Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di
negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare
menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia1.
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi
seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan
reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan
keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta
kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi2. Bila tidak
mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik2.

Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi dehidrasi


serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intolerasi,
mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta
mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan
efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif
dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan
oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan terganggunya masukan
oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik
telah banyak diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit3.

BAB II
LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS
A. Identitas Pasien
Nama

: Phillipus Rinaldi

Umur

: 1 tahun 11 bulan

Agama

: Katolik

Tempat/tanggal Lahir

: Batam / 5-12-2012

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Suku bangsa

: Timor

Alamat

: Batam Center, Kampung Air, RT 03 RW 011

No.CM

: 32.15.08

Tanggal Masuk RS

: 30 Oktober 2014

B. Identitas Orangtua
Ayah
Nama

: Deflorintus Swasta

Umur

:-

Agama

: Katolik

Alamat

: Sda
2

Pekerjaan

: Pegawai Swasta

Penghasilan

:-

Suku bangsa

: Timor

Ibu

II.

Nama

: Ria Putri

Umur

:-

Agama

: Katolik

Alamat

: Sda

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Penghasilan

:-

Suku bangsa

: Timor

ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesa terhadap ayah dan ibu pasien pada tanggal 3 November
2014, pukul 10.00 WIB
Keluhan Utama:
Mencret sejak 6 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
OS datang diantar kedua orang tua ke UGD RSOB dengan keluhan mencret sejak 6 hari
sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Frekuensi mencret >6x/ hari. Warna kekuningan,
ampas (+), lendir (+), darah (-), minyak (-). Banyaknya +/- - 1 gelas aqua tiap kali

mencret. Tidak terdapat bau amis pada feses OS. Selain itu, orang tua OS juga
mengeluhkan demam sejak 6 hari SMRS. Demam diakui naik turun. Demam membaik
sesaat dengan pemberian obat anti demam, kemudian demam naik lagi. Suhu pada saat
demam diukur oleh orang tua OS selalu >38,50 C. OS tidak menggigil dan tidak kejang
saat demam. Orang tua OS mengakui terjadi penurunan nafsu makan selama OS sakit,
setiap kali diberikan makanan selalu dimuntahkan kembali oleh OS. OS Minum +/- 4-5
gelas/ hari. Tidak ada gangguan pada buang air kecil.
Riwayat Penyakit Dahulu :
-

OS pernah mengalami keluhan sama berupa mencret pada umur 1 tahun 4 bulan,
membaik setelah berobat ke klinik

Riwayat batuk-batuk berdahak sejak 3 bulan yang lalu, sebelum masuk RS

Tidak terdapat riwayat asma dan alergi obat pada OS

Riwayat Penyakit Keluarga :


-

Di keluarga pasien tidak ada yang sedang menderita penyakit serupa dengan OS

Kakak OS tidak pernah mengalami keluhan serupa dengan OS

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :


Kehamilan

Morbiditas Kehamilan

Perawatan Antenatal

Periksa rutin ke klinik setiap 1


bulan sekali

Kelahiran

Tempat Kelahiran

Klinik

Penolong Persalinan

Dokter

Cara persalinan

Spontan

Masa Gestasi

30 minggu

Keadaan Bayi

Berat lahir : 2300 gram


Panjang lahir : Lingkar kepala : Langsung menangis
4

Apgar Score : Tidak ada kelainan bawaan

Riwayat Makanan :
Umur

ASI

PASI

Buah/biskuit

Bubur susu

Nasi Tim

0-3

3-6

6-9

>9

(bulan)

Riwayat Imunisasi :
Vaksin

Dasar/umur

Ulangan

BCG

DPT/DT

Polio

Campak

Hepatitis B 0

MMR

Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita :


Penyakit

Umur

Penyakit

Umur

Penyakit

Umur

Alergi

Difteria

Jantung

Cacingan

Diare

1 thn 4 bln

Ginjal

Demam

Kejang

Darah

Berdarah
5

Demam

Kecelakaan

Radang Paru

Otitis

Morbili

Tuberculosis

Parotitis

Operasi

lainnya

Tifoid

Riwayat Penggunaan alat makan & minum:


Ibu OS mengatakan mempunyai 10 botol minum untuk OS, diganti setiap hari dan
direbus dengan air panas setiap kali selesai digunakan.
Riwayat lingkungan dan sanitasi:
OS tinggal di lingkungan perumahan liar. Tetapi orang tua OS mengakui terdapat sumber
air bersih dari sumur di rumah mereka. Tempat pembuangan sampah terdapat sekitar 300
meter dari rumah. Pencahayaan baik masuk ke dalam rumah.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Berat Badan

: 13 kg

Panjang Badan

: 85 cm

Lingkar Kepala

:-

Lingkar Lengan atas : Kesan gizi

: gizi baik

Tanda-tanda vital
Frekuensi nadi

: 96 x / menit

Frekunsi napas

: 36 x / menit

Suhu tubuh

: 370 C

ANTROPOMETRI

HASIL PASIEN

Berat Badan

13 kg

Panjang Badan

85 cm

BB/U

0 SD (+2) SD

PB/U

-2 SD

BB/TB

(+2) SD (+3) SD gizi lebih

Status Generalis
Kepala

: normocephali

Mata

: conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik , cekung (-)

Telinga

: normotia, secret -/-

Hidung

: pernapasan cuping hidung (-), secret -/-, edema konka -/-

Bibir

: sianosis (-)

Lidah

: coated tounge (-)

Tonsil

: T1-T1

Tenggorokan

: faring hiperemis (-), arkus faring simetris

Leher

: kelenjar getah bening tidak teraba membesar, kelenjar tiroid


tidak teraba membesar, kaku kuduk(-)

Thorax:
Paru-paru
Inspeksi

: dinding dada simetris, retraksi dinding dada (-).

Palpasi

: gerakan dinding dada simetris

Perkusi

: sonor dikedua lapang paru

Auskultasi

: vesikuler +/+, ronchi basah +/+, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi

: tidak tampak pulsasi iktus cordis

Palpasi

: Ictus cordis teraba di linea midclavicula sinistra 1 cm medial,

tidak teraba adanya thrill


Perkusi

: tidak dilakukan

Auskultasi

: BJ I/II normal, reguler, split (-), murmur (-), gallop (-).

Abdomen:
Inspeksi

: buncit, warna kulit sawo matang, shaging of the flanks (+) ,

massa (-), dilatasi vena (-) dan

ikterik (-) , petekhie (-)

Auskultasi

: Bising usus (+) dengan frekuensi 3x/menit

Perkusi

: timpani (+) di empat kuadran abdomen. Shifting dulness (+)

Palpasi

: supel, distensi (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,

turgor baik

Ekstremitas

IV.

: akral hangat , pengisian kapiler baik ( < 2 detik)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Lengkap (tanggal 30 Oktober 2014)


Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Satuan

Hemoglobin

10,4

11,0 16,5

g/dl

Eritosit

4,43

3,8 5,8

106/l

Hematokrit

28,4

35,0 50,0

MCV

64,1

80,0 97,0

fL

MCH

23,5

26,5 33,5

Pg

MCHC

36,6

31,5 35,0

g/dl

RDW-CV

17,5

10,0 15,0

Leukosit

13,23

4 11

103/l

Eusinofil

0,5

05

Basofil

0,1

01

Neutrofil

36,1

46 75

Lymph

43,2

17 48

Monosit

20,1

4 10

Platelet

390

150 450

103/l
10

PDW

9,2

10,0 18,0

fL

MPV

10,6

6,5 11,0

fL

Feces (tanggal 30 Oktober 2014)


Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Satuan

Warna

kuning

kuning

Konsistensi

lembek

lunak

Lendir

Darah

Pus

Eritrosit

0-1

/LPB

Leukosit

5-8

/LPB

E. Coli

E. Hystolitica

Telur Cacing

Urine (tanggal 30 Oktober 2014)


Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Satuan

Warna

kuning

kuning

Kejernihan

jernih

jernih

pH

4,8-7,4

Protein

Reduksi

Benda keton

Bilirubin

Urobilinogen

Urobilin

Sedimen Leukosit

1-2

0-4

/LPB

Sedimen Eritrosit

0-1

0-1

/LPB

11

Elektrolit Darah (tanggal 30 Oktober 2014)


Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Satuan

Natrium

132

135-147

Meq/L

Kalium

40

3,5-5,0

Meq/L

Chlorida

101

94-111

Meq/L

Tubex (tanggal 30 Oktober 2014)


Pemeriksaan
Tubex (IgM Salmonella)

Hasil
4

Nilai Normal
<2

Interpretasi
Weak Positive

Pemeriksaan Rontgen Thorax

Kesimpulan : bronkopneumonia

12

V.

RESUME
OS datang diantar kedua orang tua ke UGD RSOB dengan keluhan mencret sejak
6 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Frekuensi mencret >6x/ hari. Warna
kekuningan, ampas (+), lendir (+), darah (-), minyak (-). Banyaknya +/- - 1 gelas aqua
tiap kali mencret. Bau amis pada feses (-). Orang tua OS juga mengeluhkan demam sejak
6 hari SMRS. Demam naik turun, membaik sesaat dengan pemberian obat anti demam,
kemudian demam naik lagi. Suhu pada saat demam selalu >38,50 C. OS tidak menggigil
dan tidak kejang saat demam. Orang tua OS mengakui terjadi penurunan nafsu makan
selama OS sakit, setiap kali diberikan makanan selalu dimuntahkan kembali oleh OS. OS
Minum +/- 4-5 gelas/ hari. Tidak ada gangguan pada buang air kecil. Terdapat riwayat
batuk berdahak 3 bulan SMRS.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, kesadaran kompos mentis, tampak sakit
ringan. Tanda vital yaitu nadi 96x / menit, suhu 37 C, dan pernapasan 36 x / menit, berat
badan 13 kg. Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan hemoglobin = 10,4 g/dL,
hematokrit = 28,4%, leukosit = 13.230, hiponatremia = 132. Pada pemeriksaan feces
didapatkan lendir (+) dan leukosit 5-8/LPB. Hasil tubex = +4. Pada pemeriksaan rontgen
thorax didapatkan gambaran bronkopneumonia.

VI.

DIAGNOSA KERJA
Diare akut tanpa dehidrasi dengan bronkopneumonia

VII.

DIAGNOSA BANDING
Demam Tifoid

13

VIII. PENATALAKSANAAN

IX.

Observasi TTV

IVFD RL 500 cc dalam 4 jam selanjutnya Tridex 27B 12 tpm (mikro)

Inj. Opigran 3 x 0,3 mg

Inj. Picyn 2 x 0,5 vial

Inj. Farmadol 3 x 15 cc

Zincare 1 x 1

L Bio 2 x 1

Renalit syrup

Combivent inhalasi per 6 jam

PROGNOSIS
Ad vitam

: bonam

Ad fungsionam

: bonam

Ad sanationam

: bonam

14

X.

FOLLOW UP
1 November 2014 ( hari

2 November 2014 ( hari perawatan

perawatan ke 1)

ke 2)

Demam (+), BAB cair (+) 7x,

Demam (+), BAB cair (-), muntah (-),

muntah (+), batuk (+) berdahak,

batuk (+) berdahak, sesak (-), makan

sesak (-), makan <<, minum (+),

<<, minum (+), BAK (+)

BAK (+)

KU : CM, TSS

KU : CM, TSR

N : 120x/m

N : 110x/m

: 37,50 C

: 37,50 C

RR : 26 x/m

RR : 30 x/m

Kepala : normosefali

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI -/-, cekung (-)

Mata : CA -/-, SI -/-, cekung (-)

Cor : S1, SII reguler, murmur (-), Cor : S1, SII reguler, murmur (-),
gallop (-)

gallop (-)

Pulmo : SN Verkuler +/+, ronkhi Pulmo : SN Verkuler +/+, ronkhi +/+,


+/+, wheezing -/-

wheezing -/-

Abdomen : supel, turgor baik, BU Abdomen : supel, turgor baik, BU (+)


(+)

Ekstremitas : akral hangat (+), oedem

Ekstremitas : akral hangat (+), (-) pada keempat extremitas


oedem (-) pada keempat extremitas

Diare akut

Diare akut dengan perbaikan

Bronkopneumonia

Bronkopneumonia

15

IVFD Tridex 27B 12 tpm


(mikro)

IVFD Tridex 27B 12 tpm


(mikro)

Inj. Opigran 3 x 0,3 mg

Inj. Opigran 3 x 0,3 mg

Inj. Picyn 2 x 0,5 vial

Inj. Picyn 2 x 0,5 vial

Inj. Farmadol 3 x 15 cc

Inj. Farmadol 3 x 15 cc

Zincare 1 x 1

Zincare 1 x 1

L Bio 2 x 1

L Bio 2 x 1

Renalit syrup

Renalit syrup

3 November 2014 ( hari

4 November 2014 ( hari perawatan

perawatan ke 1)

ke 2)

Demam (+), BAB cair (-), muntah (-

Demam (-), BAB cair (-), muntah (-),

), batuk (+) berdahak, sesak (-),

batuk (+) berdahak, sesak (-), makan

makan <<, minum (+), BAK (+)

<<, minum (+), BAK (+)

KU : CM, TSR

KU : CM, TSR

N : 118x/m

N : 132x/m

: 37,20 C

: 36,90 C

RR : 28 x/m

RR : 32 x/m

Kepala : normosefali

Kepala : normosefali

Mata : CA -/-, SI -/-, cekung (-)

Mata : CA -/-, SI -/-, cekung (-)

Cor : S1, SII reguler, murmur (-), Cor : S1, SII reguler, murmur (-),
gallop (-)

gallop (-)

Pulmo : SN Verkuler +/+, ronkhi Pulmo : SN Verkuler +/+, ronkhi +/+,


+/+, wheezing -/-

wheezing -/-

16

Abdomen : supel, turgor baik, BU Abdomen : supel, turgor baik, BU (+)


(+)

Ekstremitas : akral hangat (+), oedem

Ekstremitas : akral hangat (+), (-) pada keempat extremitas


oedem (-) pada keempat extremitas

Diare akut

Diare akut dengan perbaikan

Bronkopneumonia

Bronkopneumonia

IVFD Tridex 27B 12 tpm

(mikro)

IVFD Tridex 27B 12 tpm


(mikro)

Inj. Opigran 3 x 0,3 mg

Inj. Opigran 3 x 0,3 mg

Inj. Picyn 2 x 0,5 vial

Inj. Picyn 2 x 0,5 vial

Inj. Farmadol 3 x 15 cc

Inj. Farmadol 3 x 15 cc

Zincare 1 x 1

Zincare 1 x 1

L Bio 2 x 1

L Bio 2 x 1

Renalit syrup

Renalit syrup

Combivent inhalasi per 6 jam

Combivent inhalasi per 6 jam

OS boleh pulang

17

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1.Definisi

Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan berlangsung
kurang dari 7 hari.

3.2.Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia sebesar 6
juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian tersebut terjadi di
negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian
setiap tahunnya. (Parashar,2003).
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2 episode per
tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia tahun 2002-2003,
prevalensi diare pada anak anak dengan usia kurang dari 5 tahun di Indonesia adalah : laki-laki
10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11
bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35 bulan (12,0) (Biro pusat statistik, 2003).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara berkembang telah turun
dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di Indonesia angka
kematian diare juga telah turun tajam dari 40% tahun 1972 menjadi 24,9 pada tahun 1980, 10%
tahun 1985 hingga 7,4 % tahun 1996 dari semua kasus kematian. Walaupun angka kematian
karena diare telah turun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun di
negara berkembang.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB
(Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.

18

3.3.Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare)
Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo bacter,yersinia,
aeromonas, dan sebagainya
Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain
Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia lamblia,
tricomonas hominis dan jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis Media Akut),
tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya (sering terjadi
pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Lain-lain
a. Imunodefisiensi
b. Gangguan psikologis (cemas dan takut)
c. Faktor-faktor langsung:

KKP (Kurang Kalori Protein)

Kesehatan pribadi dan lingkungan

Sosioekonomi

19

3.4.Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare osmotik,
sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
-

Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh
usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus
meningkat yang akan menarik cairan.

Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi cAMP dan
cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.

Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol
otonomik, misal pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi usus serta
hipertiroid.

Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut adalah:


1. Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus halus, yang menyebabkan
malabsorbsi yang menyebabkan diare karena gangguan osmotik.
2. Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterosit reseptor yg spesifik yang
menyebabkan terlepasnya ion klorida kedalam membran intestinal sehingga menyebabkan
gangguan absorbsi sehingga menyebabkan diare.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui
makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi usus
halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang, villi
mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan
meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul
diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan
pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis
terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh
virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa
usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke
dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat
menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

20

3.5.Manifestasi kinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian
timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan
karena bercampur dengan, daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi
dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat
timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau
akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi
mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung (bayi),
selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi
renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan
tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang
cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak
pucat, nafas cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).

3.6. Komplikasi Diare


Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan cairan (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air. Klasifikasi tingkat
dehidrasi anak dengan diare yaitu :

Penilaian Dehidrasi Menurut MTBS

21

2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)


Metabolik asidosis terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga
benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal.
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intraselular.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan, pernapasan
bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan kuszmaull. Pernapasan ini merupakan
homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk mempertahankan pH darah.

3. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering
terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.

22

Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg%
pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut berupa: lemas, apatis, peka
rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok, kejang sampai koma.

4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya
penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena :
a.

Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya akan
bertambah berat.

b.

Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.

c.

Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia
dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat mengakibatkan perdarahan di otak yang
menimbulkan turunnya kesadaran (soporokomatusa) dan bila tidak segera ditangani penderita
dapat meninggal.

3.7. Kriteria Diagnosis


a.

Anamnesis
Lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari, warna dan konsistensi tinja,
lendir dan atau darah dalam tinja
Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil terakhir,
demam, sesak, kejang, kembung
Jumlah cairan yang masuk selama diare
Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi makanan
yang tidak biasa
Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum

23

b.

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus,
turgor kulit abdomen menurun
Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulu, dan
lidah
Berat badan
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan
dalam

(asidosos

metabolik),

kembung

(hipokalemia),

kejang

(hipo

atau

hipernatremia)
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:
Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
Tidak ditemukan tanda utama dan tandda tambahan
Keadaan umum baik, sadar
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut
dan bibir basah
Turgor abdomen baik, bising usus normal
Akral hangat
Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan
Keadaan umum gelisah atau cengeng
Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa
mulut dan bibir sedikit kering
Turgor kurang, akral hangat

Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)


Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda
tambahan
Keadaan umum lemah, letargi, atau koma
Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa
mulut dan bibir sangat kering
24

Turgor sangat kurang dan akral dingin

c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,
hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak
diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi
berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi
saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada saat diare
akut :

Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
kepekaan terhadap antibiotika.
Feses :
PH asam diare osmotic
Leukosit > 5 / LPB disentri
Hal yang dinilai pada pemeriksaan feses:
-

Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau

Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri

Bentuk klinis diare berdasarkan penyebabnya :

25

3.8. Pengobatan Diare


Prinsip penatalaksanaan penderita diare adalah:
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah terjadinya
dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak
dengan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajun, kuah sayur, air sup, air teh. Bila
tidak memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan, berikan air matang. Jangan
diberikan cairan yang osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu manis sepeti soft drink.
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderit harus segera dibawa ke petugas
kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu
dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan cairan intravena
dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.

c. Pemberian ASI / makanan


Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan.

d. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih dari 90 macam
enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya, termasuk enzim superoksida
dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi untuk metabolisme radikal bebas superoksida
sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh berkurang. Pada proses inflamasi, kadar
radikal bebas superoksida meningkat, sehingga dapat merusak berbagai jenis jaringan
termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al, 2006).
Zinc yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat seorang anak
menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti zinc yang hilang dalam
proses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga kesehatannya di bulan-bulan
mendatang.

26

Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc untuk terapi diare
karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah hari lamanya seorang anak
menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan penyakit tersebut, serta menurunkan
kemungkinan anak kembali mengalami diare 2-3 bulan berikutnya.
Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat bermanfaat untuk
membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari, walaupun
diarenya sudah sembuh. 11 Sayangnya suplemen Zinc ini belum banyak beredar di apotek di
Indonesia. Di beberapa RS besar di Indonesia telah menggunakan suplemen Zinc dalam
bentuk suspensi untuk penatalaksanaan diare akut.
Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :
Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg) sekali sehari
selama sepuluh hari berturut-turut.
Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari selama
sepuluh hari berturut-turut.
Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI dalam sendok
teh.
Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit
Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah berhenti sebelum
10 hari)
Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan lagi tablet
zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa kali hingga satu
dosis penuh.
Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap berikan tablet zinc
segera setelah anak dapat minum atau makan.

e. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau jamur yang
tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang bila diberikan sesuai
indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi
kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran
cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui
27

reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik
dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan
oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis maupun diare yang
disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociated
diarrhea ) dan travellerss diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut pada
anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan efektif dalam
pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya
diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1-2 kali.
Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah : Perubahan
lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen,
kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor
toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imunno modulasi.
Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering digunakan sebagai
suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah Lactic Acid Bacteria (LAB).
Golongan LAB dapat mengubah gula dan karbohidrat menjadi asam laktat, yang berfungsi
menurunkan kadar pH saluran gastrointestinal, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri
patogen. Contoh strain golongan LAB adalah Lactobacillus dan Bifidobacterium.
Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff, pada awal
abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak dilakukan untuk menguji
kemanfaatannya pada populasi anak. Produk komersial yang mengandung probiotik sebagai
suplemen banyak tersedia di pasaran. Kemanfaatan probiotik terutama banyak dilihat dari
aspek pencegahan dan terapi penyakit, terutama penyakit alergi dan infeksi.
Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang paling banyak
dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara teoritis, probiotik dapat
mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi dengan patogen, imunomodulator,
meningkatkan sekresi IgA mukosa usus, dan mengurangi kejadian intoleransi laktosa.
Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut. Meta-analisis yang
dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa pemberian suplemen Lactobacillus
mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat dibandingkan plasebo (95% CI) dengan level

28

of evidence 1a. Efektivitasnya terutama lebih baik pada mereka dengan etiologi rotavirus,
yang merupakan penyebab terbanyak diare akut pada anak.

f. Pemberian Antibiotik
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena
pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian
kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada
anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi
terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau
pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau
menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti
motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga
terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:
Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau Erytromycin 12,5
mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau Ceftriaxone 50-100
mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus berat),
Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5
hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.

g. Mengobati masalah lain


Obat-obatan anti diare dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak dengan diare. Anti
diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti mengenai diare yang berdaya guna,
sehingga penggunaan anti diare hanya menimbulkan beban biaya.

h. Pemberian nasehat
Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa anaknya kepada
petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut:
29

Buang air besar cair lebih sering


Muntah berulang-ulang
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah

DIARE TANPA DEHIDRASI


-

Cairan rehidrasi oralit diberikan 5-10 mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan
usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak 50-100 ml, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200
ml, dan umur di atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai
kemauan anak. ASI harus tetap diberikan.

Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau
minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)

DIARE DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG


-

Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar deberikan sebanyak 75 ml/kgBB dalam 3


jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10
ml/kgBB setiap diare cair

Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum
walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa
nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau
NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi
dievaluasi secara berkala.

Berat badan 3-10 kg: 200 ml/kgBB/hari

Berat badan 10-15 kg: 175 ml/kgBB/hari

Berat badan > 15 kg: 135 ml/kgBB/hari

Pasien dipantau selama proses rehidrasi sambil memberikan edukasi kepada orangtua

30

DIARE DENGAN DEHIDRASI BERAT


-

Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat 100
ml/kgBB, dengan cara pemberian:

Umur kurang dari 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan70


ml/kgBB dalam 5 jam berikutnya

Umur di atas 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kgBB


dalam 2,5 jam berikutnya

Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum dimulai
dengan 5 ml/kgBB selama proses rehidrasi

Rencana Terapi A : Terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi


Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi memerlukan tambahan cairan dan garam untuk
mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare. Jika ini tidak diberikan, tanda-tanda
dehidrasi dapat terjadi. (1)
Ibu harus diajarkan cara untuk mencegah dehidrasi di rumah dengan memberikan anak
lebih banyak cairan daripada biasanya, bagaimana mencegah kekurangan gizi dengan terus
memberi makan anak, dan mengapa tindakan-tindakan ini penting. Mereka harus juga tahu apa
tanda-tanda menunjukkan bahwa anak harus dibawa ke petugas kesehatan. Langkah-langkah
tersebut dirangkum dalam empat aturan Rencana Terapi A.
Aturan 1 : Memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, untuk mencegah
dehidrasi
Cairan yang diberikan adalah cairan yang mengandung garam (oralit), dapat juga
diberikan air bersih yang matang.
Komposisi larutan oralit baru :
Natrium klorida 2,6 gram/liter
Glukosa 13,5 gram/liter
Kalium klorida 1,5 gram/liter
Trisodium sitrat 2,9 gram/liter
Komposisi larutan oralit lama :
Natrium klorida 3,5 gram/liter
Glukosa 20 gram/liter
31

Kalium klorida 1,5 gram/liter


Trisodium sitrat 2,55 gram/liter
Dengan menurunkan osmolaritas dengan mengurangi konsentrasi glukosa dan garam
(NaCl) dimaksudkan untuk menghindari hipertonisitas cairan selama absorpsi cairan oralit.
Cairan yang mengandung garam, seperti oralit, minuman asin (seperti minuman
youghert), atau sayuran dan sup ayam dengan garam. Ajari ibu untuk memasukan garam (kurang
lebih 3g/L) pada minuman yang tidak bergaram (seperti air matang, air teh, jus buah-buahan
yang tidak diberi gula) atau sup selama diare.
Larutan oralit yang dapat dibuat dirumah mengandung 3g/L garam dapur (1 sendok teh
penuh garam) dan 18g/L dari gula dapur (sukrosa) sangat efektif namun tidak dianjurkan karena
seringkali lupa resepnya.
Minuman yang tidak boleh diberikan ialah minuman bersoda, teh manis, jus buah-buahan
yang manis. Minuman tersebut dapat menyebabkan diare osmotik dan hipernatremia. Sedangkan
kopi tidak boleh diberikan karena bersifat diuretik.
Umur (tahun)

