Anda di halaman 1dari 13

Tugas Enzimologi

Translation of Carbohydrates Comprehensive Studies Glycobiology ITO12 Chapter 20

Oleh

Citra Purnama W.

(101810401026)

Sri Wahyuningsih

(101810401028)

Susiyatin Umul A.

(111810401004)

Izzay Afkarina

(111810401005)

Ika Novita Sari

(111810401006)

Amin Robbi S.

(111810401008)

Anggi Erlyta

(111810401011)

Syafiq Ubaidillah

(111810401015)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014

Carbohydrates from Biomass: Sourcesand Transformation by Microbial Enzymes


KarbohidratdariBiomassa: SumberdanTransformasiolehMikrobaEnzim

Dalam dekade terakhir tujuan biomassa khususnya residu agro-industri adalah masalahpenting dunia
yang telah menjadi target dari banyak penelitian. Akumulasi residu agroindustri di lingkungan dapat
menyebabkan masalah ekologis yang serius. Di sisi lain, jenis-jenis bahan karbohidrat yang kaya dapat
agregat nilai ekonomis untuk proses bioteknologi berbeda seperti misalnya dalam proses fermentasi mikroba.
Berdasarkan hal tersebut, proposal dari bab ini adalah untuk menjelaskan dan mendiskusikan
pemanfaatan biomassa dari residu agro-industri dan produk dan transformasinya oleh enzim mikroba untuk
mendapatkan produk (sakarida) dengan kepentingan industri. Ini adalah subyek yang telah menarik perhatian
banyak penelitian dan sektor industri. Untuk mengatur informasi mengenai hal ini dalam sebuah bab yang
sangat menarik untuk memenuhi syarat keadaan padapemanfaatan dan pentingnya karbohidrat dari agroindustri residu dan produk. Pentingnya mikroorganisme untuk transformasi biomassa merupakan aspek
penting yang akan disorot.
Mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur, dapat menggunakan berbagai macam anorganik dan
senyawa organiksebagai nutrisi, yang mencerminkan keragaman metabolisme yang menarik. Di antaranya
nutrisi dan sumber karbon nitrogen sangat diperlukan untuk metabolisme primer. Lainnya nutrisi yang
dibutuhkan pada konsentrasi rendah, seperti vitamin. Menurut pertumbuhan tersebut, mikroorganisme
mampu menghasilkan banyak enzim yang dapat menunjukkan biokimia menarik untuk aplikasi bioteknologi
(Guimaraes etal., 2006). Di antara enzim ini, beberapa konstitutif sementara yang lain diinduksi. Induksi
produksi enzim oleh mikroorganisme dapat diperoleh dengan menggunakan biomassa sebagai sumber
karbon. Mikroorganisme mampu menghasilkan keragaman enzim misalnya, karbohidrat-aktif enzim(
Gambar 1). Hidrolase glikosida enzim yang mampu bertindak pada disakarida, oligosakarida dan
polisakarida dimana dapat ditemukan enzim penting seperti selulase, amilase, inulinases dan invertases
(Tabel 1). Karbohidrat esterase terlibat dalam penghapusan O (ester) dan N-asetil gugus dari karbohidrat.
Polisakarida

liase

mengkatalisis

reaksi

-eliminasi

pada

glukosida

asam

uronic

sementara

Glycosyltransferase yang bertindak membentuk ikatan glikosidik menggunakan donor gula aktif.
Glycoside hydrolase
Karbohidrat esterase
Karbohidrat enzim
aktif

Polysakarida esterase
Glycosyltranferase
Gambar 1. Kelas Karbohidrat- enzim aktif

Tabel 1. Beberapa mikroba (bakteri dan jamur) sebagai sumber enzim yang terlibat dalam pemanfaatan
karbohidrat yang ditemukan dalam biomassa tanaman.

Termasuk endo-1,4- -glucanases, exo-1,4- -glucanases or cellobiohydrolases and 1,4- -glucosidases.

Data diperoleh dari BRENDA (The Comprehensive Enzyme Information System).


2. Perkembangan Mikroba Menggunakan Biomassa
Berbagai jenis biomassa telah digunakan sebagai sumber karbon dalam budidaya mikroba dalam
fermentasi cair dan fermentasi padat. Residu Agro-industri dan sebagai produk misalnya, jerami padi, kulit
buah, gula tebu dan tepung gandum yang penting sebagai alternatif sumber karbon untuk kedua jenis
fermentasi. Fermentasi padat adalah dicirikan sebagai sistem yang dibentuk dari bahan padat dalam keadaan
rendah air di mana mikroorganisme dapat tumbuh. Kondisi ini lebih mirip daripada yang ditemukan oleh
mikroorganisme di lingkungan jika dibandingkan dengan kondisicukup air. Selain itu, beberapa keuntungan
lain untuk menggunakan fermentasi padat, yaitu sebagai berikut:

