P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
KATA PENGANTAR
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010 merupakan kelanjutan dari Profil
tahun tahun sebelumnya, yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan
masyarakat di Kota Mojokerto sebagai hasil dari semua upaya dan kegiatan yang
telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Mojokerto dan jajarannya dalam rangka
Pembangunan Kesehatan di Kota Mojokerto.
Profil Kesehatan ini memuat data dan informasi terkait pencapaian indikator
pembangunan kesehatan melalui analisa derajat kesehatan, sumber daya
kesehatan serta upaya kesehatan di wilayah Kota Mojokerto.
Dengan segala keterbatasannya, diharapkan Profil Kesehatan ini dapat
dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan serta dapat
menggambarkan kondisi dan situasi kesehatan yang sebenarnya. Disamping itu
diharapkan juga Profil ini dapat dipergunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi
kinerja pelayanan kesehatan selama tahun 2010 serta dapat dipergunakan juga
sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan program dan kegiatan
di tahun mendatang.
Mojokerto,
Agustus 2011
Penyusun
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
SAMBUTAN
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA MOJOKERTO
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena pada akhirnya
buku Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010 dapat terselesaikan, meskipun
dengan berbagai tantangan selama proses pengumpulan data serta membutuhkan
jangka waktu yang cukup lama.
Disadari
sepenuhnya
bahwa
keterlambatan
ini
dikarenakan
proses
Ttd
Dra. CHRISTIANA INDAH WW, Apt MSi
Pembina Utama Muda
NIP. 19601113 198903 2 002
ii
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...............................................................................................
ii
Daftar Isi..........................................................................................................
Iii
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................
13
24
28
28
50
50
52
56
PENUTUP .....................................................................................
57
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
Lampiran
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010
iii
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Bab i
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pembangunan Nasional Bidang Kesehatan yang dilaksanakan di era
desentralisasi dewasa ini pada hakikatnya merupakan penyelenggaraan upaya
kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, dengan
upaya peningkatan kemampuan hidup sehat secara mandiri, peningkatan kualitas
sumber
daya
manusia
dan
pemerataan
jangkauan
pelayanan
kesehatan.
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
1.2
TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan Profil Kesehatan ini adalah sebagai berikut :
1. Tersedianya data dan informasi kesehatan dari hasil cakupan pelaksanaan
program kesehatan yang lengkap, akurat dan up to date yang telah dicapai
selama melaksanakan pembangunan kesehatan di Kota Mojokerto.
2. Tersedianya data sebagai dasar perencanaan, pengambilan keputusan,
pelaksanaan kegiatan/program untuk acuan kegiatan monitoring, pengendalian
dan evaluasi dari berbagai program kesehatan di Kota Mojokerto dalam rangka
untuk mencapai visi yang telah ditetapkan.
1.3
SISTEMATIKA PENYAJIAN
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini menjelaskan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan
sistematika dari penyajiannya.
Bab II Gambaran Umum
Pada bab ini menjelaskan tentang keadaan umum Kota Mojokerto, meliputi
keadaan letak geografi, administratif dan informasi umum lainnya, selain itu
juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan
faktor-faktor lainnya misal demografi/kependudukan, ekonomi, pendidikan,
sosial budaya dan lingkungan yang ada di wilayah Kota Mojokerto.
Bab III Situasi Derajat Kesehatan
Pada bab ini menjelaskan uraian tentang indikator mengenai angka kematian,
angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat Tahun 2010 di wilayah
Kota Mojokerto dalam rangka mencapai keberhasilan Visi Dinas Kesehatan
Kota Mojokerto sebagai ujung tombak pembangunan di bidang kesehatan
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
sebagai
masukan
arah
kebijakan
perencanaan
pembangunan
kesehatan pada tahun berikutnya dan berisi juga tentang saran yang
merupakan rekomendasi atau alternatif pemecahan dalam rangka mengatasi
masalah yang telah ditemukan selama melaksanakan pembangunan
kesehatan.
Lampiran
Berisi tabel-tabel yang digunakan sebagai dasar acuan pembuatan Profil
Kesehatan Kota Mojokerto yang memuat pencapaian program dan kegiatan
pembangunan kesehatan di wilayah Kota Mojokerto selama satu tahun, serta
dokumentasi kegiatan Dinas Kesehatan Kota Mojokerto selama tahun 2010.
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Bab ii
Gambaran umum kota mojokerto
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
sangat
strategis
dalam
mendukung
pengembangan
kegiatan
2.1.4
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
2.1.5 Iklim
Lokasi Kota Mojokerto berada di sekitar garis khatulistiwa, maka
seperti wilayah Propinsi Jawa Timur pada umumnya, Kota Mojokerto beriklim
tropis dan mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 jenis setiap tahunnya,
yaitu musim penghujan dan musim kemarau yang dalam setiap tahunnya
lama musim penghujan dan musim kemarau seimbang. Musim kemarau
berkisar antara Bulan Mei sampai September dan di Bulan Oktober sampai
April adalah musim hujan dengan curah hujan rata-rata di musim hujan
sebesar 177,57 mm.
