee dari muara
uretra sampai ke glans penis. Pada saat yang bersamaan dilakukan
operasi tunneling yaitu pembuatan uretra pada glans penis dan
muaranya. Penutupan luka operasi dan bahan pembuatan tunnelling
diambil dari preputium bagian dorsal dan kulit penis sehingga
hipospadia merupakan kontraindikasi absolut untuk dilakukannya
sirkumsisi.
2. Uretroplasti dilakukan 6 bulan setelah tahap eksisi chordee
Pada tahap ini dibuat insisi parallel pada setiap sisi uretra
sampai ke glands, lalu dibuat pipa dari kulit di bagian tengah ini untuk
membentuk uretra. Setelah uretra terbentuk, luka operasi ditutup
dengan flap dari kulit preputium di bagian lateral yang ditarik ke
ventral dan dipertemukan pada garis median.
Pada anak yang sudah lebih besar dengan penis yang sudah cukup
besar dan dengan kelainan hipospadia jenis yang distal, dapat dilakukan teknik
satu tahap (Horton dan Devine).2,3

F. KOMPLIKASI
Penyulit yang dapat terjadi setelah operasi hipospadia adalah fistula
uretrokutan, stenosis meatus uretra, striktur uretra, korde yang belum
terkoreksi sempurna, dan timbulnya divertikel uretra.1

DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo BB (2008). Dasar Dasar Urologi Edisi Kedua. Jakarta: CV
Sagung Seto. Pp: 152 153
2. Reksoprodjo S et all. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Bagian Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo.
3. Mansjoer Aet all (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua.
Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai