ABSTRAK
Kesimpulan penelitian ini adalah perilaku buang air besar (BAB) pada
masyarakat di Desa Krajan, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten berhubungan
dengan kejadian diare.
I. PENDAHULUAN
Pembangunan nasional yang berkelanjutan adalah terwujudnya
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, dan pembangunan nasional
bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya, karena kesehatan merupakan salah satu hak
asasi manusia yang fundamental dan merupakan salah satu unsur penting dari
kesejahteraan. Kesehatan merupakan investasi sumber daya manusia, dengan
masyarakat yang sehat maka produktifitas masyarakat akan meningkat dan
pada gilirannya akan meningkatkan daya saing bangsa Indonesia (Nur H,
2010).
Dalam mencapai derajad kesehatan yang tinggi bangsa Indonesia
menghadapi tantangan yaitu adanya triple burden (beban berlipat 3) jenis
penyakit pertama adalah penyakit konvensional, termasuk dalam kelompok
penyakit ini adalah penyakit diare, infeksi saluran pernafasan akut, tetanus,
demam berdarah. Hal ini dipengaruhi oleh buruknya saluran air bersih,
perumahan yang padat, penanganan sampah yang kurang baik, polusi udara
serta air. Jenis penyakit kedua adalah penyakit yang baru muncul (New-
emerging diseases) seperti HIV AIDS dan flu burung. Jenis penyakit ketiga
adalah penyakit yang telah lama hilang kemudian muncul lagi (Re-emerging
diseases) seperti kemunculan polio, dan yang terakhir adalah gizi buruk
(Dinkes Aceh, 2009)
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten tahun 2008 didapatkan
27.771 penderita diare dan pada tahun 2009 terdapat 25.405 penderita diare.
Diare banyak dialami pada anak usia lebih dari 5 tahun (Dinas Kesehatan
Klaten).
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
berak lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali dalam satu hari yang
disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes R I,
2002) Diare ditularkan secara fekal oral yaitu masuknya makanan atau
minuman yang terkontaminasi tinja dan muntahan penderita diare. Penularan
diare bisa juga disebabkan karena sanitasi yang buruk misalnya perilaku
buang air besar (BAB) disembarang tempat, tidak mencuci tangan sesudah
BAB, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan (Sunoto, 2002).
hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok subyek.
Pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional yaitu penelitian
dengan pengumpulan data dilakukan hanya satu kali dalam waktu yang
bersamaan dan peneliti tidak melakukan tindak lanjut (Notoatmojo, 2002).
Pengambilan sampel dilakukan secara sampling purposive berjumlah 98
diperoleh dari total sampling warga yang tinggal di Desa Krajan Kecamatan
Jatinom yang berjumlah 3474 orang.
Dalam penelitian ini menggunakan dua buah koesioner. Koesioner
pertama untuk mengukur perilaku BAB yang terdiri 4 pertanyaan, dengan
model jawaban skala goodmen (ya dan tidak) scoring jawaban ya 1 dan
tidak 0. Koesioner kedua terdiri 7 pertanyaan untuk mengkaji kejadian
diare dan pengobatan, dengan model jawaban skala goodmen (ya dan tidak)
scoring jawaban ya 1 dan tidak 0
Untuk melakukan uji signifkansi, data yang diperoleh dianalisis chi
square dengan taraf signifikansi yang dipakai adalah 5%.
e.) Perilaku
Tabel 4.5 Distribusi Responden Perilaku BAB di Desa Krajan
f.) Diare
Tabel 4.6 Distribusi Responden Diare di Desa Krajan
3.2 Pembahasan
Karakteristik responden sebagai berikut: umur, pendapatan dan
pendidikan.
1. Umur
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 41,8% responden
berumur 21-29 tahun. Pemahaman seseorang meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, dalam hal pencegahan penyakit, usia merupakan
faktor resiko yang berhubungan dengan sejarah keluarga dan kebiasaan
personal (Potter and Peryy, 2005), hal ini diharapkan dengan
18 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 7, No. 12, Juni 2016
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, W 2005. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia.
journal.ui.ac.id/upload/artikel/0. Diakses 4 April 2010.
Afriani, E. 2008. Hubungan Antara Penggunaan Sumber Air dan Kebiasaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Diare di Desa
Sawahan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Surakarta: Ilmu
Kesehatan Masyarakat FK UMS (Skripsi). Tidak diterbitkan.
Annjar, P. 2009. Hubungan Antar Faktor Lingkungan dan Sosiodemografi
Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Blimbing Kecamatan
Sambirejo Kabupaten Sragen. Surakarta: Ilmu Kesehatan Masyarakat
FK UMS (Skripsi). Tidak diterbitkan.
Ari Purwanti, 2008. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Tatanan
Rumah Tangga Terhadap Kejadian Diare Di Masyarakat Dusun Watu
Desa Panjangrejo Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul. Yogyakarta:
Ilmu Keperawatan FK UGM (Skripsi). Tidak diterbitkan.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi ke IV,
PT Rineka Cipta. Jakarta
Daud, R. 2009. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pendapatan Dan Perilaku
Masyarakat Dengan Kualitas Sanitasi Lingkungan Di Pesisir Pantai
Desa Huangobotu Kecamatan Kabila Kabupaten Gorontalo. [Tesis]
Yogyakarta:UGM.
Dinkes Aceh,2009. Pengembangan Kota Sehat Untuk Mengatasi Masalah
Urbanisasi. http:// dinkes.acehprov.go.id
Dikirismanto, 2009. Penyakit Diare. Media penunjang medis.
dikirismanto.com/penyakit-diare.html -49k, Diakses 8 april 2010.
Eka, S. 2004. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. http://www.esp.or.id/stbm.
Diakses 28 Mei 2010. Faturahman dan Mollo. 1995. Kemiskinan dan
Kependudukan di Pedesaan Jawa: Analisis Data Suseno 1992. Pusat
Penelitian Kependudukan. Yogyakarta: UGM.
Goodman, A. 2001. The Economics of Health And Health Care. Third
edition.New Jersey: Upper Saddle River.
Harvey, P.2002. Emergency Sanitation : Assessment and Programme Design.
http://helid.desastres.net/en/d/Js2669e/6.html. Diakses 2 Mei 2010.
24 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 7, No. 12, Juni 2016