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Bab iii
Situasi derajat kesehatan
3.1
MORTALITAS
Kejadian kematian di masyarakat seringkali digunakan sebagai indikator
dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan
kesehatan lainnya. Data kematian di masyarakat pada umumnya diperoleh melalui
survei karena sebagian besar kejadian kematian terjadi di rumah, sedangkan data
kematian yang ada di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan.
4.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat bayi lahir
sampai sebelum bayi berusia satu tahun. Dari sisi penyebabnya, kematian
bayi dapat dibedakan menjadi endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen
(kematian neonatal) adalah kematian yang terjadi pada bulan pertama setelah
bayi dilahirkan, umumnya disebabkan karena faktor bawaan. Sedangkan
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
kematian eksogen (kematian post neonatal) adalah kematian bayi yang terjadi
antara usia satu bulan sampai dengan satu tahun yang umumnya disebabkan
oleh faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Tiga penyebab utama kematian bayi menurut SKRT 1995 adalah
komplikasi perinatal (pertumbuhan janin lambat, kekurangan gizi pada janin,
kelahiran prematur, dan berat bayi lahir rendah), infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA), dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil 75%
terhadap kematian bayi.
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate adalah
banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000
kelahiran hidup. AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok yang paling rentan
terkena dampak dari suatu perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi.
Berdasarkan data yang dilaporkan pada Dinas Kesehatan Kota
Mojokerto, kondisi AKB Kota Mojokerto menunjukkan kenaikan dari 7,7 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2009 menjadi 11,6 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2010. Meskipun demikian, AKB Kota Mojokerto tahun 2010
masih lebih rendah jika dibandingkan dengan angka nasional yaitu 25,7 per
1.000 kelahiran hidup dan sudah memenuhi target MDGs untuk penurunan
AKB sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Selama tahun 2010 dilaporkan terjadi 1.896 kelahiran hidup. Dari
sekian banyak kelahiran, tercatat 13 kasus lahir mati (0,68 %), 22 kasus
kematian bayi, dan 1 kasus kematian balita dengan AKABA terlaporkan 0,5
per 1.000 kelahiran hidup.
Gambaran kecenderungan kasus lahir mati, kematian bayi, dan
kematian balita dapat diamati pada gambar berikut ini:
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Gambar III.1
Dari gambar diatas, dapat terlihat bahwa dari tahun 2004 - 2010, kasus
lahir mati, kematian bayi, dan kematian balita cenderung fluktuatif. Adapun
penyebab kematian bayi tersebut sangat beragam, antara lain BBLR, asfiksia,
trauma lahir, ISPA, infeksi, serta kelainan kongenital atau cacat bawaan.
Sedangkan untuk penyebab kematian balita tidak dapat dianalisis karena
belum tersedia datanya.
mengambil
keputusan
kontak
dengan
tenaga
kesehatan,
10
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Sedangkan empat terlalu adalah terlalu muda/tua usia ibu untuk memutuskan
untuk hamil, terlalu sering melahirkan, dan terlalu dekat jarak antara
kehamilan/persalinan satu dengan berikutnya.
Target MDGs untuk penurunan AKI sebesar 110 per 100.000 kelahiran
hidup di tahun 2015. Untuk Kota Mojokerto, pada tahun 2010 terdapat 2.005
sasaran ibu hamil. Dari sekian banyak sasaran tersebut, tercatat bahwa
angka kematian ibu di Kota Mojokerto telah berhasil ditekan menjadi 0 kasus.
Kasus kematian maternal yang terjadi dari tahun 2004 sampai 2010 dapat
dilihat pada gambar berikut.
Gambar III.2
11
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Gambar III.3
reproduksi,
terutama
pelayanan
kehamilan
dan
membuat
sistem
rujukan
dalam
penanganan
komplikasi kehamilan,
bertujuan
untuk
mengurangi
Angka
Kematian
Ibu
dan
12
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
3.2
MORBIDITAS
Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga menghadapi transisi
epidemiologi yang menyebabkan beban ganda. Di satu sisi kasus gizi kurang serta
penyakit-penyakit infeksi, baik re-emerging maupun new-emerging disease masih
tinggi, namun disisi lain penyakit degeneratif, gizi lebih dan gangguan kesehatan
13
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
akibat kecelakaan juga meningkat. Hal ini tentu akan sangat mempengaruhi tingkat
produktivitas dan pendapatan yang berujung pada kemiskinan.
Data kesakitan (morbiditas) diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya
berasal dari laporan rutin (SP2TP, SST, SPRS), profil kesehatan maupun laporan
hasil survei seperti SDKI, SKRT, SUSENAS serta sumber-sumber lain. Angka
kesakitan atau morbiditas di Kota Mojokerto diperoleh dari hasil pengumpulan data
dari Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, serta sarana pelayanan kesehatan yang ada
di wilayah Kota Mojokerto.
Tuberculosis
atau
TBC
disebabkan
oleh
kuman
tahun
2000,
Indonesia
telah
berhasil
mencapai
dan
14
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
terhadap obat anti TBC atau multiple drug resistent (MDR) yang dari segi
biaya dan waktu penanganan akan jauh lebih mahal dan lama serta
berefek samping lebih besar. WHO memperkirakan kasus MDR di
Indonesia sebesar 2% dari keseluruhan kasus TBC.
