Anda di halaman 1dari 7

OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN

SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT


(GREASE ) BIODEGRADABLE
1*

Sukmawati, Tri Hadi Jatmiko

12

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Medan


Jl. Gedung Arca No. 52 Medan. Telp.(061)7363771,
*Email:sukmawatiuma@yahoo.co.id

Abstrak
Palm Fatty Acid Destilate (PFAD) mempunyai potensi yang cukup tinggi
untuk digunakan sebagai bahan baku pembuat produk-produk oleokimia salah
satunya pelumas padat. Hal ini disebabkan oleh komposisi asam lemak yang
terdapat dalam PFAD tidak jauh berbeda dengan komposisi asam lemak yang
terdapat dalam minyak sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
formulasi pelumas padat berbasiskan minyak sawit yang memiliki karakteristik
mendekati pelumas padat komersial dan mengetahui kualitas dan kuantitas
dari pelumas padat yang dihasilkan. Bahan yang digunakan pada penelitian
ini adalah PFAD, NaOH, gliserol, fenol, stearat, dan pelumas padat komersial
sebagai pembanding. Alat yang digunakan adalah hot plate, beaker glass,
buret, erlenmeyer, neraca analitik, gelas ukur, dan stirer. Cara kerja penelitian
yaitu membuat sabun logam dengan mencampurkan PFAD dan NaOH,
kemudian membuat pelumas padat dengan mencampurkan sabun logam
dengan PFAD dengan perbandingan komposisi yang telah ditentukan. Hasil
yang diperoleh dari penelitian yaitu pelumas padat yang mempunyai
spesifikasi karakteristik dan parameter unjuk kerja pelumas padat untuk
tingkat mutu NLGI GA, SNI 06-7069-8-2005 yang menggunakan sabun logam
dan PFAD ( base oil ) pada perbandingan komposisi 95% : 5% dengan
0
densitas 0,8513 gr/ ml, penetrasi 235 ( 25 C ), titik leleh (dropping point) 118
0
C dan NLGI No.3.
Kata Kunci : Palm Fatty Acid Destilate (PFAD), pelumas padat (grease),
minyak sawit, petroleum base oil.

Pendahuluan
Pelumas merupakan fluida yang berfungsi untuk melindungi beberapa komponen
mesin yang bekerja, sehingga pelumas tersebut dapat memberikan efek positif bagi
alat dan mesin, yaitu dapat mencegah keausan akibat gesekan antara komponen
yang satu dengan komponen lainnya. Selain itu pelumas juga dapat meminimalisasi
biaya perawatan dan perbaikan alat dan mesin. Peningkatan pembangunan di sektor
industri dan transportasi dewasa ini meningkatkan penggunaan pelumas secara
signifikan. Ini berarti dibutuhkan pelumasan dalam jumlah yang cukup banyak untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi di sektor industri dan transportasi.
Umumnya pelumas yang banyak dijumpai di pasaran dibuat dari minyak bumi atau
petroleum base oil. Dengan makin menipisnya cadangan minyak bumi maka makin
sedikit pula bahan baku dasar pembuatan minyak pelumas yang dapat mencukupi
kebutuhan di Indonesia. Hal ini diprediksi dapat mengakibatkan kelangkaan pelumas
dipasaran atau makin mahalnya minyak pelumas akibat impor dari luar negeri.
Kondisi ini tentunya memberikan inspirasi bagi beberapa negara termasuk Indonesia
untuk terus meningkatkan upaya dalam mencari bahan baku alternatif yang dapat
319

mensubstitusi minyak bumi. Minyak nabati adalah salah satu bahan baku yang dapat
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pelumas alternatif untuk mesin.
Senyawa senyawa turunan minyak sawit, khususnya gliserol dan asam oleat
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku pembuat pelumas sintetik
[1]. Selain itu, minyak pelumas juga dapat disintesis dari ester asam lemak yang
berasal dari minyak nabati.
Umumnya minyak pelumas tersebut disintesis dari ester asam lemak dengan rantai
karbon pada kisaran diatas, sehingga mempunyai peluang untuk dikembangkan
sebagai bahan baku minyak pelumas [2].
Minyak sawit mengandung komponen yang dapat tersabunkan dan tidak
tersabunkan. Kandungan bahan tidak tersabunkan sangat kecil yakni
2 .
Pemanfaatan minyak sawit dalam pembuatan pelumas padat adalah sebagai bahan
pengganti pada komponen base oil dan bahan pengental. Jenis minyak sawit yang
digunakan adalah PFAD.
PFAD adalah hasil samping dari proses pemurnian minyak sawit mentah. Sampai
saat ini pemanfaatan PFAD masih sangat terbatas, yaitu digunakan sebagai bahan
baku pembuatan sabun berkualitas rendah [3]. Karakteristik PFAD dipengaruhi oleh
tiga parameter dasar yaitu titik didih, panas spesifik, dan panas laten dari asam
lemak [4] seperti diperlihatkan pada tabel 1.
Tabel . Karakteristik PFAD
Parameter
Asam lemak bebas (sebagai C16:0
Kadar air ( berat)
Bahan tidak tersabunkan ( berat)
Bilangan penyabunan