i) Lebih tinggi hasil produknya


ii) Sama atau hasil yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan fermentasi cair atau cukup air
iii) Dispersi suspensi spora seragam
iv) Tingkat aerasi yang lebih tinggi
v) Rendahnya tingkat kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri dan ragi.
Hal ini juga penting untuk mempertimbangkan bahwa media untuk fermentasi padat adalah substrat
sederhana dan biaya lebih rendah yang dapat dimanfaatkan sebagai agro-industri residu .
Menurut sifat substrat, terdapat dua proses yang digunakan untuk fermentasi padat. Substrat padat,
dalam kasus pertama, digunakan baik sebagai tambahan dan sumber nutrisi. Bahan substrat diperoleh dari
limbah pertanian atau olahan produk dari industri makanan. Umumnya, mereka heterogen dan air tidak larut.
Ketika substrat yang mengandung pati atau lignoselulosa alami yang akan digunakan, dilakuakan praperawatan yang diperlukan untuk mengkonversi substrat mentah menjadi substrat yang siap digunakan.
Setelah itu, media cair yang mengandung nutrisi diperlukan untuk pertumbuhan mikroba dapat digunakan
untuk melembabkan pendukung inert. Pertumbuhan mikroba dan sintesis produk fermentasi padat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti aktivitas air, kadar air substrat, proses perpindahan massa, suhu
dan pH.

Pengendalian faktor-faktor ini tidak mudah, mengkonfigurasi aspek negatif dari fermentasi

padat. Namun, di bidang ekonomi ekonomi, fermentasi padat dapat diterapkan dalam sektor yang berbeda
untuk biotransformasi sisa tanaman, bahan tambahan makanan, bahan bakar nabati, bioaktif produk, produksi
asam organik, detoksifikasi limbah agro-industri, bioremediasi, biodegradasi dan produksi enzim (PrezGuerra et al., 2003).
Penggunaan residu agro-industri dan/atau produk sebagai substrat / sumber karbon untuk sistem
fermentasi padat harus dipertimbangkan dalam beberapa aspek. Menurut karakteristik biomassa pretreatment
sebuah langkah ini diperlukan seperti dikutip di atas. Untuk mengubah bahan baku ke kelompok tersedia
bentuk pemanfaatan mikroba itu sangat perlu, untuk mengurangi ukuran material misalnya dengan
menggunakan grinding. Kemungkinan lain adalah untuk mempromosikan kerusakan pada lapisan substrat
dangkal menggunakan retak, grinding atau mutiara. Pemanfaatan kimia atau enzimatik pra-perawatan,
memasak atau pengobatan uap dan penghapusan kontaminan dapat juga dimanfaatkan. Menurut urgensi gizi
mikroorganisme, suplementasi dengan fosfor dan nitrogen sumber dan garam dapat meningkatkan
pertumbuhan mikroba dan hasil produk. Di sisi lain, pengaruh faktor lingkungan terhadap sistem fermentasi
padat (SSF) juga layak dipertimbangkan.
Pertumbuhan mikroba serta didapatkannya produk di SSF secara langsung dipengaruhi oleh kadar air.
kelimpaha atau berkurangnya kadar air merugikan mikroorganisme dan akibatnya untuk produk pemulihan.
Menurut ini, kadar air harus disesuaikan untuk masing-masing mikroorganisme yang digunakan dalam proses
mengingat sifat matriks yang digunakan sebagai substrat, dan telah digunakan kadar air substrat dari 30%
menjadi 70% (Prez-Guerra et al., 2003).
Dalam SSF gas dan nutrisi difusi-sendiri dipengaruhi oleh struktur matriks dan juga oleh fasa cair
dalam sistem. Aerasi ini memungkinkan suplemen efektif oksigen yang dapat digunakan untuk metabolisme
aerobik dan, pada saat yang sama, menghilangkan CO2 dan uap air serta senyawa volatil panas dan
diproduksi oleh metabolisme mikroba. Suhu dalam sistem SSF merupakan konsekuensi dari metabolisme
4

mikroba jika panas tidak dihilangkan. Perolehan nutrisi tergantung pada kedua hidrolisis struktur polimer
untuk memperoleh monomer dan setelah difusi melalui membran sel dari luar ke dalam sel. pH adalah faktor
lain yang mempengaruhi SSF sistem tetapi kontrolnya sangat sulit (Prez-Guerra et al., 2007).
Keuntungan untuk enzim dan metabolit sekunder produksi telah dilaporkan untuk kedua fermentasi.
Selain itu, residu agro-industri dan produk alternatif yang sangat baik sebagai substrat untuk fermentasi
padat. Substrat ini, dan akibatnya kandungan karbohidrat, dapat diubah oleh tindakan dari satu set enzim
bukan kimia konversi. Teknologi enzimatik merupakan proses yang jelas dan aman dalam meminimalkan
lingkungan masalah saat proses kimia dapat menghasilkan polutan.
Bagas tebu adalah salah satu residu agro-industrial yang paling banyak biomassanya di alam (gambar
2) yang dapat dimanfaatkan untuk microbial transformation. Di Brazil, sekitar 80juta ton bagas tebu
diproduksi tiap tahunnya. Komponen kulit ini mengandung 26 47% selulosa, 19 33% hemiselulosa, 14
23% lignin dan 1 5% debu. Sebagian dari biomassa bagas ini digunakan untuk pembangkit listrik, tapi
sebagian besarnya tidak dimanfaatkan. Sehingga, bagas tebu dapat digunakan untuk berbagai tujuan,
misalnya pembuatan kertas, pupuk, makanan bagi hewan ternak dan pembuatanproduksi ethanol, dll. Di
dalam bagass tersebut terdapat sumber karbon/substrat yang disukai oleh mikrob sebagai tempat hidupnya
serta untuk produksi enzim seperti yang sudah dibuktikan pada jamur benang. Tingginya kandungan fruktofuranosidase yang diperoleh dari bagass tebu digunakan oleh Aspergillus niveus (Guimares et al.,
2009) dan Aspergillus ochraceus sebagai sumber karbon saat dibiakkan pada medium bagass tebu
(Guimares et al., 2007).