Pada tahun 2010, di Kota Mojokerto ditemukan 93 penderita TB
Paru BTA(+) baru atau 72,09% dari jumlah perkiraan penderita TB paru
yang ditargetkan. Dari jumlah 93 penderita tersebut, semuanya telah
mendapat penanganan, namun hanya 89 penderita yang dinyatakan
sembuh. Gambaran kasus TBC dalam lima tahun terakhir dapat diamati
pada gambar III.4 berikut.
Gambar III.4
b) HIV/AIDS
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010
15
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
16
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
c) ISPA
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) khususnya Pneumonia
masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi
dan balita. Hal ini merujuk pada hasil konferensi internasional mengenai
ISPA di Canberra Australia pada Juli 1997, yang mengemukakan empat
juta bayi dan balita di negara-negara berkembang meninggal tiap tahun
akibat ISPA dan jumlah ini merupakan 30% dari seluruh kematian yang
ada.
Hal ini juga tampak dari hasil SURKESNAS tahun 2001 yang
menunjukkan bahwa proporsi kematian bayi akibat ISPA masih 28%
artinya dari 100 balita yang meninggal, 28 diantaranya disebabkan oleh
penyakit ISPA. Hasil SURKESNAS tersebut juga menunjukkan bahwa
80% kasus kematian ISPA pada balita disebabkan Pneumonia.
Angka ini juga ditegaskan dengan hasil ekstrapolasi data survei
kesehatan rumah tangga pada tahun 2001 yang menunjukkan bahwa
Angka Kematian Balita akibat ISPA adalah 4,9/1.000 balita, yang artinya
sekitar 5 dari 1.000 balita meninggal setiap tahun akibat Pneumonia.
Di Indonesia, Pemberantasan Penyakit ISPA dimulai pada tahun
1984 bersamaan dengan dilancarkannya pada tingkat global oleh WHO.
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010
17
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Gambar III.6
18
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Gambar III.7
19
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Penurunan angka kejadian DBD ini tidak lepas dari peran serta
masyarakat Kota Mojokerto yang telah memiliki kesadaran dalam
menggalakkan Gerakan Jumat Berseri dan PSN 60 Menit melalui
Instruksi Walikota Mojokerto No. 1 Tahun 2006 tertanggal 20 Maret 2006.
Kader
Motivator Kesehatan
b) Diare
Menurut data WHO, diare adalah penyebab nomor satu kematian
balita di seluruh dunia. Sedangkan di Indonesia dinyatakan bahwa diare
adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA. Diperkirakan setiap
tahun, 100.000 balita Indonesia meninggal karena diare. Angka kesakitan
diare cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Angka kesakitan diare
secara nasional pada tahun 1996 tercatat sebesar 280 per 1000
penduduk. Pada tahun 2006 angka kesakitan ini meningkat menjadi 423
per 1.000 penduduk. Penyakit diare cukup sering menimbulkan Kejadian
Luar Biasa (KLB).
Pada tahun 2010 di Kota Mojokerto terdapat 6.442 kasus diare. Dari
keseluruhan kasus tersebut, 35,30% kasus terjadi pada balita. Data kasus
diare pada balita selama lima tahun berturut-turut yang terjadi di wilayah
Kota Mojokerto dapat diamati pada gambar berikut.
20
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Gambar III.8
Apabila dilihat dari jumlah pasien diare secara umum, jumlah kasus
diare selama enam tahun cenderung mengalami peningkatan, walau
sempat pada tahun 2007 mengalami penurunan. Demikian halnya dengan
kasus diare pada balita, tren garis mengalami kenaikan walaupun pada
tahun 2007 sempat menurun. Seluruh penderita balita dengan diare telah
tertangani 100% sesuai tatalaksana diare dengan Lima Langkah
Tuntaskan Diare (Lintas Diare). Kenaikan kasus diare ini perlu
diwaspadai, karena harus dapat dikorelasikan dengan perbaikan hygiene
sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat secara umum, penyakit diare
sangat berkaitan dengan kedua faktor tersebut.
merupakan
penyakit
menular
yang
cukup
sering
21
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terus meningkat, adalah
sebesar 72 pada tahun 2005, 86 pada tahun 2006 dan 114 pada tahun
2007 (Profil Kesehatan Indonesia 2007).
Gambar III.9
b) Difteri
Difteri merupakan penyakit yang sangat mudah menular dan
seringkali menjadi penyebab kematian pada anak anak. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae yang menyerang
saluran pernafasan bagian atas. Kasus dipteri di Jawa Timur cenderung
meningkat dari tahun ke tahun, namun tidak demikian di Kota Mojokerto.
22
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Dari tahun 2007 hingga tahun 2010, jumlah kasus yang ditemukan setiap
tahunnya hanya 1 kasus.
Meskipun hanya 1 kasus saja yang terjadi, namun penemuan
penyakit Dipteri tersebut mendapat perhatian serius, karena sifat
penyebaran penyakitnya yang sangat mudah menular dan mematikan.