Jumlah Cairan Yang Harus


Diberikan

<>

50-100 ml cairan

2-10

100-200 ml

> 10

> 200 atau sebanyak yang mereka mau

Aturan 2 : Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap hari selama 10 14 hari
Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana formulasinya tersedia dan
terjangkau. Dengan memberikan zinc segera setelah mulai diare, durasi dan tingkat keparahan
episode serta risiko dehidrasi akan berkurang. Dengan pemberian zinc selama 10 sampai 14 hari,
zinc yang hilang selama diare diganti sepenuhnya dan risiko anak memiliki episode baru diare
dalam 2 sampai 3 bulan ke depan dapat berkurang. (1)
Pada pedoman penatalaksanaan diare sebelumnya tidak ada anjuran untuk memberikan
zinc, namun pada pedoman penatalaksanaan diare WHO 2005 ada anjuran seperti ini.
Aturan 3 : Berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi
Diet bayi yang biasanya harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan setelahnya.
Makanan tidak boleh ditahan dan makanan anak yang biasa tidak boleh diencerkan. pemberian
32

ASI harus dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk memberikan makanan yang kaya nutrisipada
anak. Sebagian besar anak-anak dengan diare cair mendapatkan kembali nafsu makan mereka
setelah dehidrasi diperbaiki, sedangkan orang-orang dengan diare berdarah seringkali nafsu
makan tetap buruk sampai penyakitnya sembuh. Anak-anak ini harus didorong untuk mau makan
secara normal sesegera mungkin.
Ketika makanan diberikan, gizi yang cukup biasanya diserap untuk mendukung
pertumbuhan dan pertambahan berat badan. Makan juga mempercepat pemulihan fungsi usus
normal, termasuk kemampuan untuk mencerna dan menyerap berbagai nutrisi. Sebaliknya, pada
anak-anak yang dibatasi makannya dan makanan yang diencerkan dapat menurunkan berat
badan, menyebabkan diare lebih lama dan lebih lambat memulihkan fungsi usus.
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama dengan yang
diperlukan oleh anak-anak yang sehat.
o Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui sesering dan
selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya dan ini harus didukung.
o Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu formula) sekurangkurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.
o Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus diberikan ASI lebih
banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya pasokan ASI, makanan lain harus
diturunkan.
Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus diberi
sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan makanan tersebut
belum diberikan, maka harus dimulai selama episode diare atau segera setelah diare berhenti.
Daging, ikan atau telur harus diberikan, jika tersedia. Makanan kaya akan kalium, seperti pisang,
air kelapa hijau dan jus buah segar akan bermanfaat.
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari). Makan porsi kecil
yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah diare berhenti, dapat
terus memberi makanan dengan energi yang sama dan membrikan satu lagi makan tambahan
daripada biasanya setiap hari selama setidaknya dua minggu. Jika anak kekurangan gizi,
makanan tambahan harus diberikan sampai anak telah kembali berat badan normal-untuk-height.

33

Aturan 4 : Bawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda dehidrasi atau masalah
lainnya
Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
Buang air besar cair sering terjadi
Muntah berulang-ulang
Sangat haus
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja Berdarah
Anak tidak membaik dalam tiga hari.
Pedoman diare yang sebelumnya hanya mempunyai 3 aturan saja. Namun WHO 2005
menambahkan pemberian zinc pada rencana terapi A ini.
2.3.2 Rencana Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan dehidrasi ringansedang
Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk menentukan jumlah
larutan yang tepat. Jumlah larutan ditentukan dari berat badan (Kg) dikalikan 75 ml. Jika berat
badan anak tidak diketahui maka penentuan jumlah cairan ditentukan berdasarkan usia anak.
Seperti yang terlihat pada tabel 2.5.
Jumlah Cairan yang Harus Diberikan Dalam 4 Jam Pertama
Usiaa

Berat

4 11

12 23

24

5 14

bulan

bulan

tahun

tahun

<>

57.9 kg

8-10.9 kg

11-15.9kg

16-29.9kg

> 30 kg

200-400

400-600

600-800

800-1200

1200-2200

2200-4000

<>

> 15 tahun

Badan
Jumlah
(ml)
a

Digunakan apabila tidak diketahui berat badan pasien

Tabel 2.5 Pedoman Pengobatan Dehidrasi Pada Anak dan Dewasa dengan Dehidrasi Sedang
Jika pasien menginginkan lebih banyak oralit, maka dapat diberikan.
Dorong ibu untuk terus menyusui anaknya.

