Anda di halaman 1dari 72

Diabetes Mellitus

Penyakit dengan kelainan metabolik yang ditandai


dengan hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah).
Penyebab:
sekresi insulin
sensitivitas insulin
Akibatnya:
Abnormalitas pada metabolisme kabohidrat, lemak, dan
protein menyebabkan komplikasi kronik termasuk
mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati.

Health problem concerning diabetes :


The rising prevalence in indutralised and nonindutralised populations
The divastating complications of diabetes
Decreased quality of life
The rising health cost
The fact that this disease could theoretically be
prevented

Number of people with


diabetes world wide (millions)

Global diabetes epidemic


333

350

72%
increase

300
250
200

194

150
100
50
0
2003

Year

2025
International Diabetes Federation

Kriteria Diabetes

Regulasi Glukosa

Kriteria Diabetes Mellitus


DM Tipe 1
DM Tipe 2
DM Tipe Lain
DM Tipe Gestational GDM (Gestational
Diabetes Mellitus)

Diabetes Melitus Tipe 1


Terjadi akibat kerusakan sel pankreas akibat
autoimun (defisiensi absolut)
Penyebab:
Belum diketahui pasti, kemungkinan
karena kelainan genetik berhubungan dengan HLA
(human leucocyte antigen) tertentu pada kromosom 6
beberapa autoimunitas serologik
Marker antibodi sel beta yang menunjukkan kerusakan
sel ini ditemukan pada diagnosis 90% dari penderita.

Diabetes Melitus Tipe 1


Penyebabnya biasanya diinduksi oleh lebih dari satu
faktor seperti virus atau faktor lingkungan lain yang
dapat menginisiasi proses autoimun

Diabetes Mellitus Tipe 2


Terjadi akibat resistensi insulin pada
jaringan perifer yang terkadang disertai oleh
kurangnya sekresi insulin.
Kebanyakan individu yang menderita DM
tipe 2 mengalami obesitas, terutama
obesitas abdominal, yang dapat
menyebabkan resistensi insulin.

Diabetes Mellitus Tipe 2


Karakter DM Tipe 2
Kekurangan sekresi insulin
Resistensi insulin pada jaringan otot, hati, dan jaringan
adiposa

Pengaruh gaya hidup lebih besar dibandingkan


genetik
Asimptomatik
Dapat berkembang menjadi neuropati, gagal ginjal,
dan berbagai penyakit kardiovaskular.

Mekanisme Seluler Resistensi


Insulin
Visceral Adipose Tissue (VAT)
Laju lipolisis > Jaringan Subkutan asam
lemak dilepas ke sirkulasi darah ke hati
Menstimulasi produksi VLDL
Menurunkan sensitivitas insulin
Menghasilkan sitokin resistensi insulin
Menurunkan jumlah adiponectin
(adiponektin merangsang penggunaan
glukosa dan oksidasi asam lemak)

DM Tipe 1 vs DM Tipe 2

Diabetes Mellitus Tipe Lain


Tidak diketahui secara pasti penyebabnya
Gangguan pada sel beta pankreas
Gangguan pada kerja insulintubuh tidak dapat
mengatur kadar glukosa
Kondisi yang dapat membahayakan pankreas-pankreatitis
Pengobatan yang dapat mengurangi sekresi insulin
glukokortioid
Gangguan penyakit lain Cushings Syndrome,
akromegali, dll

GDM (Gestational Diabetes


Melitus)
GDM adalah suatu keadaan abnormalitas
kadar glukosa darah yang terjadi selama
masa kehamilan.
GDM ini didiagnosis pada sekitar 7% pada
seluruh kehamilan.
Deteksi klinis sangat penting, karena terapi
dapat mengurangi resiko kecacatan dan
kematian pada janin.

PREVALENSI
Riskesdas 2013: terjadi peningkatan
Diabetes melitus dari 1,1 persen (2007)
menjadi 2,1 persen (2013)
Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus
Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang
RI Rangking Keempat Jumlah Penderita
Diabetes Terbanyak Dunia

EPIDEMIOLOGI
Berdasar hasil Riset kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa
proporsi penyebab kematian akibat DM pada
kelompok usia 45-54 tahun di daerah
perkotaan di Indonesia menduduki ranking
ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM
menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.