Upaya pencegahan pun tetap terus dilakukan dengan pemberian vaksin
DPT+HB sebanyak 3 kali pada bayi. Di tahun 2010, cakupan DPT3 + HB3
di Kota Mojokerto mencapai 107,57% dari seluruh sasaran bayi.
e) Hepatitis B
Penyakit Hepatitis ada beberapa jenis, salah satunya adalah
Hepatitis B. Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis B (HBV) yang
dapat menyebabkan peradangan hati akut ataupun menahun, dan bila
tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan terjadinya sirosis hati
atau kanker hati. Di Kota Mojokerto, kasus Hepatitis B yang dilaporkan
dari tahun 2007 hingga 2010 tidak ditemukan satu pun kasus muncul.
23
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
3.3
STATUS GIZI
Keadaan gizi yang baik menjadi pra syarat utama dalam mewujudkan sumber
daya manusia yang sehat dan berkualitas. Masalah gizi terjadi di setiap siklus
kehidupan, mulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa, sampai usia
lanjut. Status gizi dapat diukur melalui beberapa indikator antara lain bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, maupun jumlah kecamatan
bebas rawan gizi.
3.3.1 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah
satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan
neonatal. BBLR dibedakan dalam dua kategori yaitu BBLR karena prematur
atau usia kandungan yang kurang dari 37 minggu dan BBLR karena
intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi
berat badannya kurang. BBLR karena IUGR umumnya disebabkan karena
status gizi ibu yang buruk atau menderita sakit yang dapat memperberat
kehamilan.
Di Kota Mojokerto pada tahun 2010, dari 1.896 bayi lahir hidup,
terdapat 53 bayi dengan BBLR (2,80%) yang keseluruhan bayi BBLR ini telah
mendapatkan penanganan. Kasus BBLR di Kota Mojokerto selama lima tahun
berturut-turut mulai tahun 2006 sampai 2010 dapat diamati pada gambar
berikut.
Gambar III.10
24
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Dari gambar tersebut terlihat adanya kenaikan jumlah bayi BBLR dari
tahun 2006 hingga tahun 2010. Kenaikan jumlah bayi BBLR tersebut
dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau adanya penyakit pada ibu yang
memperberat kehamilannya. Untuk menekan angka BBLR diperlukan
penanganan terpadu lintas program dan lintas sektor karena timbulnya
masalah penyakit dan status gizi berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat.
3.3.2 Pemantauan Gizi Balita
Salah satu cara mengetahui status gizi balita adalah dengan
menggunakan metode antropometri. Dalam metode antropometri, indeks
yang umum dipakai untuk Balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Dari data yang ada di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, pada tahun
2010 terdapat 9.130 balita. Dari jumlah tersebut, yang ditimbang di posyandu
sebesar 66,86% saja atau sebanyak 6.104 balita, yang naik berat badannya
sebanyak 4.021 balita (65,87%). Gambarannya dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar III.11
4000
3000
2000
1000
0
2006
2007
2008
2009
2010
Jumlah Balita
Ditimbang
6125
6603
6323
5983
6104
4173
4344
4227
4177
4021
25
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Dari diagram diatas, terlihat bahwa selama lima tahun terakhir jumlah
balita yang ditimbangkan di posyandu dan balita yang naik berat badannya
masih relatif stagnan. Adapun untuk balita yang berada dibawah garis merah
dan balita dengan gizi buruk datanya selama lima tahun terakhir dapat diamati
pada gambar berikut.
Gambar III.12
250
200
150
195
188
165
151
159
127
50
110
102
100
51
47
0
2006
2007
Balita BGM
2008
2009
2010
Dari grafik diatas ternyata selama lima tahun terakhir terlihat cenderung
fluktuatif baik pada jumlah balita yang berada di bawah garis merah maupun
pada balita dengan gizi buruk. Bahkan pada tahun 2010 jumlah balita gizi
buruk mengalami kenaikan hampir 2,3 kali lipat dibandingkan dengan tahun
2009.
Kondisi ini seharusnya menjadi catatan tersendiri terutama bagi
pemegang program baik di Puskesmas maupun ditingkat Kota untuk
melakukan upaya penanganan dan pencegahan, agar jumlah balita yang
berada di bawah garis merah tidak bertambah, apalagi sampai jatuh ke
tingkat gizi buruk dan perlu upaya pelaksanaan kegiatan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) yang diberikan baik PMT Penyuluhan atau PMT Pemulihan
secara optimal terutama pada balita maskin dan perlu ditingkatkan, baik oleh
26
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
27
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Bab iV
Situasi UPAYA KESEHATAN
4.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam pelayanan kesehatan dasar,
antara lain adalah pelayanan kesehatan ibu dan bayi, pelayanan kesehatan anak
balita dan pra sekolah, usia sekolah dan remaja, pelayanan keluarga berencana,
pelayanan imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi kesehatan, penyehatan
lingkungan,
pelayanan
kesehatan
pra-usia
lanjut
dan
usia
lanjut,
serta
K1
atau
disebut
juga
akses
pelayanan
ibu
hamil,
28
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Gambar IV.1
110
105
104.3
99.15
100
98.09
96.81
95
90
90.38
K1
96.84
94.38
91.62
91.37
K4
88.33
85
80
2006
2007
2008
2009
2010
29
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
103.56
102.29
100.64
99.19
97.96
2006
2007
2008
2009
2010
30
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Dari gambar diatas terlihat adanya kenaikan cakupan pada tahun 2010
setelah sebelumnya selama 4 tahun berturut-turut mengalami penurunan
persentase. Meskipun mengalami penurunan, cakupan pertolongan
persalinan selama 5 tahun tersebut telah melampaui target pencapaian
yang telah ditetapkan, baik target Kota, Propinsi maupun Nasional.