34

Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak menyusui, jika menggunakan larutan oralit WHO yang
lama yang mengandung 90 mmol / L natrium, juga memberi 100-200ml air bersih selama
periode ini. Namun, jika menggunakan larutan oralit osmolaritas rendah yang baru
mengandung 75mmol / L natrium, hal ini tidak perlu menambah air bersih.
Edema (bengkak) kelopak mata adalah tanda dari over-hidrasi. Jika hal ini terjadi,
hentikan penggunaan oralit, tapi dapat diberi ASI atau air putih, dan makanan. Jangan beri
diuretik. Bila edema telah hilang, lanjutkan pemberian oralit atau cairan rumah sesuai dengan
Rencana Terapi A.
Keluaraga harus diajarkan cara memberikan larutan oralit. Larutan dapat diberikan pada
anak-anak menggunakan sendok atau cangkir. Botol minum tidak boleh digunakan. Untuk bayi
dapat digunakan pipet atau syringe. Untuk anak <>(1)
Jika tanda-tanda dehidrasi parah telah muncul, terapi intravena (IV) harus dimulai sesuai
Rencana Terapi C.
Jika anak masih memiliki tanda-tanda yang menunjukkan dehidrasi beberapa, teruskan
terapi rehidrasi oral dengan mengulangi Rencana Terapi B. Pada saat yang sama dimulai
pemberian makanan, susu dan cairan lain, seperti yang dijelaskan dalam Rencana Terapi A, dan
terus menilai kembali anak.
Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, harus dipertimbangkan rehidrasi telah lengkap. Bila
rehidrasi adalah lengkap:
Turgor kulit normal
Tidak haus
Urin
Anak menjadi tenang, tidak lagi mudah marah dan seringkali tertidur.
Ajarkan ibu cara untuk merawat anaknya di rumah dengan larutan oralit dan makanan
seperti pada Rencana Terapi A.
Dengan larutan oralit yang sebelumnya, tanda dehidrasi dapat menetap atau muncul
kembali selama pemberian oralit pada 5% anak-anak. Namun dengan larutan oralit osmolaritas
rendah yang baru, diperkirakan kegagalan pengobatan sebelumnya dapat berkurang menjadi 3%,
atau kurang.
Penyebab kegagalan tersering ialah:

35

Intake larutan oralit yang kurang (lebih dari 15-20 ml/kg/jam), seperti yang terjadi pada beberapa
anak-anak dengan kolera
Tidak cukup asupan larutan oralit karena kelelahan atau kelesuan
Sering terjadi muntah-muntah yang parah.
Anak-anak tersebut harus diberikan larutan oralit dengan selang nasogastric (NG) atau
larutan Ringer laktat intravena (IV) (75 ml/kg/4jam), biasanya dilakukan di rumah sakit.
Mulailah untuk memberikan tambahan zinc, seperti dalam Rencana terapi A, segera
setelah anak dapat makan setelah 4 jam pertama periode rehidrasi.
Kecuali untuk ASI, makanan tidak boleh diberikan selama empat jam pertama periode
rehidrasi. Namun, anak-anak yang terus dalam Rencana Terapi B lebih dari empat jam harus
diberikan makanan setiap 3-4 jam seperti yang dijelaskan dalam Rencana terapi A. Semua anak
yang lebih tua dari 6 bulan harus diberikan makanan sebelum pulang. Ini membantu untuk
menekankan kepada para ibu pentingnya terus makan selama diare.
Perbedaan dari rencana terapi B antara WHO tahun 2005 dan Depkes RI 1999 ialah
adanya penambahan zinc pada terapi diare menurut WHO 2005 dan adanya perbedaan untuk
menentukan jumlah cairan rehidrasi yang ditentukan berdasarkan usia.

2.3.3 Rencana Terapi C : untuk Pasien dengan Dehidrasi Berat


Pengobatan bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah rehidrasi intravena cepat,
mengikuti Rencana Terapi C. Jika mungkin, anak harus dirawat di rumah sakit.
Anak-anak yang masih dapat minum, walaupun buruk, harus diberikan oralit secara
peroral sampai infus berjalan. Selain itu, ketika anak dapat minum tanpa kesulitan, semua anak
harus mulai menerima larutan oralit (sekitar 5 ml/kg/jam), yang biasanya dalam waktu 3-4 jam
(untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk pasien yang lebih tua). Ini memberikan tambahan dasar dan
potasium, yang mungkin tidak dapat secara memadai disediakan oleh cairan infus.
Mulai diberi cairan i.v segera. Bila pasien dapat minum berikan oralit sampai cairan i.v
dimulai. Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba.
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam .Bila rehidrasi belum tercapai pencepat tetesan
intravena. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita mengunakan Tabel
Pernilaian Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B atau C ) untuk melanjutkan terapi.
36