EPIDEMIOLOGI
Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM
berdasarkan pemeriksaan gula darah pada
penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada
tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di
Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes
Care, 2004)
Di Indonesia pasien Diabetes Mellitus tipe 2
merupakan diabetes yang paling banyak
ditemukan, Diabetes Mellitus tipe 1 sangat jarang.

EPIDEMIOLOGI

ETIOLOGI

GEJALA
Hiperglisemia lebih lanjut menginduksi
gejala klasik lainnya:
poliuria - sering buang air kecil
polidipsia - selalu merasa haus
polifagia - selalu merasa lapar
penurunan berat badan (seringkali hanya pada
diabetes mellitus tipe 1)

GEJALA
Setelah jangka panjang tanpa perawatan memadai,
dapat memicu berbagai komplikasi kronis, seperti:
gangguan pada mata dengan potensi berakibat pada
kebutaan (retinopati)
gangguan pada ginjal hingga berakibat pada gagal ginjal
(nefropati)
gangguan kardiovaskular, disertai lesi membran basalis
yang dapat diketahui dengan pemeriksaan
menggunakan mikroskop elektron

Gejala
gangguan pada sistem saraf (neuropati) hingga
disfungsi saraf autonom, foot ulcer, amputasI dan
disfungsi seksual
gejala lain seperti dehidrasi, ketoasidosis, ketonuria dan
hiperosmolar non-ketotik yang dapat berakibat pada
stupor dan koma.
rentan terhadap infeksi

SKRINING DM
OGTT (Oral Glucose Tolerance Test)
IGTT (Intravenous Glucose Tolerance Test)
FPG (Fasting Plasma Glucose)
Strip Test

OGTT (Oral Glucose Tolerance Test)


Kadar glukosa darah untuk 75 gram glukosa oral:
Normal : puasa: 60 -100 mg/dL
1 jam: kurang dari 200 mg/dL
2 jam: kurang dari 140 mg/dL.
Pradiabetes : 140 - 200 mg/dL (grup ini memiliki
risiko tinggi untuk diabetes).
Diabetes mellitus : >200 mg/dL.

OGTT (Oral Glucose Tolerance Test)


Kadar glukosa darah untuk 100 gram karbohidrat
diagnosa Diabetes gestasional :
Normal : Puasa: kurang dari 95 mg/dL
1 jam: kurang dari 180 mg/dL
2 jam: kurang dari 155 mg/dL
3 jam: kurang dari 140 mg/dL

Fasting Plasma Glucose Test (FPG)


Uji ini menentukan kadar gula darah puasa seseorang
dan menunjukkan fungsi insulin .
Mekanisme uji : pasien harus berpuasa selama 12-14
jam sebelum diambil sampel darah (biasa dilakukan
pada pagi hari) .
Diagnosis : Normal : 70-99 mg/dL
Prediabetes : 100-126 mg/dL
Diabetes : > 126 mg/dL
Hipoglikemia : <70 mg/dL

Skrining Sederhana

Diagnosa
Kadar glukosa darah dapat ditentukan secara
enzimatik, misalnya dengan penambahan enzim
glukosa oksidasi (GOD)
Diagnosa

Kadar glukosa darah


setelah makan
(mg/Dl)

Kadar glukosa
darah puasa
(mg/Dl)

DM

> 200

>126

Prediabetes

110-199

110-125

Normal

<110

<110

Diagnosa
Penentuan HbA1C ( Hemoglobin A1C) :
Sering disebut juga hemoglobin glikat
HbA1C merupakan fraksi hemoglobin di dalam tubuh
manusia yang berikatan dengan glukosa secara
enzimatik
HbA1C yang terukur menggambarkan kadar gula darah
selama 120 hari (sesuai dengan umur sel darah manusia
kira-kira 100-120 hari)
Diagnosa :
Normal : HbA1C < 6 %
Diabetes Mellitus : HbA1C > 8%

Faktor Resiko

Tipe Diabetes Mellitus

Obesitas (BMI > 25 kg/m2)