digunakan
untuk
memantau
kemampuan
dan
peran
serta
31
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Sementara
itu,
yang
dikategorikan
sebagai
neonatal
resiko
d) Kunjungan Neonatus
Neonatus adalah bayi yang berusia kurang dari 1 bulan (0 28 hari).
Pada masa tersebut bayi sangat rawan terkena resiko gangguan
kesehatan, sehingga untuk mengurangi resiko terjadinya gangguan
kesehatan pada bayi perlu dilakukan kunjungan neonatus (KN). Idealnya
kunjungan neonates dilakukan minimal 3 kali, yaitu 2 kali pada neonatus
usia 0 -7 hari (KN1) dan 1 kali pada usia 8 28 hari (KN2). Pelayanan
kesehatan neonatal dasar dimaksud meliputi ASI segera, pencegahan
infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 dan
imunisasi hepatitis B1, serta manajemen terpadu bayi muda. Angka yang
diperoleh dari kunjungan neonatus dapat digunakan untuk mengetahui
jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan neonatus. Data yang
diperoleh dari Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota
Mojokerto pada tahun 2010 cakupan KN lengkap mencapai 98,74% dari
jumlah 1.823 bayi. Untuk meningkatkan cakupan KN lengkap dibutuhkan
peran aktif tenaga kesehatan untuk melaksanakan kunjungan neonatus ke
rumah warga masyarakat yang mempunyai bayi.
32
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
e) Kunjungan Bayi
Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi umur 0 hari s/d 11 bulan
termasuk neonatus (umur 1-28 hari) di sarana pelayanan kesehatan
maupun di rumah, posyandu dan tempat lain dengan kunjungan petugas
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan paling sedikit 7 kali yaitu satu
kali pada umur 1-3 hari, 3-7 hari, 8-28 hari, 29 hari-3 bulan, 1 kali pada
umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11
bulan oleh dokter, bidan atau perawat yang memiliki kompetensi klinis
kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dimaksud meliputi pemberian
imunisasi dasar, stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang dan
penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini bermanfaat untuk
mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi
kesehatan bayi.
Data yang dimiliki di tingkat Kota Mojokerto menyebutkan pada tahun
2010 terdapat 1.823 sasaran bayi. Dari jumlah tersebut, yang melakukan
kunjungan sebanyak 1.778 bayi atau 97,53 %. Cakupan kunjungan bayi
selama lima tahun terakhir di Kota Mojokerto dapat diamati pada grafik IV.3
berikut.
Gambar IV.3
33
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
setiap
bulan
minimal
kali
dalam
setahun
dan
34
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
b) Pelayanan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) Anak Balita dan Pra
Sekolah
Anak balita dan pra sekolah adalah anak umur 1-4 tahun dan 5-6
tahun. Pelayanan kesehatan anak balita dan pra sekolah meliputi kegiatan
deteksi
dini
masalah
kesehatan
pertumbuhan
dengan
buku
anak
KIA/KMS,
dengan
MTBS,
pemantauan
monitoring
perkembangan,
35
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Undang-Undang
RI
Nomor
10
tahun
1992
tentang
kelahiran,
pembinaan
ketahanan
keluarga,
peningkatan
36
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Gambar IV.5
37
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
imunisasi
(PD3I).
Indikator
yang
digunakan
untuk
menilai
Gambar IV.6
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
2006
2007
Jumlah Kelurahan
2008
2009
2010
38
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Dari gambar diatas, terlihat bahwa capaian UCI untuk semua jenis
antigen di Kota Mojokerto telah tercapai 100% sejak tahun 2006. Pada tahun
ini pencapaian UCI telah memenuhi target Nasional SPM tahun 2010 yang
ditetapkan sebesar 100%.
menular
erat
hubungannya
dengan
kegiatan
surveillance
epidemiologi melalui upaya penemuan kasus maka penderita sejak dini yang
ditindak lanjuti dengan penanganan/tindak lanjut yang tepat. Selain
surveilance, kegiatan lain yang juga menunjang upaya pemberantasan
penyakit adalah pemberian imunisasi, peningkatan kualitas lingkungan serta
peningkatan peran serta masyarakat dalam rangka memutus mata rantai
penularan
penyakit
(Profil
Kesehatan
Indonesia,
2003).