Rata-rata
berat)

83,3
0,08
2,5
198

Pelumas padat yang diproduksi dari bahan baku yang sintetis memiliki harga yang
lebih murah, namun dengan adanya dampak negatif dan penggunaan produk-produk
berbahan baku petrokimia terhadap kesehatan makhluk hidup dan juga terhadap
lingkungan, maka disarankan agar lebih baik menggunakan produk-produk yang
terbuat dari bahan-bahan alami, seperti minyak nabati dan minyak hewani.
Pelumas padat adalah padatan atau semi padatan campuran pelumas dengan
bahan pengental yang berfungsi mengurangi gesekan atau keausan antara dua
bidang atau permukaan yang saling bersinggungan atau bergesekan [5]. Pelumas
padat juga berfungsi sebagai media pembawa panas keluar, serta untuk mencegah
karat pada bagian mesin. Sifat-sifat pelumas padat yang baik adalah mengurangi
gesekan, mencegah korosi, sebagai penyekat dari kotoran atau air, mencegah
kebocoran, konsistensi dan struktur tidak berubah, tidak mengeras pada suhu
rendah, sifat yang sesuai dengan penyekat elastomer, dan mempunyai toleransi
pencemar pada tingkat tertentu [6].
Berdasarkan pemakaiannya, pelumas padat dibagi atas pelumas padat untuk industri
otomotif, sistem transportasi, dan industri non otomotif, seperti pangan ddan
pertanian. Pemakaian pelumas padat untuk masing-masing tujuan ini dibedakan oleh
sifat dan karakteristik pelumas padat. Untuk tujuan industri pangan, karakteristik
pelumas padat yang digunakan lebih khusus dibanding dengan karakteristik pelumas
320

padat yang digunakan pada industri otomotif. Industri pangan mempunyai


persyaratan tambahan, yaitu aspek keamanan [5].

Metode
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dilaboratorium Penelitian Jurusan Teknik Kimia Institut
Teknologi Medan Jl. Gedung Arca No. 52 Medan. Analisa produk dilakukan di Balai
Besar Bahan Dan Barang Teknik ( B4T ) Bandung- Jawa Barat.
Teknik Sampling
Sampel PFAD yang digunakan pada penelitian ini diambil dari PT. SOCI MAS
Kawasan Industri Medan- Belawan (KIM- Belawan ) dengan kadar Free Fatty Acid (
FFA ) sebesar 83 %.
Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian yang akan diambil adalah penentuan kandungan basa bebas pada
sabun logam dan bahan tidak tersabunkan. Sedangkan untuk pelumas padat data
yang diperoleh adalah uji densitas, penetrasi, korosi dan titik leleh.
Tahap Rancangan Penelitian
Variabel dan Kondisi Proses
Bahan bahan , variabel proses, dan analisa yang digunakan antara lain :
a. Bahan baku yang digunakan
: PFAD
b. Basa yang digunakan
: NaOH
c. Variabel Proses
1. Variabel Tetap
Temperatur
: 120 0C
Waktu
: 4 jam
Kecepatan pengadukan
: 650 rpm
Volume zat aditif
: 15 ml
Stearat
: 5 ml
Gliserin
: 5 ml
Fenol
: 5 ml
2. Variabel Bebas
Variasi rasio PFAD : Sabun Logam
(5 : 95 ; 15 : 85 ; 25 : 75 ; 35 : 65 ; dan 45 : 55 ) % berat
d. Analisa yang dilakukan terhadap sabun logam dan pelumas padat yang dihasilkan
:
1. Sabun Logam
Penentuan kandungan basa bebas.
Bahan tidak tersabunkan.
2. Pelumas padat
Densitas
Penetrasi
Titik leleh
Kor
Tahap Pelaksanaan penelitian
a. Pembuatan Sabun Logam
1. Menyiapkan alat dan bahan pembuat sabun logam
2. Memanaskan PFAD sebanyak 100 gr hingga mencair
321