Tipe 2

Genetik

Tipe 1 dan 2

Infeksi virus atau faktor nutrisi saat kecil


atau awal dewasa

Tipe 1

umur > 65 tahun

Tipe 2

blacks, Native Americans, dan Hispanics

Tipe 1 dan 2

Sindrom cushing

Tipe 3

Penggunaan obat kortikosteroid

Tipe 3

Kehamilan

Gestasional

Overproduksi hormon pertumbuhan

Tipe 3

Pankreatitis

Tipe 3

Kurang aktivitas

Tipe 2

Lifestyle buruk (rokok, soda ,stres,dll)

Tipe 1 dan 2

kolesterol HDL ( <35 mm hg/dl)


kadar trigliserida > 250 mg/dl)

Tipe 2

TUJUAN TERAPI
To promote overall wellbeing of patients in mobility
and psychological wellness
To prevent or delay complications
To reduce morbidity from complications
predominantly from CVD or infections

Standard Approach to the Management of


T2DM: Treatment Intensification

Insulin
Oral + Insulin
Oral Combination
Diet, Exercise, Oral Monotherapy

Adapted from Riddle MC. Endocrinol Metab Clin North Am. 2005; 34: 7798.

+
+

Penanganan Non-Farmakologi
Perubahan aktivitas fisik (olahraga)
Diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat)
Pengurangan berat badan
Mengonsumsi makanan : karbohidrat dari whole
grain, buah-buahan, sayuran, serta susu rendah lemak
Tidur yang cukup
Tidak merokok

Terapi Farmakologi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Insulin
Sulfonilurea ----- insulin secretagogue
Meglitinid (repaglinid, nateglinid)---- insulin
secretagogue
Biguanida (metformin)---- insulin sensitizer
Tiazolidindion (Glitazon)--- insulin sensitizer
Penghambat -glukosidase (miglitol, akarbose)
Gliptin (Inhibitor DPP-IV) (sitagliptin, vildagliptin,
saxagliptin)

Patofisiologi dan peran farmakologi

Terapi Farmakologi
1. Insulin
Mekanisme kerja : menstimulasi pengambilan glukosa
perifer dan menghambat produksi glukosa hepatik
Farmakokinetik :
Waktu paruh pada orang normal sekitar 5-6 menit
dan memanjang pada pasien DM yang membentuk
antibodi terhadap insulin
Dimetabolisme terutama di hati, ginjal, otot
Difiltrasi juga di glomerulus ginjal
Direabsorpsi di tubulus ginjal

Insulin diperlukan pada keadaan:


Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasionalyang
tidak terkendali dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi


empat jenis, yakni:
Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
Insulin kerja pendek (short acting insulin)
Insulin kerja menengah (intermediate actinginsulin)
Insulin kerja panjang (long acting insulin)
Insulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah
(premixed insulin).

Panduan penggunaan insulin


Untuk memenuhi kebutuhan insulin basal dapat
digunakan insulin kerja menengah (intermediate
acting insulin) atau kerja panjangn (long-acting
insulin)
untuk memenuhi kebutuhan insulin prandial (setelah
makan) digunakan insulin kerja cepat (sering disebut
insulin reguler/short-acting insulin) atau insulin kerja
sangat cepat (rapid- atau ultra-rapid acting insulin).

Efek samping utama terapi insulin


adalah terjadinya
hipoglikemia.
Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi
terhadap insulin yang dapat menimbulkan alergi
insulin atau resistensi insulin.

Terapi Farmakologi
2. Sulfonilurea
Mekanisme kerja : merangsang sekresi insulin pada
pankreas
Sulfonilurea terikat pada reseptor selektif sulfonilurea pada
sel pankreas
Ikatan tersebut menutup adenosine triphosphatedependent potassium ion (K+) channel, menyebabkan
penurunan potassium efflux sehingga terjadi depolarisasi
membran
Voltage-dependent calcium ion (Ca2+) channels membuka
sehingga Ca2+ masuk melalui membran
Peningkatan Ca2+ intraselular menyebabkan translokasi
granul yang mensekresi insulin ke permukaan sel dan
terjadi eksositosis yang diakibatkan oleh granul insulin
Peningkatan sekresi insulin dari pankreas didistribusi
melalui vena portal dan menekan produksi glukosa hepatik

