Definisi Pneumonia
Definisi Pneumonia
KASUS
IDENTITAS
Nama
: Tn. H
TTL
: Jakarta, 05-05-1948
Usia
: 66 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Alamat
Masuk RS tanggal
: 30-10-2014
ANAMNESIS
ada nyeri menelan, BB menurun disangkal, keringat malam hari tidak ada, BAB lancar, BAK
lancar.
: Compos Mentis
2
TTV :
TD
: 130/90 mmHg
Nadi
RR
: 30x/menit
Suhu : 37,8C
Antropometri
o TB
: 167 cm
o BB
: 49 kg
o IMT
Status Generalis
Mata
: Alis madarosis (-/-), bulu mata rontok (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera
Kulit
Hidung : deviasi septum (-), sekret (-), epistaksis (-), polip nasal (-), nyeri tekan (-)
Mulut
Dada
:Bibir kering (-), stomatitis (-), lidah kotor (-), tremor (-), tonsil T1/T1
: Normochest
PARU-PARU
Inspeksi
Palpasi
: pergerakan dinding dada sama kiri dan kanan, Vokal fremitus kanan dan
Perkusi
setinggi ICS 5,
midclavicularis dextra
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ABDOMEN
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Asites
:-
PUNGGUNG
: Simetris , deviasi vertebra (-), vocal fremitus sama kiri dan kanan,
Atas
Bawah
Hangat
Akral
: Hangat
Edema
: (-/-)
(-/-)
Luka
: (-/-)
(-/-)
: (-)
(-)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan
Tgl 30-10-
Hasil
Satuan
Keterangan
72
mm/jam
L:0-15, P:0-20
14.3
g/dL
L:13.8-17.00,
2014
Hemoglobin
P:11.3-15.5
Leukosit
10.5
Ribu/L
L:4.5-10.8,
P:4.3-10.4
Eritrosit
4.8
Juta/mm3
L:4.7-6.1,
P:4.2-5.4
Hematokrit
41.6
L:42.0-50.0,
P:36.0-46.0
Thrombosit
540
Ribu/ L
L:185-402,
P:132-
MCV
85
fl
L:80-94, P:8199
MCH
29
pg
L:27-32, P:2732
MCHC
34
g/dL
L:31-34, P:3134
Basofil
0-0.3
Eosinofil
2-4
Batang
1-5
N segmen
71
51-67
Limfosit
14
20-30
Monosit
11
2-6
Follow up
Hari/Tgl S
dada
(+),
chest pain
N: 98x/menit
Sat O2 3L/menit
Levofloxacin 500 mg
o
BAB dari kemarin S: 37 C
1x1 (drip)
RR: 28 x/menit
Ranitidin 2x1
Meloxicam 15 mg
Rencana pemeriksaan
: BTA Sputum 3 kali
Hari/Tgl
01-11-14
PPOK
Terapi lanjut
sudah
Pneumoni+
berkurang,
Nadi: 80 x/mnt
chest pain
0
berkurang, batuk (+) Suhu: 36,8 C
RR: 26x/mnt
Hari/Tgl S
02-11-14
nyeri
berkurang
120/80 PPOK
dada mmHg
Pneumoni+
Nadi: 80 x/mnt
chest pain
Suhu: 36 0 C
P
Infus
RL
12
jam/kolf
Sat O2 2L/menit
Levofloxacin
500
RR: 24x/mnt
mg
1x1
(drip)
Ranitidin 2x1
Meloxicam
15
mg
Hari/Tgl
03-11-14
P
Levofloxacin
Pneumoni+
500
chest pain
(drip)
mg
1x1
Suhu: 36 C
RR: 20x/mnt
Ranitidin 2x1
Meloxicam
15
mg
Planing
up
infuse
RESUME
Dari anamnesis:
Seorang laki laki Tn.H usia 66 tahun datang dengan keluhan dyspneu (+) sejak 5 hari
SMRS, nausea (+) vomite (+), chest pain (+) pusing (+), Febris sejak 1 minggu SMRS
terutama malam hari, abdominal pain (+) batuk berdahak (+)
: 130/90 mmHg
Nadi
RR
: 30x/menit
Suhu : 37,8C
Auskultasi : ronkhi +/+,
DAFTAR MASALAH
1. Febris
2. Dyspneu
3. Chest Pain
ASSASMENT
1. Febris
Anamnesis : Febris sejak 1 minggu SMRS terutama malam hari, pusing, nausea, vomite
Pemeriksaan fisik :
-akral hangat
- uhu
RDX : DPL
Rt : sanmol 2 x 1 200 mg
Wd: febris ec bakterial infection
9
10
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). peradangan paru yang disebabkan oleh
nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain)
disebut pneumonitis.
