12
Abstrak
Palm Fatty Acid Destilate (PFAD) mempunyai potensi yang cukup tinggi
untuk digunakan sebagai bahan baku pembuat produk-produk oleokimia salah
satunya pelumas padat. Hal ini disebabkan oleh komposisi asam lemak yang
terdapat dalam PFAD tidak jauh berbeda dengan komposisi asam lemak yang
terdapat dalam minyak sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
formulasi pelumas padat berbasiskan minyak sawit yang memiliki karakteristik
mendekati pelumas padat komersial dan mengetahui kualitas dan kuantitas
dari pelumas padat yang dihasilkan. Bahan yang digunakan pada penelitian
ini adalah PFAD, NaOH, gliserol, fenol, stearat, dan pelumas padat komersial
sebagai pembanding. Alat yang digunakan adalah hot plate, beaker glass,
buret, erlenmeyer, neraca analitik, gelas ukur, dan stirer. Cara kerja penelitian
yaitu membuat sabun logam dengan mencampurkan PFAD dan NaOH,
kemudian membuat pelumas padat dengan mencampurkan sabun logam
dengan PFAD dengan perbandingan komposisi yang telah ditentukan. Hasil
yang diperoleh dari penelitian yaitu pelumas padat yang mempunyai
spesifikasi karakteristik dan parameter unjuk kerja pelumas padat untuk
tingkat mutu NLGI GA, SNI 06-7069-8-2005 yang menggunakan sabun logam
dan PFAD ( base oil ) pada perbandingan komposisi 95% : 5% dengan
0
densitas 0,8513 gr/ ml, penetrasi 235 ( 25 C ), titik leleh (dropping point) 118
0
C dan NLGI No.3.
Kata Kunci : Palm Fatty Acid Destilate (PFAD), pelumas padat (grease),
minyak sawit, petroleum base oil.
Pendahuluan
Pelumas merupakan fluida yang berfungsi untuk melindungi beberapa komponen
mesin yang bekerja, sehingga pelumas tersebut dapat memberikan efek positif bagi
alat dan mesin, yaitu dapat mencegah keausan akibat gesekan antara komponen
yang satu dengan komponen lainnya. Selain itu pelumas juga dapat meminimalisasi
biaya perawatan dan perbaikan alat dan mesin. Peningkatan pembangunan di sektor
industri dan transportasi dewasa ini meningkatkan penggunaan pelumas secara
signifikan. Ini berarti dibutuhkan pelumasan dalam jumlah yang cukup banyak untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi di sektor industri dan transportasi.
Umumnya pelumas yang banyak dijumpai di pasaran dibuat dari minyak bumi atau
petroleum base oil. Dengan makin menipisnya cadangan minyak bumi maka makin
sedikit pula bahan baku dasar pembuatan minyak pelumas yang dapat mencukupi
kebutuhan di Indonesia. Hal ini diprediksi dapat mengakibatkan kelangkaan pelumas
dipasaran atau makin mahalnya minyak pelumas akibat impor dari luar negeri.
Kondisi ini tentunya memberikan inspirasi bagi beberapa negara termasuk Indonesia
untuk terus meningkatkan upaya dalam mencari bahan baku alternatif yang dapat
319
mensubstitusi minyak bumi. Minyak nabati adalah salah satu bahan baku yang dapat
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pelumas alternatif untuk mesin.
Senyawa senyawa turunan minyak sawit, khususnya gliserol dan asam oleat
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku pembuat pelumas sintetik
[1]. Selain itu, minyak pelumas juga dapat disintesis dari ester asam lemak yang
berasal dari minyak nabati.
Umumnya minyak pelumas tersebut disintesis dari ester asam lemak dengan rantai
karbon pada kisaran diatas, sehingga mempunyai peluang untuk dikembangkan
sebagai bahan baku minyak pelumas [2].
Minyak sawit mengandung komponen yang dapat tersabunkan dan tidak
tersabunkan. Kandungan bahan tidak tersabunkan sangat kecil yakni
2 .
Pemanfaatan minyak sawit dalam pembuatan pelumas padat adalah sebagai bahan
pengganti pada komponen base oil dan bahan pengental. Jenis minyak sawit yang
digunakan adalah PFAD.
PFAD adalah hasil samping dari proses pemurnian minyak sawit mentah. Sampai
saat ini pemanfaatan PFAD masih sangat terbatas, yaitu digunakan sebagai bahan
baku pembuatan sabun berkualitas rendah [3]. Karakteristik PFAD dipengaruhi oleh
tiga parameter dasar yaitu titik didih, panas spesifik, dan panas laten dari asam
lemak [4] seperti diperlihatkan pada tabel 1.
Tabel . Karakteristik PFAD
Parameter
Asam lemak bebas (sebagai C16:0
Kadar air ( berat)
Bahan tidak tersabunkan ( berat)
Bilangan penyabunan
Rata-rata
berat)
83,3
0,08
2,5
198
Pelumas padat yang diproduksi dari bahan baku yang sintetis memiliki harga yang
lebih murah, namun dengan adanya dampak negatif dan penggunaan produk-produk
berbahan baku petrokimia terhadap kesehatan makhluk hidup dan juga terhadap
lingkungan, maka disarankan agar lebih baik menggunakan produk-produk yang
terbuat dari bahan-bahan alami, seperti minyak nabati dan minyak hewani.
