Anda di halaman 1dari 3

No.

1
Secara epistemologi, kebaradaan Pancasila baik sebagai filsafat bangsa
maupun sebagai filsafat negara melalui proses dan dialektika yang panjang.
Pada konteks proses terjadinya, dan kaedah yang membenarkan kebenaran
dialektika proses terjadinya Pancasila sebagai filsafat bangsa dan filsafat
negara, bertolak pada hukum kausalitas.
Kausa material (muasal bahan) Pancasila sebagai filsafat bangsa dan
negara, adalah nilai-nilai soial budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat/bangsa Indonesia sendiri2. Sejak kapan dan dimana
adanya nilai tersebut, seiring dan bersamaan dengan tumbuh-kembangnya tata
kehidupan dan peradaban pada masyarakat Indonesia sendiri (sejak nenek
moyang yang menjadi cikal-bakalnya)3. Dalam hal Pancasila sebagai filsafat
negara, material yang secara langsung sebagai kausa adalah filsafat bangsa
Indonesia, sehingga nilai-nilai sosial budaya bangsa merupakan kausa materi
tidak langsung.
Kajian terhadap kausa formal (muasal proses terjadinya), terdapat
perbedaan dialektika antara Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Pancasila
sebagai filsafat negara.

JAWABAN VERSI mas NO 1


Secara epistemologi, kebaradaan Pancasila baik sebagai filsafat bangsa
maupun sebagai filsafat negara melalui proses dan dialektika yang panjang.
Pada konteks proses terjadinya, dan kaedah yang membenarkan kebenaran
dialektika proses terjadinya Pancasila sebagai filsafat bangsa dan filsafat
negara, bertolak pada hukum kausalitas.
Kausa material (muasal bahan) Pancasila sebagai filsafat bangsa dan
negara, adalah nilai-nilai soial budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat/bangsa Indonesia sendiri
Dalam hal Pancasila sebagai filsafat
negara, material yang secara langsung sebagai kausa adalah filsafat bangsa
Indonesia, sehingga nilai-nilai sosial budaya bangsa merupakan kausa materi
tidak langsung.
kausa formal (muasal proses terjadinya), terdapat
perbedaan dialektika antara Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Pancasila
sebagai filsafat negara. Bahasan dan kajian terhadap proses terjadinya
Pancasila sebagai dasar negara jauh lebih mudah dan lebih dangkal dibanding
proses terjadinya filsafat bangsa.

No.2
Pancasila memandang segala sesuatu sebagaimana apa adanya pada sesuatu
itu.Sebagai contoh bagaimana Pancasila memandang manusia, nilai pada sila
kedua, bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki sifat mono dualis
danmono pluralis. Dalam konteks mono dualis bahwa manusia merupakan
makhlukindividu, yang berdiri atas karakter dan eskisitensi dirinya sendiri, juga
sebagaimakluk sosial, yang berdiri sebagai bagian dan saling-tergantung dengan
manusiayang lain. Serta manusia terdiri dari jiwa dan raga. Jiwa merupakan
eksistensi. spirit dari manusia dan raga merupakan unsur material dari keberadaan
manusia. Ilustrasi terebut, kiranya cukup memberikan gambaran bahwa Pancasila
adalah filsafat realis, yang memandang segala sesuatu sebagaimana apa adanya
pada sesuatu itu sendiri.

No.3
Secara aksiologi, pancasila mengkaji dan mengajarkan tentang apa nilai
dan manfaat atas hidup manusia, serta nilai dan manfaat yang dapat diperoleh
manusia (secara individu maupun kelompok) dalam perjalanan hidup manusia
dan proses kehidupan manusia. Nilai dan manfaat atas hidup manusia, bertolak
dari keberadaan manusia sesuai dengan hakekat dan martabatnya sebagai
makhluk beradap. Nilai dan manfaat dapat diperoleh (dicari) manusia, betolak
dari apa yang dicari oleh manusia sebagai makhluk Tuhan, yang harus mengabdi
dan bertanggungjawab kepada Tuhan dan dapat dipahami bahwa nilai dan
filsafat Pancasila pertama-tama adalah nilai kerohanian.
No.4
Cakupan nilai dan pemikiran sila pertama Pancasila, yang menjadi
landasaan dan menjiwai nilai dan pemikiran pada sila-sila di bawahnya, adalah
wujud dan bukti akan nilai dan pemikiran kesemestaan Pancasila. Sila pertama
mengandung makna nilai-nilai dan pemikiran tentang ke-Tuhan-an. Bahwa Tuhan
adalah sumber muasal segala sesuatu yang terjadi (pencipta makhluk) dan
tujuan kembalinya makhluk, yang dalam pemikiran kepercayaan Jawa disebut
sebagai sangkan paraning dumadi. Keberadaan Tuhan adalah sebagai kausa
prima, Tuhan ada karena Diri-Beliau sendiri dan Tuhan menentukan keberadaan
selain Diri Beliau. Selain Tuhan adalah makhluk yang diciptakan Tuhan.
Keberadaan Tuhan dan nilai-nilai tentang ke-Tuhan-an berlaku mencakup di
seluruh alam semesta (dimanapun) tanpa batas ruang dan kapanpun tanpa batas
waktu.

no.5
Sila ke 3 melandasi ajaran atau pahan persatuan dan kesatuan, yang
kemudian lebih dikenal dengan paham integralistik
Konsep per-satuan-an dalam sila ke 3 merefleksikan nilai-nilai tentang
suatu proses menyatukan, mempersatukan atau penyatauan guna membentuk
suatu kesatuan (proses intergasi membentuk integralisme), baik pada aspek
masyarakat dan bangsa beserta nilai dan tatanan sosial budayanya, juga pada
aspek kewilayahan dan Negara

Anda mungkin juga menyukai