Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN OSTEOPOROSIS
Dosen Pembimbing
Hammad, S.Kep,.Ns,.M.Kep

Presented By
Diah Kartika Putri
M. Agung Arvianto
Siti Rohmi Datul Nuri

KONSEP DASAR PENYAKIT

Osteoporosis berasal dari kata


osteo dan porous, osteo artinya
tulang, dan porous berarti
berlubang-lubang atau keropos

Definisi

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi


penurunan masa tulang total. Terdapat perubahan
pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan
reabsorbsi tulang lebih besar dari kecepatan
pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa
tulang total. (Brunner dan Suddarth, 2001: 2335)

Osteoporosis adalah kondisi dimana


mekanisme multiple yang datang
bersamaan yang menyebabkan
kehilangan masa tulang dan kemunduran
struktur tulang. (Alson J. Black,dkk.,
2009: 2)

Lanjut

Menurut WHO pada International Consensus


Development Conference, di Roma Italia, 1992
Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat
khas berupa massa tulang yang rendah, disertai
perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan
kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya
menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan
tulang dengan risiko terjadinya patah tulang
(Suryati, 2006).

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bawa


osteoporosis adalah penyajit tulang metabolik
dimana terjadi penurunan masa tulang akibat
kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari
pembentukan tulang yang mengakibatkan tulang
rapuh.

Klasifikasi osteoporosis

Osteoporosis
Primer

Osteoporosis
Primer Tipe I

Osteoporosis
Sekunder

Osteoporosis
Tipe II

ETIOLOGI

a. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon


estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur
pengangkutan kalsium kedalam tulang
b. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan
kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara
kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru
(osteoblas).
c. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis
sekunder yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan.
Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan
hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obatobatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan hormon
tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan
merokok dapat memperburuk keadaan ini.
d. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan
dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal,
kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas
dari rapuhnya tulang

STADIUM OSTEOPOROSIS
a. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih
banyak dan lebih cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini
biasanya terjadi pada usia 30-35 tahun.
b. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang
mulai turun (osteopenia).
c. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun
hanya dengan sentuhan atau benturan ringan.
d. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat
akan timbul akibat patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak,
bahkan mengalami stres dan depresi

Faktor Resiko Osteoporosis


a. Usia
b.Jenis Kelamin
c. Ras
d. Riwayat keluarga
e. Indeks masa tubuh
f. Aktivitas fisik
g. Pil KB
h. Densitas tulang
i. Penggunaan kortikosteroid
j. Merokok
k. Konsumsi alkohol
l. Riwayat fraktur

PATOFISIOLOGI
Tulang terdiri atas sel dan matriks. Terdapat dua sel yang
penting pada pembentukan tulang yaitu osteoclas dan osteoblas.
Osteoblas berperan pada pembentukan tulang dan sebaliknya
osteoklas pada proses resorpsi tulang. Secara garis besar
patofisiologi osteoporosis berawal dari adanya masa puncak
tulang yang rendah disertai adanya penurunan massa tulang.
Masa puncak tulang yang rendah ini diduga berkaitan dengan
faktor genetik, sedangkan faktor yang menyebabkan penurunan
masa tulang adalah proses ketuaan, menopause, faktor lain
seperi obat obatan atau aktifitas fisik yang kurang serta faktor
genetik. Akibat masa puncak tulang yang rendah disertai adanya
penurunan masa tulang menyebabkan densitas tulang menurun
sehingga terjadi osteoporosis yang merupakan faktor resiko
terjadinya fraktur. Di dalam Tulang yang mengalami osteoporosis
akan ditemukan struktur padat dan rongga tulang berkurang.
Penipisan dinding luar tulang lebih nyata dan keadaan ini
meningkatkan resiko fraktur. Hilangnya massa tulang juga
tampak pada tulang berongga.

Manifestasi Klinis
a.Walaupun berlanjut secara membahayakan, osteoporosis
mungkin tidak berhubungan dengan berbagai gambaran klinis
kecuali jika patah tulang atau fraktur terjadi. Nyeri dan
deformitas biasanya menyertai patah tulang.
b.Osteoporosis merupakan faktor resiko yang signifikan
terjadi fraktur, yang terutama terjadi pada pergelangan
tangan, pinggul, dan tulang belakang. The National
Osteporosis Society (2008), menyatakan bahwa di Inggris
satu dari dua wanita dan satu dari lima pria diatas umur
lima tahun akan mengalami fraktur karena osteoporosis.
Fraktur osteoporosis diperkirakan meningkat dua kali lipat
pada 2040. (Rees dan Purdie, 2006 dalam Maggie Cooper
RGN, 2009: 26)
c.Dengan melemah dan kolapsnya korpus vertebta, tinggi
individu dapat berkurang atau terjadi kifosis (kadangkadang disebut dowagers hump).
d.Pada tahun 2004, U.S Surgeon General mengidentifikasi
fraktur trauma rendah sebagai kejadian sentinel yang
menunjukkan kesehatan tulang yang buruk yang harus
dianggap sebagai indikasi untuk skrining densitas tulang,
bahkan individu usia muda atau orang lain yang tidak
dianggap berisiko tinggi mengalami osteoporosis.

