Anda di halaman 1dari 2

GANGGUAN PSIKOSOMATIS

Psikosomatis berasal dari kata psycho (jiwa) dan soma (tubuh, jasad) yang merujuk
kepada keterkaitan antara adanya ketidak serasian dalam keseimbangan jiwa dengan
kemunculan gejala sakit yang dirasakan oleh tubuh.
Psikosomatis merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai
oleh bermacam-macam keluhan fisik. Berbagai keluhan tersebut sering kali berpindahpindah. Sebagai contoh dalam waktu beberapa hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul
gangguan pernafasan pada hari-hari berikutnya. Atau kadang keluhan tersebut menetap hanya
pada satu sistem saja, misal hanya pada sistem pencernaan (gangguan lambung). Kondisi
inilah yang seringkali menjadi sebab berpindah-pindahnya penderita dari satu dokter ke
dokter yang lain ("doctor shopping"). Ada sebagian pasien yang kemudian jatuh pada
perangkap medikalisasi, yakni upaya atau tindakan dengan berbagai teknik dan taktik, yang
membuat mereka terkondisi dalam keadaan sakit dan memerlukan pemeriksaan maupun
pengobatan.
Padahal gangguan psikosomatis ini sebenarnya justru disebabkan dan berkaitan erat
dengan masalah psikis/psikososial, seperti stress, depresi, kecewa, kecemasan, rasa berdosa,
dan emosi negatif lainnya.
. Ciri khas gangguan psikosomatis adalah adanya keluhan fisik yang berulang dalam
jangka waktu lama, misalnya sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan,
kulit, saluran urogenital (saluran kencing) dan sebagainya. Meski secara diagnosis pasien
dinyatakan baik-baik saja, dari hasil pemeriksaan fisik maupun penunjang (laboratorium
klinis, radiologi dsb) tidak diketemukan adanya kelainan.
Penyebab gangguan Psikosomatis adalah beban pikiran yang tidak bisa keluar atau
disalurkan. Contohnya, karena si pasien tidak punya teman curhat sehingga menyimpan
beban pikirannya sendiri. Gangguan Psikosomatis ini paling sering terjadi pada usia awal 30an. Anak-anak terhindar dari penyakit ini, karena belum mempunyai beban pikiran.

Pengobatan
Setelah dibuat diagnosis gangguan psikosomatis, terdapat 3 fase terapi yaitu:
Fase 1 : ialah fase pemeriksaan dan pemberian ketenangan, penderita dan dokter bersamasama berusaha dan saling membantu melalui anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik yang

teliti dan tes laboratorium bila perlu. Diusahakan membuktikan bahwa tidak terdapat penyakit
organik dan dijelaskan kepada penderita tentang mekanisme fisiologik serta keterangan
tentang gejala-gejala. Berikan kesempatan kepada penderita untuk bertanya.

Fase 2 : merupakan fase pendidikan, fase ini dokter lebih banyak bicara. Untuk memberi
keterangan tentang keluhan, meyakinkan serta menenangkan pasien, dapat dikatakan antara
lain :

Fase 3 : ialah fase keinsafan intelektual dan emosional. Pada fase ini pasien yang lebih
banyak bicara. Terjadi pengakuan, katarsis dan wawancara psikiatrik. Hal ini harus berjalan
sangat pribadi, rahasia, tanpa sering terganggu dan dalam suasana penuh kepercayaaan dan
pengertian. Dokter menjelaskan saja agar pembicaraan berjalan dengan baik, tidak terlalu
menyimpang dari pokok pembicaraan. Terdapat 3 golongan senyawa psikofarmaka:

1. Obat tidur (hipnotik)


----Diberikan dalam jangka waktu pendek 2-4 minggu. Obat yang dianjurkan adalah senyawa
benzodiazepine berkhasiat pendek seperti nitrazepam, flurazepam, dan triazolam. Pada
insomnia dengan kegelisahan dapat diberikan senyawa fenotiazin seperti tioridazin,
prometazin

2. Obat penenang minor dan mayor


- obat penenang minor
----diazepam merupakan obat yang efektif yang dapat digunakan pada anxietas, agitasi,
spasme otot, delirium, epilepsi. Benzodiazepine hanya diberikan pada anxietas hebat
maksimal 2 bulan.
- obat penenang mayor
----Yang paling sering digunakan adalah senyawa fenotiazin dan butirofenon seperti
clorpromazin, tioridazin dan haloperidol.
3. Antidepresan
----yang dianjurkan adalah senyawa trisiklik dan tetrasiklik seperti amitriptilin, imipramin,
mianserin dan maprotilin yang dimulai dengan dosis kecil yang kemudian ditingkatkan.
-------

Anda mungkin juga menyukai