Terapi Farmakologi
Farmakokinetik:
Dimetabolisme di hati, menjadi bentuk aktif maupun
metabolik inaktif
Sebagian besar sulfonilurea dimetabolisme di hati
dengan keterlibatan sitokrom P450 (CYP) 2C9
Disekresi melalui ginjal
Efek merugikan :
Hipoglikemia
Hiponatremia
Peningkatan berat badan
Jarang : ruam kulit, anemia hemolitik, gangguan
gastrointestinal, kolestasis

Terapi Farmakologi
Klorpropamid
Indikasi : DM tipe 2 ringan sedang
Kontraindikasi : wanita menyusui, porfiria, ketoasidosis
Peringatan : penggunaannya harus hati-hati pada pasien usia
lanjut
Efek samping : gejala saluran cerna dan sakit kepala; gejala
hematologik termasuk trombositopenia, agranulositosis, dan
anemia aplastik; peningkatan ADH; hiponatraemia; dan
fotosensitivitas; hipoglikemia; gangguan fungsi hati dan/ ginjal
pada orang usia lanjut

Terapi Farmakologi
Glikazid
Indikasi : DM tipe 2 sedang ringan
Kontraindikasi, peringatan, interaksi, efek samping : seperti
klorpropamid
Sediaan beredar : Diamicron Senvier Darya Varia, Glibet
Dankos, Glicab Tempo Scan Pacific, Glidabet Kalbe Farma,
Glikatab Rocella Lab, Glokodex Dexa Medica, Glumeko
Mecosin, Gored Bernofarm, Linodiab Pyridam, Nufamicron
Nufarindo, Pedab Otto, Xepabet Metiska Farma, Zibet
Meprofarm, Zumadiac Prima Hexal

Terapi Farmakologi
Glibenklamid
Sinonim : Gliburid
Indikasi : DM tipe 2 sedang ringan
Kontraindikasi, peringatan, interaksi, efek samping : seperti
klorpropamid

Terapi Farmakologi
Glipizid
Indikasi : DM tipe 2 sedang ringan
Kontraindikasi, peringatan, interaksi, efek samping : seperti
klorpropamid
Glikuidon
Indikasi : DM tipe 2 sedang ringan
Kontraindikasi, peringatan, interaksi, efek samping : seperti
klorpropamid

Terapi Farmakologi
Glimepirid
Indikasi : DM tipe 2 ringan sedang
Kontraindikasi, peringatan, interaksi, efek samping : seperti
klorpropamid

Terapi Farmakologi
3. Biguanida
Mekanisme kerja : meningkatkan sensitivitas insulin di
hati maupun jaringan periferal sehingga terjadi
peningkatan uptake glukosa ke jaringan yang sensitif
terhadap insulin tersebut
adenosine 5-monophosphateactivated protein, aktivitas
kinase, peningkatan aktivitas tirosin kinase, dan glukosa
transporter-4 berperan dalam sensitisasi insulin
Kerjanya tidak memiliki pengaruh langsung pada sel
pankreas

Terapi Farmakologi
Farmakokinetik :
Bioavailabilitas absolut metformin IR 500 mg jika
diberikan saat puasa sekitar 50% - 60%
Kelarutan dalam lipid rendah
Tidak dimetabolisme di hati
Tidak terikat dengan protein plasma
Dieliminasi dengan sekresi tubulus ginjal dan filtrasi
di glomerulus
Waktu paruh eliminasi sekitar 17,6 jam
Makanan menghambat absorpsi metformin

Terapi Farmakologi
Metformin Hidroklorida
Indikasi : DM tipe 2 yang gagal dikendalikan dengan diet dan
sulfonilurea, terutama pada pasien yang kelebihan berat
badan
Dosis : 500 mg dua kali sehari disertai makanan
Kontraindikasi : gangguan fungsi ginjal atau hati, predisposisi
asidosis laktat, gagal jantung, infeksi atau trauma berat,
dehidrasi, alkoholisme, wanita hamil dan menyusui
Efek samping : mual, muntah, anoreksia, dan diare yang
selintas; asidosis laktat; gangguan penyerapan vitamin B12

Terapi Farmakologi
4.