Banyak residu agro-industrial lain yang dapat digunakan untuk pembiakan mikroba seperti tepung sekam,
yang dapat digunakan untuk memproduksi invertase oleh Aspergilus caespitosus dibawah rendaman dan
solid-state fermentation (Alegre et al., 2009)

Meskipun fermentasi dengan perendaman dan solid-state fermentation adalah pilihan terbaik dalam
menumbuhkan mikroba, cara baru dalam melakukan fermentasi telah diusulkan. Biofilm fermentation (BF)
digolongkan berdasarkan pertumbuhan fungi yang lambat seperti yang telah diamati pada gambar 3.

Adhesi pada permukaan adalah proses normal yang terjadi pada jamur benang di alam. Proses yang
kompleks ini bersangkuta/berhubungan dengan produksi senyawa adhesif yang menempatkan spora pada
substrat, membentuk germ tube, pemanjangan hifa, dan akhirnya akan membentuk koloni. Kejadian ini dapat
diamati pada formasi biofilm Aspergilus niger pada kain polyester seperti yang dilaporkan oleh Villena and
Gutirrez-Correa (2007). Mereka mengamati pola morfologi pada pertumbuhan A. niger yang ada di
permukaan mirip dengan yang ditemukan pada mikrob biofilm dengan pertumbuhan koloni kecil, produksi
matriks, dan susuna pori pori serta saluran salurannya. Morfologi fungi adalah factor penting untuk
produksi enzim, serta dibandingkan dengan fermentasi dengan perendaman, biofilm lebih produktif dan
efisien apabila mempertimbangkan hubungan metabolisme dengan enzim tertentu yang bekerja pada
biomassa seperti misalnya enzim ligniselulosa. Sebagai contoh langkah sederhananya, baru baru ini telah
dilaporkan penggunaan biofilm Aspergilus phoenicis untuk produksi fructooligosaccharides (Aziani et al.,
2012).
3. Perubahan biomassa oleh enzim mikroba
Residu dan produk yang berasal dari tumbuhan dikenal dengan karbohidrat campuran. Menurut
senyawa tersebut, aksi enzimyang berbeda padapolisakarida dapat menghasilkan jenismono-danoligosakarida
yang dapat digunakan dalam berbagai sektor, antara lain biofuel, makanan, minuman danfarmasi.
Saat ini, masa depan sumber energi kita dan dampaknya dalam kehidupan diplanet ini menjadi target
diskusi di seluruh dunia dengan partisipasi dari berbagai sektor masyarakat seperti peneliti, politisi,
pengusaha dan sektor lain. Tercatat bahwa terjadi peningkatan minat dalam pemanfaatan biomassa sebagai
sumber energi terbarukan sejak bahan bakar fosil dibatasi. Apalagi bahan bakar fosil ini merupakan factor
yang

menyebabkan polusike atmosfer, dimana konsentrasi CO2 telah meningkat. Oleh karena itu,

pemanfaatan biomassa dari residu tanaman untuk produksi biofuel merupakan alternatif penting untuk
mengurangi masalah energi dan lingkungan. Brasil dan Amerika Serikat adalah negara-negara produsen
utama etanol yang digunakan sebagai bahan bakar, yang pertama menggunakan tebu dan kemudian
menggunakan jagung. Misalnya, satu ton ampas tebu yang dihasilkan sebagai residu dari produksi etanol
diBrasil, dapat digunakan untuk menghasilkan gula difermentasi melalui hidrolisis enzimatik. langkah
berikutnya, gulaini dapat digunakan dalam proses fermentasi untuk menghasilkan etanol.
3.1. Biomassa selulase dan lignocelullosic
Mengingat biomassa tanaman, komponen utama dari dinding sel tanaman adalah selulosa, salah satu
senyawa penyusun karbohidrat yang melimpah di planet ini. Secara struktural, sakarida ini disusun oleh
6

monomer glukopiranosa yang dihubungkan oleh ikatan -1,4 glikosidik dengan dua daerah berbeda, daerah
kristal dan amorf. Untuk hidrolisis selulosa secara lengkap, dibutuhkan enzim kompleks (dikenal sebagai
selulase) yang dibentuk oleh endo- 1,4- -glukanase (EC 3.2.1.4), exo-1,4- - glukanase atau
sellobiohidrolase (EC 3.2.1.91), dan 1,4- -glukosidase (EC 3.2.1.21). Selulase adalah enzim yang mengatur
(memodulasi) family GH (glikosida hidrolase). Enzim ini memiliki struktur yang kompleks dengan modul
yang berbeda sebagai salah satu atau lebih daerah katalitik dan / atau modul CBD pada protein yang sama.
Modul CBD dapat mengubah daerah katalitik dan akibatnya sifat selulase, memudahkan interaksi dari daerah
katalitik/ kristalin selulase. Selulase dapat bereaksi dengan dua mekanisme katalitik utama, pembalikan
(inversi) atau (menyimpan) retensi karbon anomeric. Dua katalitik residu karboksilat terlibat dalam kedua
mekanisme tersebut dan bertanggung jawab atas katalisis asam-basa dalam reaksi. Endoglukanase (EG,
karboksimethilselulase, CMCase) mengkatalis secara acak pemisahan ikatan internal selulosa di wilayah
amorf. Exoglukanase, juga dikenal sebagai sellobiohidrolase (CBH) bereaksi di rantai ujung (CBHI pada
akhir reduksi dan CBHII bukan pada akhir reduksi), melepaskan selobiosa yang dapat bertindak sebagai
inhibitor kompetitif, sementara -glukosidases (BGL) mengubah selooligosakarida pendek dan selobiosa
menjadi monomer glukosa. Hal ini penting untuk melepaskan aktivitas kompetitif inhibitor BGL oleh
glukosa. Famili GH1 termasuk BGL diperoleh dari bakteri, tumbuhan dan mamalia dan famili GH3 termasuk
BGL dari bakteri, jamur dan tanaman. Namun, hidrolisis selulosa secara penuh tergantung pada hidrolisis
sebelumnya dari senyawa dinding sel lainnya, seperti hemiselulosa dan lignin (. Dashtban et al, 2009; Bayer
et al, 1998.).
Hemi selulosa adalah molekul polimer yang dibentuk oleh pentosa (seperti xilosa dan arabinosa),
heksosa (seperti manosa, glukosa, galaktosa) dan asamgula. Karena perbedaan tersebut, hidrolisis
hemiselulosa hanya terjadi akibat reaksi enzim yang disebut hemiselulase. Hemiselulase adalah enzim yang
mengkatalisis kerusakan ikatan -1,4 padasilan, polimer dibentuk oleh monomer xilosa. Theoligomer yang
diperoleh dari reaksi ini menjadi substrat untuk reaksi yang dikatalisis oleh-xilosidase untuk menghasilkan
xylose (Dashtban etal., 2009).
Lignin adalah polimer aromatik heterogen yang dibentuk oleh strukturnon-fenolik dan fenolik yang
mampu menghubungkan kedua selulosa dan hemiselulosa dan membetuk struktur yang menyulitkan
terjadinya reaksi enzimatik pada selulosa dan hemiselulosa. Enzim yang dapat mengkatalis hidrolisis lignin
disebut sebagai ligninase, yang dapat dibagi dalam dua famili utama, yaitu fenoloksidase (lakase) dan
peroksidase yang mencakup peroksidase manganase (MNP) dan lignin peroksidase (LIP) (Dashtban etal.,
2009).
Pengubahan biomassa lignoselulosa dari berbagai sumber menjadi etanol dapat diamati pada gambar
4 harus diperhitungkan perbedaan langkah pada pra-perlakuan bahan, hidrolisis selulosa dan hemiselulosa,
fermentasi dan, distilasi serta penguapan. Pra-perlakuan akan memudahkan proses hidrolisis polisakarida
(akan dipecah oleh selulase dan hemicellulases) melalui pemecahan lignin menggunakan proses fisika-kimia
atau proses enzimatik. Lignin yang dipisahkan dapat digunakan sebagai acuan untuk produksi energi, seperti
listrik. Tahap hidrolisis dan fermentasi dapat dilakukan secara terpisah atau melalui simultan sakarifikasi dan
fermentasi seperti yang ditunjukkan dalam SSF kwadrat. Beberapa pertimbangan yang akan dilakukan dalam
topik berikutnya dalam pemilihan mikroorganisme yang dapat digunakan untuk pembahasan enzim lain di
halaman berikutnya.
Semua enzim dari kompleks selulolitik, hemiselulase dan lignin hidrolase dapat diperoleh dari
mikroorganisme seperti jamur filamen. Di alam, jamur berfilamen mampu memproduksi dan mengeluarkan
7

enzim yang berbeda pada media ekstra seluler untuk menghidrolisis senyawa polimer sehingga memperoleh
monomer yang dapat digunakan sebagai sumber nutrisi.
3.2Struktur milase dan sumber pati
Penyusun karbohidrat lain yang menarik dalam biomassa tanaman adalah pati, bentuk utama
cadangan karbohidrat pada organisme tersebut. Pati adalah hasil interaksi dari dua struktur, satu struktur
linear yang dibentuk oleh monomer glukosa dihubungkan oleh ikatan -1,4 glikosidik (amilosa) dengan
massa molar 101 dan 102 Kg/mol dan struktur lain bercabang dengan ikatan -1,6(amilopektin) dengan massa
molar 104 dan 106 Kg/mol. Satuan amilopektin dapat diklasifikasikan dalam kelompok, A, B dan C. Tipe A
adalah tipe sederhana dan ditandai dengan ikatan -1,6 pada struktur amilopektin. Jenis B dibagi dalam B1,
B2, B3 dan B4 sesuai dengan ukuran dan pembentukan kelompok. Jenis C adalah campuran dari tipe A dan B.
Butir pati dibentuk oleh 25% amilase dan 75% amilopektin. Menurut struktur kristalografi, pati asli dapat
diklasifikasikan sebagai pati sereal (tipeA), pati umbi (TipeB) dan pati leguminosae (tipeC), sesuai dengan
kelompok amilopektinnya. Semakin stabil struktur rantai -1,4, seperti helix pada pati dengan tingkat
spiralisasi yang tinggi dengan jembatan rantai antar hidrogen. Struktur helicoidal memiliki enam residu
perlingkaran di mana setiap residu glukosa membentuk sudut 60 dengan residu berikutnya (Yoshimoto etal,
2000.; Ritteetal., 2006).

Gambar4. skematis hubungan biomassa lignosellulosa menjadi etanol.


Karakter dari Sintesis pati terjadi dalam plastida, dengan langkah pertama, dilakukan konversi
glukosa-1-fosfat dan ATP ke ADP-glukosa serta Pi oleh ADP-glukosa fosforilase. Setelah itu, ADP-glukosa
dapat digunakan sebagai donor glukosa menjadi pati yang berbeda sintase yang mampu memanjangkan rantai
glukan dalam posisi -1,4 bagi amilase dan amilopektin. Hal ini penting untuk melihat partisipasi enzim
percabangan yang bertanggung jawab untuk menambahkan ikatan-1,6 yang berhubungan dengan reorganisasi rantaipra-linear. beberapa ikatan yang dikenali enzim dapat dihapus oleh enzim yang lain untuk
menghasilkan struktur pati. Pati sering terhidrasi karena adanya kelompok hidroksil yang memungkinkan
adanya interaksi denganair. Pati terakumulasi di daun pada siang hari dan akan dimanfaatkan pada malam
hari untuk menjaga proses respirasi, yang menyalurkan sukrosa untuk proses pertumbuhan.sementara itu pati
dapat digunakan melalui dua cara, yaitu cara hidrolitik untuk mendapatkan maltosa dan Cara phosphorolytic
untuk menyediakan karbon untuk reaksi di kloroplas selama ada cahaya.
Persamaan dengan selulosa, penguraian pati terjadi di bawah pengaruh kompleks enzimatik. Enzim
yang ditemukan di kompleks ini dan dibedakan dalam empat kelompok utama, yaitu: debranching enzim,
endoamylases, exoamylases, dan transferase. Debraching enzim merupakan jenis enzim yang mampu
8

bertindak secara eksklusif pada ikatan 1,6 glikosidik dan dipisahkan dalam isoamylase (EC 3.2.1.68) dan
pullulanase (EC 3.2.1.41). Proses
menghidrolisis ikatan -1,6

hidrolis seperti ini secara khusus pada amilopektin kemudian

dari amilopektin dan pullulan. Endoamylase berperan atas ikatan -1,4

glikosidik dalam struktur amilosa dan amilopektin. Dalam kelompok ini terletak -amilase yang melepaskan
oligosakarida dengan panjang yang berbeda dari substrat. Kelompok ini

dapat ditemukan di banyak

mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Exoamylases adalah enzim yang menghidrolisis ikatan luar
amilase dan amilopektin untuk membebaskan glukosa atau maltosa dan -limiting dekstrin. Tiga karakter
utama hidrolitik adalah mampu mengenali exomylases, dengan rincian spesifik sebagai berikut, ikatan -1,4
glikosidik dikatalisis oleh -amilase (EC 3.2.1.2), ikatan -1,4 dan -1,6 dikatalisasi oleh amiloglukosidase
(glukoamilase; EC3.2.1.3) dan -glucosidase (EC 3.2.1.20), dan -amilase serta glukoamilase mampu untuk
mengkonversi konfigurasi anomeric dari untuk dalam maltosa dirilis. Selain itu, glucoamylases bertindak
lebih baik pada rantai panjang polisakarida sementara -glucosidases memiliki preferensi pada malto
oligosaccharides. Pada kelompok terakhir pati diubah oleh enzim, yaitu transferase, pada ikatan -1,4
glikosidik dari molekul donor mentransfer bagian dari molekul ini ke akseptor glikosidik sehingga
menghasilkan ikatan glikosidik baru. Dalam kelompok ini ditemukan enzim yang dikenal sebagai
amylomaltase (EC 2.4.1.25), siklodekstrin glycosyl tranferase (EC 2.4.1.19) dan branching enzim (EC
2.4.1.18). Amylomaltase dan siklodekstrin glycosyl tranferase memiliki mekanisme reaksi yang sama.
Meskipun aktivitas hidrolitik berkurang pada enzim, mereka mampu mengkatalisis reaksi trans glycosylation
untuk mendapatkan siklo dekstrin dengan ikatan - 1,4 glikosidik serta untuk ikatan ujung non-pereduksi.
Namun produk yang diperoleh dari aktivitas amylomaltase adalah linear sedangkan produk siklik diperoleh
dari aktivitas glycosyl tranferase siklodekstrin (van derMaareletal., 2002)
Banyak enzim yang terlibat dalam hidrolisis pati, yaitu disbranching enzim yang bertindak pada
ikatan -1,6 untuk menghasilkan struktur linear yang dapat dihidrolisis oleh -amilase dan -amilase. Banyak
penulis menunjukkan pentingnya diperoleh maltooligosakarida dari kompleks karbohidrat dengan
menggunakan enzim amilolitik. Maltooligosakarida dapat digunakan untuk berbagai sector industri, misalnya
industri makanan. Selain itu, aplikasi penting lainnya dari pati berhubungan dengan kegunaan sebagai
sumber energi dalam produksi bioetanol.

Gambar 5. Enzim yang berbeda terlibat dalam degradasi pati. Struktur cincin terbuka menunjukkan ujung
reduksi dari molekul poliglukosa (sumber gambar : van der Maarel MJEC, van der Veen B, Uitdehaag JCM,
Leemhuis H, Dijkhuisen L. Properties and applications of starch-converting enzymes of the -amylase
family. J. Biotechnol. 2002; 94: 137-155)
3.3 Fruktosidase dan karbohidrat lain yang diperoleh dari biomassa
Sakarida lain yang dapat juga diperoleh dari tumbuhan seperti inulin dan sukrosa, yang mana
keduanya menjadi substrat bagi fruktosidase, misalnya -fructofuranosidase dan inulase yang dapat
diproduksi oleh mikroorganisme seperti khamir dan fungi berfilamen. Enzim ini memiliki peran penting
dalam nutrisi mikroba karena monomer dapat diperoleh dan digunakan dalam metabolisme. Disamping
itu, enzim yang terlibat di dalam proses ini juga dapat digunakan dengan tujuan bioteknologi.
3.3.1. Inulin dan kegunaannya
Inuin, merupakan suatu polimer dengan rantai lurus residu -2,1 fructufuranose diakhiri oleh residu
glukosa, dapat diperoleh dari tanaman, khususnya pada umbi atau akar, seperti chicory, dahlia, yacon dan
Jerusalem artichoke. Tanaman sebagai sumber inulin sangat dipertimbangkan sebagai bahan mentah
terbarukan untuk berbagai bidang aplikasi seperti etanol, pengolahan sirup fruktosa dan produksi
fruktoologosakarida (FOS). Karbohidarat ini dapat dihidrolisis oleh aktivitas inulase (2,1 -D-fructan
fructanohydrolase; EC 3.2.1.7), yang dapat diklasifikasikan menjadi endoinulinase yang menghidrolisis
ikatan internal inulin menjadi inulotriosa, inulotetraosa, dan inulopentosa sebagai produk akhirnya, dan
eksoinulinase yang menghilangkan fruktosa terminal dari ujung inulin yang tidak tereduksi hingga ikatan
terakhir untuk menghasilkan glukosa. Hal ini penting untuk mengamati bahwa tipe aktivitas enzim
tergantung pada sumber mikroba. Kebanyakan inulinase yang berasal dari fungi bekerja menggunakan
mekanisme-ekso. Tetapi, telah ditunjukkan pula bahwa Aspergillus ficuum mampu memproduksi
endoinulinase dan

eksoinulinase dengan sifat yang berbeda. Campuran dari kedua enzim inidapat

dianggap sebagai strategi bagus untuk meningkatkan konversi inulin menjadi fruktosa. Meskipun aktivitas
dan afinitasnya hampir sama terhadap sukrosa sebagai substrat, dengan fruktosidase sebagai invertase,
inulinase dibedakan karena aktivitas invertase menurun pada substrat dengan massa molekul tinggi seperti
inulin. Hubungan S/I digunakan untuk memisahkan inulinase dari invertase. Nilai S/I tergantung pada
sumber inulin dan juga pada metodologi yang digunakan untuk mnentukan aktivitas enzim. Biar
bagaimanapun, studi kinetik merupakan metodologi yang bagus yang dapat membantu pemisahan kedua
enzim ini, seperti misalnya dalam mempertimbangkan afnitas substrat dan efisiensi katalitik. Disamping
itu, enzim yang benar-benar dakui sebagai invertase tidak memiliki aktivitas terhadap inulin.
Inulinase yang diperoleh dari yeast merupakan enzim yang dapat berikatan dengan membran sel dan
sebagian disekresikan ke lingkungan. Sebagai tambahan, sintesis dari enzim inulinase merupakan pemeran
utama dalam represi katabolik. Sebagai tambahan pula, inulinase diakui sebagai enzim yang dapat
diinduksi dan enzim tersebut dikodekan oleh gen INU. Enzim yang diperoleh dari fungi berfilamen telah
menunjukkan aktivitas pada pH optimum, yakni berkisar 4,5-6,0, berbeda dengan inulinase yang diperoleh
dari bakteri yang memiliki aktivitas pada pH lebih tinggi. Suhu optimum untuk aktivitas inulinase secara
umum berkisar 30oC hingga 55oC, namun beberapa aktivitas pada suhu lebh tinggi juga dijumpai.