Upaya
a) Pemberantasan TB Paru
Pemberantasan
penyakit
tuberculosis
paru
di
Kota
Mojokerto
39
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Gambar IV.7
Dari diagram diatas terlihat bahwa selama empat tahun terakhir tingkat
kesembuhan penderita TBC BTA (+) telah memenuhi target SPM yang
ditetapkan sebesar >85%, walaupun masih terlihat capaian cenderung
fluktuatif.
b) Pemberantasan DBD
Pemberantasan demam berdarah di Kota Mojokerto dilaksanakan
antara lain dengan pemberdayaan masyarakat untuk melaksanakan
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3 M
(Menguras, Mengubur dan Menutup) dan abatisasi selektif yang dalam
operasionalnya dibantu oleh juru pemantau jentik (Jumantik) yang
memantau kondisi kontainer-kontainer baik yang ada didalam maupun
diluar rumah untuk mengetahui angka bebas jentik di wilayah tersebut.
Selain itu juga dilakukan fogging atau pengasapan untuk membunuh
nyamuk dewasa.
Pada tahun 2010, jumlah kasus demam berdarah tercatat sebanyak 19
orang. Distribusi kasus terbanyak terjadi di wilayah kecamatan Magersari
sebanyak 12 kasus dan disusul kecamatan Prajurit Kulon sebanyak 7
kasus.
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010
40
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Adapun salah satu masalah gizi yang dihadapi Kota Mojokerto sampai
dengan saat ini adalah masalah gizi mikro seperti anemia gizi besi (AGB) dan
gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Untuk menanggulangi anemia
41
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
zat besi terutama pada ibu hamil, dilaksanakan program distribusi tablet Fe.
Hasilnya sampai dengan akhir tahun 2010 tercatat 1.787 (89,13%) ibu hamil
yang memperoleh 90 tablet Fe dari 2.005 sasaran ibu hamil. Hasil ini masih
belum dapat memenuhi target SPM Tahun 2010 sebesar 90%.
Selain masalah gizi diatas, masalah gizi lain yang masih perlu
mendapat perhatian di wilayah Kota Mojokerto adalah masalah gangguan
akibat kekurangan Yodium karena GAKY dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan fisik dan keterbelakangan mental. Gangguan pertumbuhan fisik
meliputi pembesaran kelenjar tiroid (gondok), kretin (kerdil), gangguan
motorik, bisu, tuli dan mata juling. Sedangkan keterbelakangan mental
termasuk berkurangnya tingkat kecerdasan anak (Wiyono, 1997).
Berdasarkan data yang bersumber dari Hasil Riskesdas Propinsi Jawa
Timur tahun 2007 Depkes RI, memperlihatkan persentase rumah tangga yang
mempunyai garam cukup iodium ( 30 ppm KIO3) menurut kabupaten, maka
di Kota Mojokerto hasil riset menunjukkan sebanyak 66,8% RT saja
mengkonsumsi
garam cukup Iodium. Hal ini masih jauh dari target Nasional maupun target
WHO Universal Salt Iodization (USI) atau Garam beriodium untuk semua
yaitu minimal 90% rumah tangga menggunakan garam cukup iodium.
Upaya penanggulangan GAKY yang telah dilakukan sampai dengan
saat ini diantaranya adalah dengan penggunaan garam beryodium dan
distribusi kapsul yodium bagi wanita usia subur. Berkaitan dengan
penggunaan garam beryodium, Kota Mojokerto pada tahun 2010 telah
dilakukan survei penggunaan garam beryodium, dari 978 keluarga yang
disurvei menunjukkan sejumlah 948 keluarga (96,93%) menggunakan garam
beryodium.
42
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
itu, banyak penyakit yang muncul pada saat ini disebabkan karena perilaku
yang tidak sehat. Perubahan perilaku tidak mudah untuk dilakukan akan
tetapi mutlak diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Untuk itu, upaya promosi kesehatan harus terus menerus dilakukan untuk
mendorong masyarakat agar berperilaku hidup bersih dan sehat.
Dari hasil survey PHBS tahun 2010, dari 210 rumah tangga yang
disurvey, yang termasuk dalam kategori ber-PHBS hanya sebanyak 84 rumah
tangga atau baru mencapai 40%. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat
sendiri dapat dimulai dari unit terkecil masyarakat yaitu rumah tangga.
PHBS di rumah tangga diartikan sebagai upaya untuk memberdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat. Pencapaian PHBS di rumah tangga dapat diukur dengan 10
indikator yaitu :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
Untuk beberapa indikator seperti kebiasaan mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun, makan buah dan sayur setiap hari, tidak merokok dalam
rumah dan aktivitas fisik tidak dapat ditampilkan karena tidak tersedianya
data.
Untuk
menggambarkan
keadaan
perilaku
masyarakat
yang
43
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
a) ASI Eksklusif
Definisi ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sejak lahir
sampai dengan usia 6 bulan. Data dari bidang Kesehatan Keluarga Dinas
Kesehatan Kota Mojokerto, diperoleh cakupan pemberian ASI eksklusif di
Kota Mojokerto pada tahun 2010 baru mencapai 46,19%. Hasil ini telah
meningkat dari capaian tahun lalu yang tercatat sebesar 34,91%.
