- Anak-anak dibagi 5 kelompok, setiap kelompok 5-10 orang (A s.d. E). Mereka
nanti akan melakukan praktek memilah, mencacah, memasukkan wadah kompos,
panen kompos dan menanam.
- Kelompok Memilah harus membawa sampah anorganik (kotak bekas
minuman, botol atau gelas bekas air mineral, kemasan isi ulang sabun cair atau
pewangi)
- Kelompok Mencacah membawa sampah dapur dan kulit buah-buahan yang
masih segar (belum membusuk), dan gunting yang ujungnya tumpul.
2.
yang tidak dapat dilihat dengan mata tanpa bantuan mikroskop (namanya
mikroba).
3.
4.
Kelompok D panen kompos yang sudah jadi. Untuk memisahkan dari bagian
yang kasar yaitu sampah yang agak keras atau potongannya terlalu besar
dilakukan pengayakan. Ayakannya kecil, dipegang oleh 2 anak. Hasil ayakan
yaitu kompos yang halus dikumpulkan.
5.
Jika dari pihak sekolah ingin semua anak membawa pulang tanaman, maka
kelompok hanya ada 4, kemudian pada sesi menanam harus bergiliran setiap kali 5
orang.
Kemudian anak-anak diajak berkeliling Kebun Karinda untuk melihat bunga-bunga
dan kupu-kupu yang beterbangan dan hinggap mengisap madu, mendengarkan
suara burung-burung yang hinggap di pohon, dan melihat tanaman sayuran dan
tanaman obat. Ada anak yang belum pernah melihat tanaman terong atau
tanaman tomat. Semua tanaman subur karena dipupuk dengan kompos buatan
sendiri.
Setelah semua mecuci tangan dengan sabun, anak-anak duduk kembali dan
makan bekalnya. Kami berpesan kepada anak-anak supaya minta kepada
orangtuanya menyediakan 2 tempat sampah untuk sampah organik dan anorganik.
Kegiatan memilah sampah, mencacah (pakai tangan atau gunting) akan menjadi
menyenangkan apabila ibu, ayah, kakak, pembantu semuanya melakukan dengan
senang hati, bukan sebagai beban.
Mereka pulang masih dalam suasana gembira, dengan membawa tanaman dan
tambahan pengetahuan serta ketrampilan.
Catatan:
Beberapa hari yang lalu datang ke Kebun Karinda Pak Ihsan dengan anaknya, Wira
(Kelas 2 SD) yang pernah belajar membuat kompos bersama teman-teman
sekolahnya. Menurut Pak Ihsan, Wira sudah melatih seisi rumah memilah sampah,
lalu mengajak ayahnya membelikan Keranjang Takakura. Wira sudah punya
rencana komposnya akan digunakan untuk memupuk tanaman bunganya. Inilah
yang kami harapkan, anak-anak dapat menularkan ilmunya kepada orang tua dan
lingkungannya.
Cucu saya Thea, dari umur 4 tahun sudah pandai memilah sampah. Suatu hari
waktu Thea akan memasukkan kulit permen ke tempat sampah anorganik di rumah
saya, ia berteriak: Eyang, ada yang keliru. Kulit jeruk kok dimasukkan ke sini, kan
bisa dibikin kompos!