10

3.3.2 Sukrosa dan kegunaannya


Sukrosa, suatu disakarida yang terdiri atas D-glukosa dan D-fruktosa dihubungkan dengan ikatan 1,2 glicosida, merupakan karbohidrat utama yang diproduksi oleh tumbuhan dengan proses fotosintesis
untuk mendapatkan ATP dan NADPH, yang mana akan digunakan pad siklus Calvin untuk mengikat CO2
pada saat reaksi gelap. Dua jenis enzim yang mempengaruhi sintesis sukrosa adalah sucrose-phosphate
syntase (EC 2.4.1.14) dan sucrose-phosphate phosphatase (EC 3.1.3.24). setelah disintesiss, sukrosa yang
diproduksi pada daun fotosintetik didistribusikan ke jaringan organ tumbuhan yang lain. Produksi ethanol
di Brazil dilakukan menggunakan sari tebu yang kaya akan sukrosa. Biar bagaimanapun, setelah proses
ekstraksi sukrosa, residu bagasse tebu juga memiliki residu sukrosa yang dapat digunakan untuk
memperoleh monsakarida dengan aktivitas mikroba. Monomer ini dapat digunakan bersama-sama dengan
monosakarida yang lain yang diperoleh dari hidrolisis polisakarida yang ada pada bagasse tebu, seperti
selulosa, pada proses fermentasi. Hidrolisis sukrosa (gambar 6) dikatalisis oleh enzim fructofuranosidase (invertase; EC 3.2.1.26), yang dijumpai pada banyak mikroorganisme. Produk yang
diperoleh merupakan campuran equimolar (1:1) dari monosakarida dan residu sukrosa yang dikenal
sebagai gula invert yang telah banyak diaplikasikan pada industri makanan dan mnuman. Fruktosa jauh
lebih atraktif untuk aplikasi praktis karena fruktosa berwujud cairan dan merupakan komponen yang tidak
dapat mengkristal. Enzim -fructofuranosidase terletak pada GH32 pada golongan glikosil hidrolase dan
dikelompokkan pada isoform yang berbeda berdasarkan pada afinitasnya terhadap pH, alkalin dan enzim
netral.
Fruktosa kebih menarik untuk diaplikasikan sejak didapatkannya struktur yang liquid dan non
kristalin. -fructofuranosidase berlokasi di keluarga GH32 dari glikosil hidrolase dan grup yang berbeda
daristruktur yang sama menurut pH dari asam ,alkali dan enzim netral (Vargas et al, 2003).

Gambar 6. Hidrolisis dari sukrosa melalui invertase.


Produksi dari -fructofuranosidase (Ffases) oleh mikrooorganisme sudah dikarakterisasi, khususnya pada
yeast Saccharomices cerevisiae. Pada mikroorganisme ini telah diobservasi sintesis dari dua isoform dari
Ffses dimana satu adalah glikosilat dan yang lainya buakn glikosilat. Kedua enzim ini dihasilkan dari mRNA
(1,8 dan 1,9 kb) yang dikode oleh gen yang sama yaitu SUC2. Enzim glikosilat ditemukan di ruang
periplsma, sedangkan non glikosilat ditemukan di sitosol (Belcarz et al, 2002). Pada Saccaromyces cerevisiae
metabolisme sukrosa dihasilkan melalui dua jalur utama : i) sukrosa dihidrolisis di dalam lingkungan
ektraseluler dengan invertase ekstraseluler untuk membebaskan glukosa dan fruktosa, yang mana dapat
ditranport ke dalam sel oleh hexose tranporter dan ii) sukrosa ditransport aktif ke dalam sel oleh mekanisme
proton-symport dan sesudah dihidrrolisis oleh invertase intraseluler. Ekspresi dari gen SUC2 yang mengkode
kedua enzim tersebut biasanya diregulasi oleh glukosa (Baso et al, 2011).
Produksi dari Ffases oleh mikrooorganisme, khususnya fungi berfilamen seperti pad genera
Apergillus, diantara yang laiinya, telah dipelajari. Pada situasi ini, perbedan proses fermentasi diguanakan,
yang mana banyak waktu untuk residu bioassa digunakan sebagai sumber karbin (fermentasi terendam)
11

dan/atau

substrat

(fermentasi

fase

padat).

Bebrapa

mikroorganisme

mampu

memproduksi

fructofuranosidase multi seperti pada Aureubasidium pullulans (Yoshikawa,et al, 2006). Pada situasi ini,
penulsid mengobservasi dari kehadiran 5 Ffases (I, II,III, IV dan V) dengan tinggi aktivitas Ffses I pada
waktu pengenalan dari kultur dan aktivitas reduksi Ffase II-V. Setelah aktivitas Ffses II-V ditingkatkan,.
Tambhannya, Ffses multi yang diproduksi oleh A.pullulans mempunyai properti nyang jelas seperti yang
disarankan penululis. Ffses IV mempunyai aktivitas hidrolitik yang tinggi sebagai enzim pendegradasi FOS,
sedangkan partisipasi dari Ffses II,III dan V masih diragukan, sejak mereka