Lanjut

Kifosis manifestasi
Klinis dari
osteoporosis

Lokasi fraktur tersering pada


penderita osteoporosis

KOMPLIKASI
a. Fraktur pangkal paha, pergelangan tangan,
kolumna vertebralis, dan panggul.
b.Hospitalisasi, penempatan di nursing home dan
penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari dapat terjadi
setelah fraktur osteoporosis.

PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS

a.Asupan kalsium cukup


b.Paparan sinar
matahari
c. Olahraga
d.Hindari rokok dan
minuman beralkohol
e. Deteksi dini
osteoporosis

PENATAKSANAAN
Pemeriksaan laboratorium
a. Kadar serum (puasa) kalsium (Ca),
fosfat (PO4) dan fosfatase alkali
b. Bila ada indikasi, dianjurkan juga
untuk melakukan pemeriksaan
fungsi (rutin) tiroid, hati dan ginjal.
c. Pengukuran ekskresi kalsium urin
24 jam berguna untuk menentukan
pasien malabsorpsi kalsium (total
ekskresi 24 jam kurang dari 100 mg)
dan untuk pasien yang jumlah
ekskresi kalsium sangat tinggi (lebih
dari 250 mg/24 jam) yang bila
diberi suplemen kalsium atau
vitamin D atau metabolismenya
mungkin berbahaya.
d. Bila dari hasil klinis, darah dan urin
diduga adanya hiperparatiroidisme,
maka perlu diperiksa kadar hormon
paratiroid (PTH)

Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan densitometer
(Ultrasound)
Penilaian Osteoporosis dengan alat
densitometer :
a. Kondisi normal : Kepadatan tulang
(BMD) antara +1 sampai -1
b. Osteopenia : Kepadatan tulang
(BMD) antara - 1 sampai -2,5
c. Osteoporosis : Kepadatan tulang
(BMD) < -2,5.

PENGOBATAN
Beberapa jenis hormon dan obat yang dapat diberikan:
A. Hormonal
1.Estrogen (Pemberian estrogen saat ini masih pro dan kontra,
sehingga pemberiannya perlu berhati-hati dan harus diberikan
oleh ahlinya).
2.Kombinasi estrogen dan progesterone
3.Testosteron
4.Steroid anabolic
B. Non-hormonal
1.Kalsitonin
2.Bifosfonat
3.Kalsium
4.Vitamin D dan metabolismenya
5.Tiasid
6.Fitoestrogen (berasal dari tumbuhan:semangi, kedelai, kacang
tunggak).

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
a.Riwayat keperawatan. Dalam pengkajian riwayat
keperawatan, perawat perlu mengidentifikasi adanya:
1.Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,
dan pinggang.
2.Berat badan menurun.
3.Biasanya diatas 45 tahun.
4.Jenis kelamin sering pada wanita.
5.Pola latihan dan aktivitas.
6.Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D dan C, serta
kalsium).
7.Merokok, mengkonsumsi alkohol, dan kafein.
8.Adanya penyakit endokrin, yaitu diabetes mellitus,
hipertiroid, hiperparatiroid, sindrom Cushing, akromegali,
dan hipogonadisme.
(Suratun, dkk., 2008: 75)

Lanjut
b. Pemeriksaan fisik
1.Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat
nyeri tekan atau nyeri pergerakan.
2.Periksa mobilitas pasien..
3.Amati posisi pasien yang Nampak membungkuk.
(Suratun, dkk., 2008: 75)
c. Riwayat psikososial. Penyakit ini sering terjadi wanita.
Biasanya sering timbul kecemasan, takut melakukan
aktivitas, dan perubahan konsep diri. Perawat perlu
mengkaji masalah-masalah psikologis yang timbul akibat
proses penuaan dan efek penyakit yang menyertainya.
(Suratun, dkk., 2008: 75)

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
proses penyakit.
b. Gangguan konsep diri: perubahan citra tubuh dan
harga diri yang berhubungan dengan proses
penyakit.
c. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme
otot.
d. Resiko cedera (fraktur) berhubungan dengan tulang
osteoporosis.
e. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis
dan program terapi.
(Suratun, dkk., 2008: 76)

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN DAN


EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai