Lapkas Tonsilofaringitis kronik+OMA
Lapkas Tonsilofaringitis kronik+OMA
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama
Nn. Y
Umur
25 tahun
Jenis kelamin
Perempuan
Alamat
Pekerjaan
Karyawati
Agama
Islam
Pendidikan
SMA
ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan utama :
Keluar cairan dari telinga sebelah kanan sejak 1 bulan yang lalu SMRS.
Keluhan tambahan :
Nyeri pada telinga kanan dan rasa berdenging ditelinga kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh keluar cairan dari telinga sebelah kanan sejak 1 bulan
yang lalu SMRS, awalnya pasien mengeluh nyeri di telinga dalam dan rasa
berdenging, rasa penuh di dalam telinga disangkal. Keluhan ini dirasakan hilang
timbul. Pasien juga mengeluh setiap pagi dan bila terkena debu pasien sering bersin
Tidak pernah ada cairan yang keluar dari telinga pasien. Pasien juga mengeluh
demam sejak 1 minggu yang lalu, demam dirasakan tidak terlalu tinggi, terus
menerus, turun hanya bila pasien minum obat penurun panas namun akan naik lagi.
Keluhan batuk dan pilek disangkal, keluhan mendengkur bila tidur juga disangkal.
Sejak 4 tahun yang lalu pasien sering mengeluh nyeri tenggorokan yang
hilang timbul
Pasien pernah beroba ke dokter THT dan dikatakan bahwa pasien menderita
radang amandel
Riwayat Alergi:
- Alergi terhadap debu dan cuaca disangkal
- Alergi terhadap makanan dan obat tertentu disangkal
Riwayat Pengobatan:
Selama sakit kali ini pasien hanya minum obat penurun panas
(Paracetamol) dan demam pasien menurun lalu naik lagi. Keluhan nyeri
tenggorokan tidak membaik.
Riwayat Kebiasaan:
-
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda Vital
o
o
o
o
Nadi
Pernapasan
Suhu
TD
: 88 x/menit
: 22 x/menit
: 37,8 0C
: 120/70 mmHg
Status Generalis
Kepala
Mata
Hidung
KGB leher
Inspeksi
Abdomen
Thoraks
Inspeksi
Extremitas
Inspeksi
Aurikula Sinistra
CAE
Lapang
Serumen (-)
Serumen (-)
Mukosa normal
Mukosa normal
Sekret (-)
Sekret (-)
Intak (+)
Membran tympani
Intak (+)
Hiperemis (+)
Hiperemis (-)
Retraksi (-)
(+)
Rhinne
(+)
Weber
Schwabah
Hidung
Pemeriksaan hidung luar
Inspeksi :
-
Sinus paranasal
Konkha
: Eutropi
: -/-
Arkus faring
Uvula
: ditengah
Tonsil
: hiperemis (+), T 3/ T3
Kripta melebar +/+, detritus +/+
Tiroid
KGB
RESUME PASIEN
Seorang laki-laki 15 tahun datang berobat ke poli THT dengan keluhan nyeri
menelan sejak 5 minggu yang lalu, awalnya pasien merasa nyeri tenggorokan 1
minggu yang lalu semakin berat hingga sulit menelan serta nafsu makannya
5
berkurang dan nafasnya berbau tidak enak. 3 hari yang lalu pasien merasa telinga
kanannya nyeri dan terasa penuh. Demam sejak 1 minggu yang lalu tidak terlalu
tinggi dan terus menerus. Riwayat nyeri tenggorokan hilang timbul sejak 4 tahun
yang lalu, oleh dokter THT dan didiagnosa radang amandel. Sudah diobati dengan
Paracetamol saja namun hanya demam yang berkurang, pasien sering minum air
dingin/es.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan KU: tampak sakit ringan, suhu 37,8 oC. pada
pemeriksaan telinga kanan: Intak (+), Hiperemis (+). Pada pemeriksaan faring:
Mukosa faring
Medikamentosa:
Obat kumur antiseptik
Antibiotic sistemik: Amoxicillin 3x500 mg
NSAID: Asam Mefenamat 3x500 mg setelah makan
Antipiretik: Paracetamol 3x500 mg bila demam
Non medikamentosa:
Kurangi minuman dingin
Jaga hygiene mulut
Operatif:
Tonsilektomi
PROGNOSIS
Quo Ad Vitam
: ad bonam
Quo Ad Functionam : dubia ad bonam
Quo Ad Sanantionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TONSILITIS KRONIS
Definisi
2.
3.
4.
5.
6.
Patofisiologi
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel sehingga epitel terkikis maka jaringan
limfoid superficial mengadakan reaksi yang mengakibatkan infiltrasi leukosit PMN
berupa detritus(leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas)
Tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa
dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid
diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara
kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas
sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan
sekitar fosa tonsilaris.
Gejala Klinis
Rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan, nyeri waktu menelan
atau ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan
pernafasan berbau.
Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis Kronis
yang mungkin tampak, yakni :
1.
jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen atau
seperti keju.
2.
terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang melebar
dan ditutupi eksudat yang purulen
Gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :
T0 : Tonsil sudah diangkat
T1 : Tonsil masih di dalam fossa tonsil
T2 : Tonsil keluar dari fossa tonsil tapi belum melewati garis tengah antara pinggir
lateral faring-uvula
T3 : Tonsil sudah melewati garis tengah namun tidak sampai uvula
T4 : Tonsil sudah mencapai uvula atau lebih
Penatalaksanaan
Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan pengangkatan
tonsil (Tonsilektomi).