Pasien harus dinilai ulang setiap 15-30 menit sampai denyut a. radialis teraba kuat.
Setelah itu, pasien harus dinilai ulang setidaknya setiap 1 (satu) jam untuk memastikan bahwa
hidrasi membaik. Jika tidak, maka infus harus diberikan lebih cepat.
Lihat dan rasakan untuk semua tanda-tanda dehidrasi:
o Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV seperti yang diuraikan dalam
Rencana terapi C.
o Jika anak membaik (dapat minum), tetapi masih menunjukkan tanda-tanda dari dehidrasi
sedang, hentikan infus IV dan berikan larutan oralit selama empat jam, sebagaimana
ditetapkan dalam Rencana terapi B.
o Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana terapi A. Ingatlah bahwa anak
membutuhkan terapi dengan larutan oralit sampai diare berhenti.
Jika fasilitas terapi IV tidak tersedia, tetapi dapat diberikan dalam jangka waktu dekat
(yaitu dalam waktu 30 menit), kirimlah anak untuk pengobatan IV segera. Jika anak dapat
minum, berikan ibu beberapa larutan oralit dan tunjukkan kepadanya cara untuk memberikannya
kepada anaknya selama perjalanan.
Jika terapi IV tidak tersedia di dekatnya, petugas kesehatan yang telah dilatih dapat
memberikan larutan oralit menggunakan selang Naso Gastrik, dengan kecepatan 20 ml/kg BB
/jam selama 6 (enam) jam (total 120 ml/kg BB). Jika perut menjadi bengkak, larutan oralit harus
diberikan perlahan-lahan sampai menjadi kurang buncit.
Jika tidak bisa menggunakan selang NGT namun anak dapat minum, larutan oralit harus
diberikan melalui mulut dengan kecepatan 20 ml/kg BB/jam selama 6 (enam) jam (total 120 ml /
kg berat badan). Jika terlalu cepat, anak dapat muntah berulang. Jika terjadi hal ini, maka
memberikan larutan oralit secara lebih lambat sampai muntah mereda.
Anak-anak menerima terapi NGT atau per oral harus dinilai ulang paling sedikit setiap
jam. Jika tanda-tanda dehidrasi tidak membaik setelah tiga jam, anak harus segera dibawa ke
fasilitas terdekat di mana terapi IV tersedia.
Kalau tidak, jika rehidrasi maju memuaskan, anak harus dinilai ulang setelah enam jam
dan keputusan pada perawatan lebih lanjut dibuat seperti yang dijelaskan di atas untuk terapi IV
yang diberikan.
Jika tidak ada fasilitas NGT dan tidak dapat dilakukan secara peroral, anak harus segera
dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV atau NGT tersedia.
37

Pada rencana terapi C tidak ada perbedaan antara WHO 2005 dengan pedoman
penatalaksanaan diare di Indonesia saat ini.

38

RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH
PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI

39

40

RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

41

RENCANA TERAPI C
UNTUK DEHIDRASI BERAT

42

3.9.

Tatalaksana Nutrisi Pada Diare


Ibu perlu dibimbing tentang cara pemberian makanan yang baik pada anak, mengajari

pentingnya meneruskan pemberian makanan penuh selama diare dan membantu usaha mereka
untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci utama tatalaksana gizi diare yang benar:

Menilai status gizi

Memberi makanan yang tepat pada saat episode diare

Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak lanjutnya.

Komunikasi yang efektif tentang anjuran diet kepada ibu.

Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi diperbolehkan
sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di berikan untuk menambah larutan
oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di terima bila timbul dehidrasi maka pemberian susu
harus di hentikan selama rehidrasi untuk 4-6 jam dan kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak
bila anak berumur 4 bulan atau lebih sudah bisa menerima makanan lunak, makanan ini harus di
teruskan. Bayi umur 6 bulan atau lebih
harus mulai di berikan makanan lunak bila belum pernah di beri. Bila timbul dehidrasi
makanan ini harus di hentikan 4 6 jan untuk rehidrasi untuk kemudian di lanjutkan lagi. Paling
tidak separuh makanan diet harus berasal dari makanan porsi kecil tetapi sering (6 kali atau
lebih) dan mereka harus di bujuk untuk makan.
Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan kebaikan dalam
penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali sehari selama 5 hari
dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam mengurangi frekuensi, serta durasi penyakit
diare. Probiotik dipercaya dapat mengurangi lama waktu kesakitan, dengan meningkatkan respon
imun, memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi penting dalam antimikroba dan
menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka penguranga dari frekuensi defekasi secara
drastis dalam <3 hari terdapat pada kelompok yang memeperoleh probiotik dengan kelompok
kontrol. Konsistensi faeces yang lebih padat dan durasi yang lebih pendek pada kelompok
probiotik. Rata-rata lama durasi diare juga mengalami hasil yang signifikan pada kelompok
probiotik.

43

3.10. Pencegahan Diare

Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral dan pemberian
makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi dehidrasi, kekurangan gizi dan resiko
kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk mengurangi insidensi diare, yaitu intervensi
yang selain mengurangi penyebaran mikroorganisme penyebab diare juga meningkatkan
resistensi anak terhadap infeksi kuman ini.
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak, kebanyakan
meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada bayi, kebersihan
perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih, pembuangan tinja yang aman dan
imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi, yaitu:
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan
5. Penggunaan jamban
6. Pembuangan tinja bayi yang aman
7. Imunisasi campak.

Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik,
termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, penggunaan jas panjang
bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan yang terinfeksi.
Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan enteropatogen dan cara-cara
mengurangi penularan.

44

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, R.E et.all. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. International Edition.
Saunders 2004. p 1239-1241
2. Budiarso, Aswita.dkk. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare . Jakarta:
Departement Kesehatan R.I PPM & PLP. 2009
3. Depatemen

Kesehatan.

Diare

Pada

Anak

Kamis,

31

September

2010

www.depkes.go.id
4. Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan Terapi.
Edisi 3. Bandung : 2005
5. Santoso, N. Budi, Diare Pada Bayi Dan Anak, Lab/SMF. Ilmu Kesehatan Anak FK.
Unibraw/RSU Dr. Saiful Anwar Malang. 2001
6. Pusponegoro. H, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. 2004
7. Rasad S., 2005, Radiologi Diagnostik (2nd edition), Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta
8. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

45

Anda mungkin juga menyukai