3. Mengaduk secara kontinu dengan kecepatan 650 rpm selama 30 menit


4. Menambahkan larutan NaOH 4 N sedikit demi sedikit sambil terus diaduk
sesuai dengan variasi pembuatan sabun logam.
b. Pembuatan Pelumas Padat
1. Memasukan PFAD kedalam reaktor kemudian memanaskan hingga mencair
2. Menambahkan sabun logam sebagai bahan pengental sesuai
3. dengan variasi yang telah ditentukan.
4. Mengaduk dengan kecepatan pengadukan 650 rpm, temperatur 120 0C dan
waktu pengadukan selama 240 menit.
5. Memperoleh pelumas padat dan menganalisa pelumas padat
6. Menganalisa pelumas padat dengan parameter analisa yaitu:
Densitas
Penetrasi ( ASTM D217 )
Titik Leleh (ASTM D566)
Korosi (ASTM D130 )

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya diperoleh jumlah basa (%), yang sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan oleh DEPERINDAG sesuai SNI 06-2048-1990
tentang standar mutu sabun logam, jumlah basa yang paling baik adalah 16,6%.
Dimana bilangan basa bebasnya adalah 0,02% atau sedikit diatas kadar netral (titik 0)
dan bilangan bahan tidak tersabunkan adalah 0,56%.
Fokus dari pembuatan pelumas yang dilakukan pada penelitian ini adalah
mendapatkan formula pelumas padat berbasiskan minyak sawit yang mendekati
karakteristik pelumas padat komersial. Pada kegiatan ini, bahan baku yang digunakan
dalam pembuatan pelumas padat adalah PFAD. Sabun logam yang digunakan dalam
formulasi pelumas padat diperoleh dengan proses safonifikasi menggunakan jumlah
basa NaOH 16,6 % dengan bahan baku PFAD.
Bahan baku yang terdiri dari 2 jenis base oil dan sabun logam NaOH tersebut setelah
di-blending secara fisik kemudian dianalisis karakteristiknya masing-masing dengan
menggunakan metode ASTM D-217 untuk penetrasi, ASTM D-130 untuk korosi,dan
ASTM D-566 untuk titik leleh yang dilakukan di Laboratorium Balai Besar Bahan dan
Barang Teknik (B4T) Bandung-Jawa Barat. Pengujian densitas dilakukan di
Laboratorium Penelitian Jurusan Teknik Kimia ITM-Medan.
Densitas
Gambar 1 grafik hubungan komposisi ( sabun logam : bahan baku ) terhadap densitas,
menunjukkan kenaikan densitas. Dimana pada komposisi 1 ( satu ) ( 95 % : 5 % )
diperoleh densitas sebesar 0,8513, komposisi 2 ( dua ) ( 85 % : 15 % ) diperoleh
densitas sebesar 0,8515, komposisi 3 ( tiga ) ( 75 % : 25 % ) diperoleh densitas
sebesar 0,8524, komposisi 4 ( empat ) ( 65 % : 35 % ) diperoleh densitas sebesar
0,8687 , dan komposisi 5 ( lima ) ( 55 % : 45 % ) diperoleh densitas sebesar 0,8769.
Hal ini disebabkan karena semakin menurunnya komposisi sabun logam dan
meningkatnya komposisi PFAD mengakibatkan kenaikan terhadap densitas pelumas.
Kondisi ini sesuai dengan teori dimana densitas dari pelumas padat komersial yaitu
0,082 gr/ ml. Dari hasil pengujian yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa antara
pelumas padat berbasiskan minyak sawit yang telah diformulasikan dengan pelumas
padat komersial sebagai pembanding memiliki densitas yang relatif sama yaitu berkisar

322

antara 0,86 0,87 gr/ml, sedangkan pelumas padat komersial memiliki densitas
sebesar 0,82 gr/ml.

Gambar 1 Grafik Hubungan Komposisi ( % ) vs Densitas ( gr/ ml )


Keterangan : Komposisi, % = Sabun Logam : PFAD
Komposisi 1 = 95 % : 5 %
Komposisi 2 = 85 % : 15 %
Komposisi 3 = 75 % : 25 %
Komposisi 4 = 65 % : 35 %
Komposisi 5 = 55 % : 45 %