9
Peritonsilitis
b.
c.
Abses Parafaringeal
d.
Abses Retrofaring
e.
Krista Tonsil
f.
b.
Glomerulonefritis
c.
d.
e.
10
Faringitis Virus
Biasanya tidak ditemukan nanah di
tenggorokan
Demam ringan atau tanpa demam
Jumlah sel darah putih normal atau
agak meningkat
Faringitis Bakteri
Sering ditemukan nanah di tenggorokan
Demam ringan sampai sedang
Jumlah sel darah putih meningkat ringan
sampai sedang
pada
biakan
di
12
Otitis media akut ialah peradangan telinga tengah yang mengenai sebagian
atau seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.
Epidemiologi
Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media.
Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga
pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA
juga merupakan salah satu faktor penyebab yang paling sering. Kuman penyebab
OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus, Haemophilus
Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus pneumoniae (38%),
Pneumococcus. Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar
kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Anak lebih mudah terserang
otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal:
-
Patomekanisme
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.
Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di
saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya
saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah
putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai
hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan
13
menyebabkan
gangguan
pendengaran
hingga
45
desibel
(kisaran
pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling
berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga
karena tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis
apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan beberapa
faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat,
dan daya tahan tubuh yang kurang baik. OMA memiliki beberapa stadium klinis
antara lain:
1. Stadium oklusi tuba eustachius
a. Terdapat gambaran retraksi membran timpani.
b. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat.
c. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.
2. Stadium hiperemis
a. Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani.
b. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa
sehingga sukar terlihat.
3. Stadium supurasi
a. Membran timpani menonjol ke arah luar.
b. Sel epitel superfisila hancur.
c. Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani.
14
d. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di
telinga tambah hebat.
4. Stadium perforasi
a. Membran timpani ruptur.
b. Keluar nanah dari telinga tengah.
c. Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.
5. Stadium resolusi
a. Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal
kembali.
b. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.
c. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya
tahan tubuh baik.
Gejala Klinis
15
terhadap perubahan tekanan udara). Gerakan gendang telinga yang berkurang atau
tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini
meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA. Namun umumnya diagnosis OMA
dapat ditegakkan dengan otoskop biasa.
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan
terhadap gendang telinga). Namun timpanosentesis tidak dilakukan pada
sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis antara lain adalah OMA pada
bayi di bawah usia enam minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit,
anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak memberi respon pada
beberapa pemberian antibiotik, atau dengan gejala sangat berat dan komplikasi.
Penatalaksanaan
Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pada stadium oklusi, tujuan terapi
dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung
HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1%
dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur >12 thn atau dewasa. Selain itu,
sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik.
Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik.
Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.
Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi,
dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi
awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik
diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100
mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.
Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk
dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga
perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang.
Pada stadium perforasi, sering terlihat secret banyak keluar dan kadang terlihat
keluar secret secara berdenyut. Pengobatan yang diberikan obat cuci telinga H2O2
17
3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya secret akan hilang dan
perforasi membran timpani menutup.
Stadium resolusi, maka mebran timpani berangsur normal kembali, secret tidak
ada lagi dan perforasi m.timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan
tampak secret mengalir ke liang telinga. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
berlanjutnya udem di liang telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotik dapat
diberikan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan secret masih tetap
banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.
Komplikasi
Sebelum ada antibiotik, komplikasi paling sering pada OMA ialah abses
subperiosteal sampai komplikasi yang berat seperti meningitis dan abses otak.
Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
permanen
BAB III
PEMBAHASAN
-
Dasar Diagnosis
Pada pasien ini didiagnosis Tonsilofaringitis Kronik Eksaserbasi Akut
dengan komplikasi OMA stadium Hiperemis karena berdasarkan kriteria
berikut
o Tonsilofaringitis Kronis
Kriteria Subjektif
Nyeri Tenggorokan
Nyeri menelan
Demam
Kriteria Objektif
Suhu 37,8oC
Granulasi (+)
Sekret (+)
Tonsil hiperemis
Kripta melebar
Detritus (+)
Nyeri telinga
Kriteria Objektif
19
Penatalaksanaan
Medikamentosa:
Pengobatan secara local dapat diberikan antiseptik kumur untuk
peradangan.
Untuk mengatasi nyeri dan manifestasi peradangan lainnya selama infeksi
(bakteri)
penyebab
kejadian eksaserbasi
Jaga hygiene mulut mengurangi jumlah bakteri pathogen yang dapat
menyebabkan infeksi
-
Operatif:
Tonsilektomi
o Untuk kasus kronik dan berulang sudah menjadi indikasi untuk
dilakukannya tonsilektomi, dimana tonsillitis kronik ini selalu akan
menjadi factor predisposisi terjadinya eksaserbasi karena struktur
dan fungsionalnya yang telah berkurang.
20
DAFTAR PUSTAKA
Adam,Boies, Higler, Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6, EGC, Jakarta,1997
Aung,
K.
Pharyngitis,
Viral.
eMedicine.Com
2005;
(online),
21
LAPORAN KASUS
TONSILOFARINGITIS KRONIS
EKSASERBASI AKUT DENGAN
KOMPLIKASI OMA STADIUM
HIPEREMIS
Disusun Oleh:
22
Dokter Pembimbing :
Dr. Hj. Fitriah Shebubakar, Sp.THT
23