memiliki aktivitas

transfructosilating signifikan dan mereka ada di dalam masa dedradasi FOS (Yoshikawa et al, 2006).
Kebanyakan -fruktofuranosidase adalah dimer, tpi yang monomerpun juga dapat ditemukan. Suhu
dan pH optimum reaksi dari semua mikroorganisme berbeda satu sama lain. Karbohidrat memiliki efek
negative pada sintesis inverstase oleh aspergillus niger maupun fruktosa. Hanya -fructofuranoside sakarida
yang dapat menginduksi sintesis invertase (Rubio 7 Navano, 2006). Sudah diobservasi bahwa Aspergillus
niger dapat memproduksi 2 -fruktofuranosidase yaitu SUCI dan SUC2. Kedua enzim mengkatalis hidrolisis
sukrosa tapi hanya SUC 2 yang dapat bereaksi pada inulin. Beberapa strain fungi telah digunakan untuk
invertase production seperti Aspergillus ochraceus (Alegre et al, 2009), Aspergillus phoenicis (Rustiguel et
al.,2011) dan Paecylomyces variotii(Giraldo et al., 2012) menggunakan dua fermentasi yaitu anaerob dan
fermentasi fase padat denagn limbah pertanian sebagai sumber karbonnnya. Termostabil Ffses sudah
diperoleh oleh cultivasi dari A. ochraceusand A. Niveususing menggunakan gula sebgai sumber karbon.
Pada konsentrasi gula yang tinggi, beberapa -fruktofuranosidase dapat mengkatalis reaksi
transfuctosilasi untuk mendapatkan fructoligosakarida (FOS) sebagai 1-kestose (GF2), 1-nistose (GF3) dan
fructofuranosil nistose (GF4). Struktur molekul dari FOS ini dapat dilihat pada gambar 7. GF2 dibentuk oleh
dua molekul dari ikatan fruktosa ke unit D-glikosil tidak pada akhir reduksi, sedangkan GF3 dan GF4 dari
reduksi 3 atau 4 fruktosa, berturut-turut. Oligosakarida ini memiliki fungsin yang penting pada sektor yang
berbeda. FOS adalah gula non kalor yang dapat digunakan oleh penderita diabetes dengan aman sejak tidak
dimetabolisme oleh organisme. Sebagai tambahan, FOS dapat juga

menstimulasi perkembangan

bifidobacteri di dalam pencernaan dan meminimalkan tumor usus. Hal ini sudah didemonstrasikan bahwa
beberapa komponen dari sumber tumbuhan (biomassa) yang digunakan pada makanan hewan peliharaan
melalui konsentrasi FOS GF2, GF3 dan nGF4, sebagai contoh bekatul, kulit kacang, dan gandung,
diantaranya. Hidrolisis dari FOS oleh sumber mikroba menggunakan enzim yang berperan pada sakaridanya
telah didemostrasikan pada beberapa laporan. Karena itu, enzim yang dapat berperan pada FOS dapat
digunakan untuk memperoleh sacarida sebagai dari biomassa mengandung GF2, GF3 dan atau GF4. Disisi
lain, pendekatan ang berbeda untuk mendapatkan FOS sebagai manfaat dari enzim imobilisasi pada materi
lignoselulosa dan oleh subtrat dan mesin enzim. Akhir-akhir ini, produksi FOS satu langkah telah diperoleh
menggunakan biofilm Aspergillus phoenicis pada medium kaya sukrosa seperti yang didemostrasikan di lab
kami. (Aziani et al, 2012).
Di jalur yang sama, fructosiltransferase sebagai levansukrosa ( sukrosa 2,6- -fructans, 6- Dfructosiltransferase, EC2.4.1.10), inulsukrase (sukrosa: 2,1- -D-fructan: 1- -D-fructosiltransferase, EC
2.4.1.9) dan fructosiltransferase (sukrose, 2,6- -fructan:6- -D-frucrosiltransferase; EC 2.4.1.10) seharusnya
dipertimbangkan. Dulunya bertanggung jawab oleh sintesis dari mikroba mengguanakan glukosa atau hutang
aceptor untuk -D-fruktosil residu semenara itu inulsukrase dapet untuk mengkatalis pemindahan residu -Dfructosil ke sukrosa atau inulin sebagai acceptor (Velzques-Hernandez et al., 2009). Enzim ini yang
mengkatalis sintesis fruktan disisipkan di golongan GH68 dari hidrolasi glikosida. Secara umum. 4 domain
12

utama telah dikenali di fruktosiltransferase dari mikroorganisme; sebuah seinyal peptida; sebuah domain Nterminal dengan panjang bervariasi; sebuah domain katalis dengan sekitar 5000 asam amino; sebuah domain
ikatan dinding sel dan C-terminal domain dengan panjang bervariasi (Van Hijum et al., 2006).

Gambar 7. Struktur molekul dari frukto oligosakarida nistose, (GF2), 1-kestose (GF3)dan fructosil nistose
(GF4).
4. kesimpulan.
Pada kesimpulannya, biomasa yang telah diakumulasi di dunia sebagai suatu residu dapat digunakan secara
luas untuk aplikasi yang berbeda-beda dilihat dari komposisi karbohidratnya yang mana dapat dialakukan
oleh aktivitas mikroba melalui enzim potensialnya. Mikrooorganisme menunjukkan metabolisme yang
beranekaragam dalam pengguanaan karbohidrat dan transformasi biomassa sejak mereka menjadi sumber
penting dari enzim dengan bioteknologi potensial. Menurut ini, perbedaan produk dapat diperoleh dari
biomassa dan diaplikasikan pada sektor industri yang berbeda. Dari segi biomassa sebagai suatu sumber
energi terbaharui yang sangat penting bagi masa depan kehidupan di planet ini, khususnya jika ditimbang
dari segi limbah industri pertanian. Sebagai tambahannya, masalah lingkungan dari bioakumulasi residu
dapat dikurangi. Pembelajaran masa depan untuk meningkatkan penggunaan biomassa sebaiknya difokuskan
pada produksi enzim karbohidrat aktif oleh mikroorganieme untuk mengoptimalkan proses ini.
Detai penulis
Luis Henrique Souza Guimares
Faculdade de Filosofia, Cincias e Letras de Ribeiro Preto, University of So Paulo, Brasil

13

Anda mungkin juga menyukai