Tiazolidindion (Glitazon)
Mekanisme kerja : meningkatkan sensitivitas insulin pada otot dan
jaringan adiposa serta menghambat glukoneogenesis hepatik
Glitazon membentuk ikatan dengan peroxisome proliferatoractivated receptor- (PPAR-) yang terletak di sel lemak dan sel
pembuluh
Glitazon meningkatkan sensitivitas otot, hati, dan jaringan lemak
secara tidak langsung
Glitazon menyebabkan preadiposit berdiferensiasi menjadi mature
fat cells di penyimpanan lemak di subkutan
Sel lemak kecil tersebut lebih sensitif terhadap insulin dan lebih
mampu menyimpan asam lemak bebas
Hasilnya, terjadi flux asam lemak bebas keluar plasma, lemak viseral,
dan hati ke lemak subkutan; sebuah jaringan penyimpanan yang
lebih tidak resisten terhadap insulin
Glitazon juga mempengaruhi adipokin yang meningkatkan
sensitivitas insulin

Terapi Farmakologi
Farmakokinetik :
Mudah diabsorpsi dengan atau tanpa makanan
Bersifat highly (>99%) protein bound terhadap albumin
Pioglitazon terutama dimetabolisme oleh CYP2C8 dan
sebagian kecil (17%) oleh CYP3A4, yang utamanya dieliminasi
melalui feses
Rosiglitazon dimetabolisme oleh CYP2C8 dan sebagian kecil
oleh CYP2C9, lalu terkonjugasi dengan dua pertiganya
ditemukan di urin dan sepertiganya di feses
Waktu paruh pioglitazon 3 7 jam
Waktu paruh rosiglitazon 3 4 jam
Glitazon memiliki durasi aksi antihiperglikemik hingga lebih
dari 24 jam

Terapi Farmakologi
Pioglitazon

Indikasi : hiperglikemia
Dosis : dosis awal 15 30 mg sekali sehari; dosis bisa
ditingkatkan sesuai dengan tujuan terapi dan efek samping;
dosis efektif maksimum 45 mg sekali sehari
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap pioglitazon
Peringatan : hentikan terapi jika ditemukan gangguan hati,
jantung, dan kehamilan
Interaksi obat : Atorvastatin dan ketokonazol mempengaruhi
pioglitazon; dan pioglitazon mempengaruhi atorvastatin,
midazolam, nifedipin, dan kontrasepsi oral
Efek samping : udem, sakit kepala, hipoglikemia, mialgia,
faringitis, sinusitis, gangguan gigi, infeksi saluran pernafasan
atas

Terapi Farmakologi
Rosiglitazon

Indikasi : hiperglikemia
Dosis : dosis awal 2 4 mg sekali sehari; dosis bisa ditingkatkan
sesuai dengan tujuan terapi dan efek samping; dosis efektif
maksimal 8 mg sekali sehari
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap rosiglitazon
Peringatan : hentikan terapi jika ditemukan gangguan hati,
jantung, dan kehamilan
Efek samping : nyeri punggung, sakit kepala, hipoglikemia, luka,
sinusitis, anemia bila digunakan bersama metformin, udem bila
digunakan bersama insulin

Terapi Farmakologi
5.

Penghambat -glukosidase

Mekanisme kerja : menginhibisi enzim di usus halus (maltase,


isomaltase, sukrase, glukoamilase) secara kompetitif sehingga
mencegah penguraian sukrosa dan karbohidrat kompleks dalam
usus halus. Dengan demikian, terjadi penghambatan dan
perlambatan dalam penyerapan karbohidrat
Farmakokinetik :
Konsentrasi plasma puncak bertahan selama 14 24 jam setelah
konsumsi obat
Konsentrasi plasma puncak dari zat aktif sendiri bertahan
sekitar 1 jam
Akarbosa dimetabolisme di saluran cerna oleh bakteri intestinal
dan enzim pencernaan
Fraksi metabolit ini diabsorpsi (34% dari dosis) dan
diekskresikan melalui urin