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan gangguan pertukaran gas setempat.pada pemeriksaan histologi terdapat pneumonitis atau
reaksi inflamasi berupa alveolitis dan pengumpalan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi.
EPIDEMIOLOGI
Pneumoni paling sering ditemukan pada orang lanjut usia.sekitar 80% dari seluruh kasus baru
umumnya berhubungan dengan infeksi saluran napas yang terjadi dimasyarakat,atau dirumah
sakit.
ETIOLOGI
1. Pneumonia lipid
Oleh karena aspirasi minyak mineral
2. Pneumonia kimiawi
Inhalasi bahan-bahan organic dan anorganik atau uap kimia seperti bellirium
3. Extrinsic allergic alveolitis
Inhalasi bahan debu yang mengandung allergen.
4. Pneumonia karena obat :
Nitrofurantoin ,busulvan,metotreksat
5. Pneumonia karena radiasi
6. Infeksi :
Bakteri :
Streptokokus pneumonia
11
Streptokokus piogenes
Streptokokus aureus
Klepsiela pneumonia
Eserikia koli
Yersinia pestis
Fungi :
Kokidioides imitis
Histoplasma kapsulatum
Blastomises dermatitidis
Aspergilus
Fikomisetes
Virus :
Influenza virus
Respiratory syncytial Adenovirus
Protozoa :
Pneumositis Karini
KLASIFIKASI PNEUMONIA
1. Berdasarkan klinis dan epideologis :
a. Pneumonia pada penderita Immunocompromised
b. P neumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
c. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia)
d. Pneumonia aspirasi
2. Berdasarkan bakteri penyebab
Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia.
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya
Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi
influenza.
Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
12
Pneumonia virus
Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
3. Berdasarkan predileksi infeksi
Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang tua.
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan
oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasan
Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat
disebabkan oleh bakteria maupun virus.
Pneumonia interstisial Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan
obstruksi bronkus Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang
melaluisekret jalan napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka.
GEJALA KLINIK
Panas dingin disertai menggigil dan diikuti panas bisa mencapai 40C
Panas tidak teratur,paling sering pada pagi dan sore hari
Batuk berdahak berrwarna hijau dan purulen
Batuk berdahak bisa disertai darah
Nyeri dada /nyeri pleuritik dirasakan saat menarik napas dalam.
Keluhan tambahan mialgia
Pada pemeriksaan fisik inspeksi gerakan pada dada yang sakit tertinggal
Pada palpasi vocal fremitus meningkat disisi yang sakit.
Aukultasi ronkhi basah halus
Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan
Pneumonia komunitas : sporadic atau endemic (muda atau orang tua)
Pneumonia nosokomial : didahului perawatan diRs
Pneumonia rekurens
Pneumonia apirasi
: alkoholik,usia tua
13
Pneumonia komunitas
Pneumonia komuniti adalah pneumonia yang didapat di masyarakat. Pneumonia komuniti ini
merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan angka kematian tinggi di dunia.
Etiologi
Menurut kepustakaan penyebab pneumonia komuniti banyak disebabkan bakteri Gram positif
dan dapat pula bakteri atipik. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia
menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia
komuniti adalah bakteri Gram negatif.
Faktor risiko
1. Usia diatas 65 tahun
2. Adanya infeksi pada paru yang multi lober atau nekrotikans,pasca obstruktif,atau
aspirasi.
3. Penyakit penyerta seperti PPOK,bronkhiektasis,keganasan,diabetes mellitus,gagal ginjal
kronik,gagal ginjal,serosis hepatic,penyakit serofaskuler,alkoholik,mal nutrisi,gangguan
imun dan pasca splektomi,
4. Menifestasi infeksi organ jamak atau komplikasi organ ekstrapulmoner
5. Tanda fisik yang memprediksi mortalitas,peningkatan morbiditas,dan komplikasi,berupa:
Respirasi >30 x/menit ,Tekanan diastole < 60 atau sistolik < 90 mmHg,nadi >
120x/menit,susu < 35 C atau > 40C.
Pneumonia Nosokomial
Pneumonia nosokomial (HAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah pasien 48 jam dirawat di
rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum masuk rumah sakit.