Penetrasi
Gambar 2 grafik hubungan komposisi ( sabun logam : bahan baku ) terhadap nilai
penetrasi, menunjukkan penurunan penetrasi. Dimana pada komposisi 1 ( satu ) ( 95
% : 5 % ) diperoleh penetrasi sebesar 235, komposisi 2 ( dua ) ( 85 % : 15 % )
diperoleh penetrasi sebesar 210, komposisi 3 ( tiga ) ( 75 % : 25 % ) diperoleh
penetrasi sebesar 175, komposisi 4 ( empat ) ( 65 % : 35 % ) diperoleh penetrasi
sebesar 162, dan komposisi 5 ( lima ) ( 55 % : 45 % ) diperoleh penetrasi sebesar 135.
Hal ini disebabkan karena disebabkan karena semakin menurunnya komposisi sabun
logam dan meningkatnya komposisi PFAD mengakibatkan penurunan terhadap nilai
penetrasi pelumas. Kondisi ini sesuai dengan tingkat kekerasan pelumas padat
menurut NLGI. Dimana pada komposisi 1, dengan nilai penetrasi 235 termasuk
kedalam NLGI 3, komposisi 2 dengan nilai penetrasi 210 termasuk kedalam NLGI 4,
komposisi 3 dengan nilai penetrasi 175 termasuk kedalam NLGI 4, komposisi 4,
dengan nilai penetrasi 162 termasuk kedalam NLGI 5, komposisi 5 dengan nilai
penetrasi 135 termasuk kedalam NLGI 5.

Gambar 2 Grafik Hubungan Komposisi ( % ) vs Penetrasi ( 25 0C )

323

Titik leleh (dropping point) Pelumas Padat


Gambar 3 grafik hubungan komposisi ( sabun logam : bahan baku ) terhadap titik leleh,
menunjukkan penurunan titik leleh . Dimana pada komposisi 1 ( satu ) ( 95 % : 5 % )
diperoleh titik leleh sebesar 118 0C, komposisi 2 ( dua ) ( 85 % : 15 % ) diperoleh titik
leleh sebesar 116 0C, komposisi 3 ( tiga ) ( 75 % : 25 % ) diperoleh titik leleh sebesar
112 0C, komposisi 4 ( empat ) ( 65 % : 35 % ) diperoleh titik leleh sebesar 108 0C, dan
komposisi 5 ( lima ) ( 55 % : 45 % ) diperoleh titik leleh sebesar 105 0C. Hal ini
disebabkan karena semakin menurunnya komposisi sabun logam dan meningkatnya
komposisi PFAD mengakibatkan penurunan terhadap titik leleh. Kondisi tersebut
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa batas minimum titik leleh yang diizinkan
untuk pelumas padat yaitu 80 0C, dimana semakin tinggi titik leleh yang dimiliki oleh
suatu pelumas padat maka semakin baik ketahanannya dalam mempertahankan
kondisi fisik pelumas padat, sehingga pelumas padat yang mempunyai titik leleh tinggi
tidak akan cepat mencair dan umur pemakaian meningkat. Hasil ini sesuai dengan
spesifikasi karakteristik dan parameter unjuk kerja pelumas padat untuk tingkat mutu
NLGI GA, SNI 06- 7069- 8- 2005.

Gambar 3 Grafik Hubungan Komposisi ( % ) vs Titik Leleh ( 0C )


Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. PFAD dapat digunakan sebagai bahan baku pelumas padat berbasiskan minyak
sawit yang ramah lingkungan dan memiliki karakteristik pelumas padat komersial.
2. Variasi komposisi sabun logam dan PFAD ( base oil ) pada pembuatan pelumas
padat mempengaruhi densitas, penetrasi dan titik leleh.
3. Densitas dari pelumas padat yang dihasilkan mendekati pelumas padat komersial
adalah 0,8513 gr/ ml pada komposisi 95 % : 5 %.
4. Pentrasi dari pelumas padat yang dihasilkan mendekati pelumas padat komersial
adalah 235 ( 25 0C )pada komposisi 95 % : 5 %.
5. Titik leleh dari pelumas padat yang dihasilkan mendekati pelumas padat komersial
adalah 118 0C pada komposisi 95 % : 5 %.
6. NLGI dari pelumas padat yang dihasilkan mendekati pelumas padat komersial
adalah NLGI 3.

324

Referensi
[1]

Anonimous, 1998, Klasifikasi Grease, dalam situs www. NLGI Classification System. html.

[2]

Herawan, T, Yuliasari, R, G, Purboyo, Handaka, 2004, Studi Pendahuluan Pemanfaatan


Asam Lemak Sawit Destilat Sebagai Bahan Baku Minyak Dasar Pelumas, Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, Medan.

[3]

Darnoko, Siahaan, D.N. Eka, Elishabeth, J, 2003, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan
Produk Turunannya, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

[4]

Bernandini, E, 1985, Oilseeds, Oils and Fats Volume II Oils and Fats Processing B.E. Oil,
Publishing House Via L. Lilio, 19, Roma.

[5]

Hartono, Anton, J, 1991, Lekuk-Liuk-Liuk Pelumas, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.

[6]

Nadasdi, Tim, T, Dr, 2002, Lubricating Grease Fundamentals, dalam advanced Technical
Workshop 17 April 2002 Exxon Mobil Research and Enggineering, Lhokseumawe.

325

Anda mungkin juga menyukai