Terapi Farmakologi
Akarbosa
Indikasi : sebagai tambahan terhadap sulfonilurea atau biguanida pada
DM yang tidak dapat dikendalikan oleh obat dan diet
Dosis : dosis awal 25 mg sehari, meningkat secara bertahap, dengan
dosis maksimum 50 mg tiga kali sehari pada pasien dengan BB < 60 kg
atau 100 mg tiga kali sehari pada pasien dengan BB > 60 kg
Kontraindikasi : anak usia di bawah 12 tahun, wanita hamil, wanita
menyusui, kolitis ulseratif, obstruksi usus, gangguan fungsi hati,
gangguan fungsi ginjal berat, hernia, riwayat bedah abdominal
Peringatan : dapat meningkatkan efek hipoglikemik insulin; bila
digunakan dosis tinggi, transaminase hati perlu dimonitor
Efek samping : flatulensi, diare, perut kembung dan nyeri, ikterus,
hepatitis

Terapi Farmakologi
Miglitol
Indikasi, dosis, kontraindikasi, peringatan, efek
samping : seperti akarbosa

Terapi Farmakologi
6. Inhibitor Dipeptidil Peptidase-IV (Gliptin)
Contoh obat : sitagliptin, vildagliptin
Mekanisme kerja : Inhibitor DPP-IV
memperpanjang waktu paruh glucagon-like
peptide-1 (GLP-1) endogen
Pada penderita DM tipe 2, terjadi defisiensi GLP-1
Inhibitor DPP-IV mereduksi peningkatan glukagon
setelah makan dan menstimulasi sekresi insulin
glucose-dependent
Karena gliptin memblokade enzim DPP-IV hingga
hampir 100% selama 12 jam, mendekati normal, level
GLP-1 nondiabetik dapat dicapai

Peran GLP-1

Peran GLP-1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

increases insulin secretion from the pancreas in a


glucose-dependent manner.
decreases glucagon secretion from the pancreas by
engagement of a specific G protein-coupled receptor.
increases insulin-sensitivity in both alpha cells and beta
cells
increases beta cells mass and insulin gene expression,
post-translational processing and incretion.
inhibits acid secretion and gastric emptying in the
stomach.
decreases food intake by increasing satiety in brain.
promotes insulin sensitivity.

DPP -4

Terapi Farmakologi
Interaksi obat :
Sitagliptin dan vildagliptin tidak memiliki interaksi obat
yang signifikan
20% sitagliptin dimetabolisme oleh CYP3A4 dengan
beberapa keterlibatan oleh CYP2C8
Sitagliptin memiliki efek terhadap digoksin tetapi sangat
kecil dan diabaikan
Sitagliptin meningkatkan AUC siklosporin A sebesar 30%
Vildagliptin tidak memiliki interaksi dengan obat-obat
lain secara signifikan

Terapi Farmakologi
Efek samping :
Sitagliptin dan vildagliptin ditoleransi
dengan baik dan tidak menyebabkan
gangguan GI
Efek samping paling signifikan adalah
hipoglikemia
Dosis :
Vildagliptin = 50 100 mg sehari
Sitagliptin = 100 mg sehari kecuali jika ada
gangguan ginjal

Cara Pemberian OHO, terdiri dari:


OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara
bertahap
sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan
sampai dosis optimal
Sulfonilurea: 15 30 menit sebelum makan
Repaglinid, Nateglinid: sesaat sebelum makan
Metformin : sebelum /pada saat / sesudah makan
Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapan
Pertama
Tiazolidindion: tidak bergantung pada jadwal makan.
DPP-IV inhibitor dapat diberikan bersama makan dan atau
sebelum makan.

Studi Kasus
Mallon, seorang anak berusia 8 sebelumnya memiliki
kesehatan yang baik, namun pada beberapa bulan
terakhir dia sering merasa haus, terbangun beberapa
kali setiap malam untuk urinasi, dan sering banyak
minum.
Pada saat makan malam, dia seringkali makan dua kali
dari porsi biasa, namun berat badannya turun 2,2 kg
dalam satu bulan terakhir. Dalam seminggu terakhir dia
sering merasa lemas dan kurang bertenaga, sehingga
orang tuanya memutuskan untuk membawanya ke
dokter anak.

Studi Kasus
Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap darah dan
urin Mallon
Kadar glukosa darah
: 345 mg/dL
pH darah
: 7,23 (normal 7,35-7,45)
Hasil tes urin
: positif terdapat glukosa dan
aseton/asetoasetat

Anda mungkin juga menyukai