FAKTOR PREDISPOSISI ATAU FAKTOR RISIKO PNEUMONIA NOSOKOMIAL
Faktor risiko pada pneumonia sangat banyak dibagi menjadi 2 bagian:
1. Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh
14
Penyakit kronik (misalnya penyakit jantung, PPOK, diabetes, alkoholisme, azotemia), perawatan
di rumah sakit yang lama, koma, pemakaian obat tidur, perokok, intubasi endotrakeal, malnutrisi,
umur lanjut, pengobatan steroid, pengobatan antibiotik, waktu operasi yang lama, sepsis, syok
hemoragik, infeksi berat di luar paru dan cidera paru akut (acute lung injury) serta bronkiektasis
2. Faktor eksogen adalah :
a. Pembedahan :
Besar risiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung pada jenis pembedahan, yaitu
torakotomi (40%), operasi abdomen atas (17%) dan operasi abdomen bawah (5%).
b. Penggunaan antibiotik :
Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian kolonisasi, terutama antibiotik yang aktif
terhadap Streptococcus di orofaring dan bakteri anaerob di saluran pencernaan. Sebagai contoh,
pemberian antibiotik golongan penisilin mempengaruhi flora normal di orofaring dan saluran
pencernaan. Sebagaimana diketahui Streptococcus merupakan flora normal di orofaring
melepaskan bacterocins yang menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif. Pemberian
penisilin dosis tinggi akan menurunkan sejumlah bakteri gram positif dan meningkatkan
kolonisasi bakteri gram negatif di orofaring.
c. Peralatan terapi pernapasan
Kontaminasi pada peralatan ini, terutama oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa dan
bakteri gram negatif lainnya sering terjadi.
d. Pemasangan pipa/selang nasogastrik, pemberian antasid dan alimentasi enteral
Pada individu sehat, jarang dijumpai bakteri gram negatif di lambung karena asam
lambung dengan pH < 3 mampu dengan cepat membunuh bakteri yang tertelan. Pemberian
antasid /penyekat H2 yang mempertahankan pH >4 menyebabkan peningkatan kolonisasi bakteri
gram negatif aerobik di lambung,sedangkan larutan enteral mempunyai pH netral 6,4 - 7,0.
e. Lingkungan rumah sakit
Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai dengan prosedur
15
Penatalaksanaan dan pemakaiaan alat-alat yang tidak sesuai prosedur, seperti alat bantu
napas, selang makanan, selang infus, kateter
Pasien dengan kuman MDR tidak dirawat di ruang isolasi.
Faktor risiko kuman MDR penyebab HAP
Pemakaian antibiotik pada 90 hari terakhir
Dirawat di rumah sakit 5 hari
Tingginya frekuensi resisten antibiotik di masyarakat atau di rumah sakit tersebut
Penyakit immunosupresi dan atau pemberian imunoterapi
PATOGENESIS
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru. Paruparu dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan mekanis, dan
faktor imun lokal dan sistemik.Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks
batuk danmukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal danrespon
inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin,makrofag alveolar, dan
imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi
organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi
atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas,dan jarang melalui hematogen. Virus
dapat meningkatkan kemungkinanterjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhimekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan sekitar 25-75 %
anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus.Invasi bakteri ke parenkim paru
menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni),
lobar, atau intersisial.Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat
pelebaran pembuluh
darah,
eksudasi
cairan
intra-alveolar,
penumpukan
fibrin,
dan
dengan penumpukan fibrin dandisintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu).
Pada kebanyakankasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna
secaraenzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk.Apabila
infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi intrapleuramenyebabkan
terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsungsecara spontan, namun
kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan perlekatan.
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :
sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dindingdada
panas badan
Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)
Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difuse.Leukositosis (pada infeksi virus tidak
melebihi 20.000/mm3
dengan
limfosit predominan,
dan
bakteri
15.000-40.000/mm3
neutrofil
yang
predominan)
DIAGNOSA
1.
Gambaran klinis
a. Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat melebihi 400C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadangkadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.
b. Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi
dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus
17
dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas
bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang
kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
2.
Pemeriksaan penunjang
a. Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi
dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti.
Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris
tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela
pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun
dapat mengenai beberapa lobus.
b. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya
lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit
terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis
etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat
positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan
hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
TERAPI
Sefalosoporin antipseudomonas
Cefepin
Ceftazidime
18
Carbapenem:
Imipenem 0,5 gram 6 jam atau 1 gram tiap 12 jam
Meropenen 1 gram tiap 8 jam
Aminoglikosida :
Gentasimin 7 mg/kg//hari
Toramisin 7 mg /kg/hari
PROGNOSIS
Bila yang terkena hanya satu lobus,maka mortalitas 1%.bila disertai bakterimia,leukopenia,atau
proses pneumonia,mengenai dua sampai tiga lobus maka mortalitas naik menjadi 10%.
Mortalitas juga meningkat pada umur tua pada kehamilan trimester 3dan adanya penyakit
penyerta seperti diabetes melitus.penyakit ginjal,serosis hati,penyakit jantung dan penyakit paru
sebelumnya.
19