Pelumas padat adalah padatan atau semi padatan campuran pelumas dengan
bahan pengental yang berfungsi mengurangi gesekan atau keausan antara dua
bidang atau permukaan yang saling bersinggungan atau bergesekan [5]. Pelumas
padat juga berfungsi sebagai media pembawa panas keluar, serta untuk mencegah
karat pada bagian mesin. Sifat-sifat pelumas padat yang baik adalah mengurangi
gesekan, mencegah korosi, sebagai penyekat dari kotoran atau air, mencegah
kebocoran, konsistensi dan struktur tidak berubah, tidak mengeras pada suhu
rendah, sifat yang sesuai dengan penyekat elastomer, dan mempunyai toleransi
pencemar pada tingkat tertentu [6].
Berdasarkan pemakaiannya, pelumas padat dibagi atas pelumas padat untuk industri
otomotif, sistem transportasi, dan industri non otomotif, seperti pangan ddan
pertanian. Pemakaian pelumas padat untuk masing-masing tujuan ini dibedakan oleh
sifat dan karakteristik pelumas padat. Untuk tujuan industri pangan, karakteristik
pelumas padat yang digunakan lebih khusus dibanding dengan karakteristik pelumas
320
Metode
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dilaboratorium Penelitian Jurusan Teknik Kimia Institut
Teknologi Medan Jl. Gedung Arca No. 52 Medan. Analisa produk dilakukan di Balai
Besar Bahan Dan Barang Teknik ( B4T ) Bandung- Jawa Barat.
Teknik Sampling
Sampel PFAD yang digunakan pada penelitian ini diambil dari PT. SOCI MAS
Kawasan Industri Medan- Belawan (KIM- Belawan ) dengan kadar Free Fatty Acid (
FFA ) sebesar 83 %.
Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian yang akan diambil adalah penentuan kandungan basa bebas pada
sabun logam dan bahan tidak tersabunkan. Sedangkan untuk pelumas padat data
yang diperoleh adalah uji densitas, penetrasi, korosi dan titik leleh.
Tahap Rancangan Penelitian
Variabel dan Kondisi Proses
Bahan bahan , variabel proses, dan analisa yang digunakan antara lain :
a. Bahan baku yang digunakan
: PFAD
b. Basa yang digunakan
: NaOH
c. Variabel Proses
1. Variabel Tetap
Temperatur
: 120 0C
Waktu
: 4 jam
Kecepatan pengadukan
: 650 rpm
Volume zat aditif
: 15 ml
Stearat
: 5 ml
Gliserin
: 5 ml
Fenol
: 5 ml
2. Variabel Bebas
Variasi rasio PFAD : Sabun Logam
(5 : 95 ; 15 : 85 ; 25 : 75 ; 35 : 65 ; dan 45 : 55 ) % berat
d. Analisa yang dilakukan terhadap sabun logam dan pelumas padat yang dihasilkan
:
1. Sabun Logam
Penentuan kandungan basa bebas.
Bahan tidak tersabunkan.
2. Pelumas padat
Densitas
Penetrasi
Titik leleh
Kor
Tahap Pelaksanaan penelitian
a. Pembuatan Sabun Logam
1. Menyiapkan alat dan bahan pembuat sabun logam
2. Memanaskan PFAD sebanyak 100 gr hingga mencair
321
322
antara 0,86 0,87 gr/ml, sedangkan pelumas padat komersial memiliki densitas
sebesar 0,82 gr/ml.
Penetrasi
Gambar 2 grafik hubungan komposisi ( sabun logam : bahan baku ) terhadap nilai
penetrasi, menunjukkan penurunan penetrasi. Dimana pada komposisi 1 ( satu ) ( 95
% : 5 % ) diperoleh penetrasi sebesar 235, komposisi 2 ( dua ) ( 85 % : 15 % )
diperoleh penetrasi sebesar 210, komposisi 3 ( tiga ) ( 75 % : 25 % ) diperoleh
penetrasi sebesar 175, komposisi 4 ( empat ) ( 65 % : 35 % ) diperoleh penetrasi
sebesar 162, dan komposisi 5 ( lima ) ( 55 % : 45 % ) diperoleh penetrasi sebesar 135.
Hal ini disebabkan karena disebabkan karena semakin menurunnya komposisi sabun
logam dan meningkatnya komposisi PFAD mengakibatkan penurunan terhadap nilai
penetrasi pelumas. Kondisi ini sesuai dengan tingkat kekerasan pelumas padat
menurut NLGI. Dimana pada komposisi 1, dengan nilai penetrasi 235 termasuk
kedalam NLGI 3, komposisi 2 dengan nilai penetrasi 210 termasuk kedalam NLGI 4,
komposisi 3 dengan nilai penetrasi 175 termasuk kedalam NLGI 4, komposisi 4,
dengan nilai penetrasi 162 termasuk kedalam NLGI 5, komposisi 5 dengan nilai
penetrasi 135 termasuk kedalam NLGI 5.
323
324
Referensi
[1]
Anonimous, 1998, Klasifikasi Grease, dalam situs www. NLGI Classification System. html.
[2]
[3]
Darnoko, Siahaan, D.N. Eka, Elishabeth, J, 2003, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan
Produk Turunannya, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
[4]
Bernandini, E, 1985, Oilseeds, Oils and Fats Volume II Oils and Fats Processing B.E. Oil,
Publishing House Via L. Lilio, 19, Roma.
[5]
[6]
Nadasdi, Tim, T, Dr, 2002, Lubricating Grease Fundamentals, dalam advanced Technical
Workshop 17 April 2002 Exxon Mobil Research and Enggineering, Lhokseumawe.
325