Pencapaian ASI eksklusif dalam lima tahun terakhir tercatat tidak banyak
mengalami perubahan, yaitu berkisar pada angka 40%.
Kesulitan-kesulitan yang banyak ditemui dalam pemberian ASI
eksklusif diantaranya adalah :
1. Faktor Psikologis
Pada beberapa ibu yang baru melahirkan dapat timbul stress
akibat perubahan yang dialami dan muncul kekhawatiran tidak dapat
memberikan ASI yang justru malah menghambat produksi ASI.
2. Faktor Pemberi Pelayanan Persalinan
Beberapa institusi pelayanan kesehatan masih ada yang belum
menjalankan inisiasi menyusu dini dan cenderung mengedepankan
pemberian susu formula pada bayi yang baru lahir.
3. Faktor Ibu Bekerja
Tuntutan ekonomi saat ini menyebabkan banyak ibu harus bekerja
di luar rumah. Hal ini disertai perubahan pola pengasuhan anak dari ibu
kepada pengasuh lain. Dan karena alasan kepraktisan, bayi lebih sering
diberikan asupan susu formula.
4. Faktor Budaya
Walaupun saat ini tingkat pendidikan masyarakat sudah cukup
tinggi, budaya masyarakat yang terbiasa memberikan makanan
/minuman selain ASI sejak bayi lahir seperti air putih, madu, pisang, nasi
pisang dan lain sebagainya masih sulit dihilangkan.
5. Faktor Promosi
Promosi susu formula lebih gencar ditayangkan di media massa
dibandingkan promosi ASI eksklusif sehingga lambat laun juga dapat
44
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
baik kepada
kemiskinan,
Dinas
Kesehatan
Kota
Mojokerto
memperkecil
resiko
terjadinya
penyakit
atau
gangguan
pada
institusi,
pengawasan
tempat-tempat
umum
dan
45
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Gambar IV.9
a) Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik,
kepadatan hunian sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah.
Data dari seksi penyehatan lingkungan pada tahun 2010 menyebutkan
terdapat 29.021 rumah. Dari sekian banyak rumah, yang diperiksa
mencapai 19.929 rumah atau 68,67% dari total rumah yang ada. Jumlah
rumah yang diperiksa mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun
2009 sebesar 77,39%. Pada tahun 2010, jumlah rumah yang tergolong
sehat sebanyak 19.120 rumah atau 95,94% dari total rumah yang
46
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Gambar IV.10
47
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
dapat dikategorikan sehat sejumlah 119 TTU atau 83,22% dari seluruh
TTU yang diperiksa.
Sedangkan untuk Data Tempat Pengelolaan Makanan dan Depot Air
Minum pada tahun 2010 menyebutkan terdapat 289 TPM di Kota
Mojokerto. Dari jumlah tersebut, yang sudah diperiksa sebanyak 272
tempat (94,12%) dan dari TPM yang telah diperiksa tersebut, yang dapat
dikategorikan memenuhi syarat sejumlah 186 TPM atau 68,38% dari TPM
yang diperiksa.
48
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
penyediaan
obat
dan
perbekalan
kesehatan
yang
ditampilkan dalam profil ini meliputi pengadaan obat esensial dan generik
sampai dengan pemanfaatan obat generik. Pada tahun 2010, jumlah jenis
obat yang dibutuhkan sebanyak 35 jenis obat. Dari pengadaan obat yang
diadakan pada tahun ini, maka jenis obat yang dapat disediakan dari 35 jenis
obat tersebut sesuai kebutuhan sebesar 100%. Jumlah pemakaian obat
terbanyak selama tahun 2010 lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran 42.
49
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Bab V
Situasi SUMBER DAYA kesehatan
Daya
Manusia).
SDM
kesehatan
yang
berkualitas
menentukan
keberhasilan dari seluruh proses pembangunan tersebut. Pada tahun 2010, jumlah
tenaga kesehatan di Kota Mojokerto baik yang berada di instansi pemerintah
maupun swasta seluruhnya sebanyak 1.142 orang. Berdasarkan PP Nomor 32
Tahun 1996, tenaga dikelompokkan dalam 8 kategori yaitu medis, perawat, bidan,
farmasi, kesehatan masyarakat, gizi, keterapian fisik dan teknisi medis.
Tabel 5.1
Kategori
Jumlah
1.
Medis
113
9.89
2.
Perawat
577
50.53
3.
Bidan
125
10.95
4.
Farmasi
170
14.89
5.
Kesmas
47
4.12
6.
Gizi
23
2.01
7.
Keterapian Fisik
11
0.96
8.
Teknisi Medis
76
6.65
1,142
100
Total
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa jenis tenaga yang ada di sektor
kesehatan masih didominasi oleh tenaga perawat (50.53%) dan farmasi (14,89%).
Sedangkan bila dilihat dari persebarannya menurut tempat kerja, yang terbanyak
berada di Rumah Sakit (63,75%) dan di Sarana Kesehatan Lain (17,78%).
Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2010
50
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Gambar V.1
17.78%
63.75%
Puskesmas
RS
Sarkes Lain
Diknakes
Dinkes
Tabel 5.2
No
Kategori
Jumlah
Rasio
Target IS
2010
Target
Renstra
1.
Dokter Spesialis
28
23.28
2.
Dokter Umum
59
49.06
40
30
3.
Dokter Gigi
26
21.62
11
11
4.
Perawat
577
479.75
118
158
5.
Bidan
125
103.93
100
75
6.
Apoteker
170
141.35
10
7.
Kesmas
33
27.44
40
8.
Sanitarian
14
11.64
40
10
9.
Gizi
23
19.12
22
18
51
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Dari tabel diatas terlihat, bila dibandingkan dengan standar yang tertulis
dalam Renstra Kemenkes, semua jenis tenaga kesehatan yang ada di Kota
Mojokerto telah memenuhi standar rasio, namun bila dibandingkan dengan standar
dalam Indonesia Sehat 2010 terlihat bahwa untuk tenaga Kesehatan Masyarakat
dan Sanitarian masih belum memenuhi standar yang ada.
Namun kebutuhan tenaga dokter spesialis, terutama spesialis anak (Sp.A)
serta spesialis kandungan dan ginekologi (Sp.OG) dari segi kuantitas masih kurang,
karena dokter spesialis ini memiliki peran ganda, selain memberikan pelayanan
spesialis di instansi bekerjanya, juga mempunyai kewajiban pula untuk memberikan
pelayanan dan pembinaan bagi sarana pelayanan lainnya, termasuk di 2 puskesmas
perawatan/PONED yang ada di Kota Mojokerto, yaitu Puskesmas Kedundung dan
Blooto.
Puskesmas
yang
ada
di
Kota
Mojokerto
sudah
mulai
52
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Blooto,
mempunyai
sebagaimana
pengembangan
halnya
dengan
pelayanan
Rawat
Puskesmas
Inap
dan
dan memberikan
53
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
pasien seluruhnya sebanyak 534 TT. Jumlah tempat tidur terbanyak ada di
RS. Gatoel (135 TT) dan RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo (125 TT).
Indikator yang digunakan untuk menilai pelayanan di Rumah Sakit
antara lain melalui BOR, TOI, ALOS, GDR dan NDR.
a. Bed Occupacy Rate (BOR)
BOR merupakan indikator untuk menggambarkan tinggi rendahnya
pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit, idealnya berkisar 60% 85%.
Tahun 2010, hanya 2 Rumah Sakit yang belum memenuhi kisaran ideal
tersebut, yaitu RS. DKT Hadiono Singgih (35,76%) dan RS. Kamar Medika
(36,25%).
b. Turn Over Interval (TOI)
TOI digunakan untuk menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur, idealnya berkisar 1 3 hari. TOI sebagian besar rumah sakit
di Kota Mojokerto berada dalam kisaran 1 3 hari, hanya RS. DKT
Hadiono Singgih dan RS. Kamar Medika yang berada dalam kisaran > 5
hari.
c. Average Length Of Stay (ALOS)
ALOS merupakan indikator untuk mengukur rata rata lama waktu pasien
mendapat perawatan, idealnya < 9 hari. ALOS untuk seluruh Rumah Sakit
yang ada di Kota Mojokerto tahun 2010 berkisar < 5 hari.
Indikator Pelayanan
Tahun 2010
Jumlah
Nama RS
TT
RSU. Dr. Wahidin
125
Sudirohusodo
RS. DKT Dr.
24
Hadiono Singgih
RS. Gatoel
135
RSI. Hasanah
90
RS. Reksa Waluya
75
RS. Emma
51
RS. Kamar Medika
34
Tabel 5.3
No.
1
2
3
4
5
6
7
ALOS
TOI
GDR
NDR
68.21
4.76
2.22
3.36
3.36
35.76
3.10
5.57
2.97
1.98
72.23
73.56
60.12
63.25
36.25
4.78
3.12
4.13
3.80
3.60
1.84
1.12
2.74
2.21
6.33
3.36
4.26
4.52
3.55
3.20
2.28
1.81
2.26
1.61
1.60
54
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
J
u
m
l
a
h
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
74
76
81
63
49 47
21
14
20
Pratama
Madya
2008
Purnama
2009
14 12
Mandiri
2010
55
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
5.3. ANGGARAN
Anggaran Kesehatan di Kota Mojokerto terbesar berasal dari APBD II
(97,86%) dengan persentase 23,23% dari keseluruhan APBD II yang tersedia,
persentase ini jauh meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya yang hanya
4,44%. Anggaran kesehatan tersebut dialokasikan terbesar untuk pembiayaan
program dan kegiatan di Rumah Sakit (81,18%) dan sisanya dialokasikan untuk
pembiayaan program dan kegiatan di Dinas Kesehatan (18,82%).
56
P
Prrooffiill K
Keesseehhaattaann K
Koottaa M
Moojjookkeerrttoo
Bab Vi
PENUTUP
program
dan
lintas
sektor
untuk
mempercepat
pencapaian
tujuan
57