Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul Membaca unutk menulis.Tujuan dibuatnya makalah ini sebagai salah satu syarat
ataupun tugas dalam bahasa Indonesia. Dalam makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi
Kata Pengantar
......................................................................................... 1
Daftar Isi
......................................................................................... 2
Bab 1 Pendahuluan
......................................................................................... 3
1.
2.
......................................................................................... 3
......................................................................................... 3
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Bab II Pembahasan
1.
2.
3.
4.
5.
4
15
26
26
26
......................................................................................... 21
Daftar Pustaka
......................................................................................... 22
BAB I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai
alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara
tulisan. Di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat
dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek
kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut,
bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan
penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan
media tersebut secara baik dan benar.
Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan
baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu
memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik
peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan
informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam
prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian masyarakat
sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan
benar.
BAB II
MEMBACA UNTUK MENULIS
Membaca dan menulis merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dalam membaca, pembaca membutuhkan bahan bacaan berupa tulisa. Bahan bacaan itu
tentunya merupakan hasil dari kegiatan menulis. Sebaliknya, dalam menulis, penulis
membutuhkan banyak informasi tertulis yang dapat dijadikan bahan referensi untuk menulis.
Informasi-informasi tertulis itu tentunya akan diperoleh dari kegiatan membaca.
Membaca merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan oleh mahasiswa untuk
memperkaya wawasan. Selanjutnya kekayaan wawasan itu sangat berguna bagi
pengembangan diri dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Membaca dan menulis merupakan dua kegiatan terintegrasi yang dilakukan dalam
komunikasi tertulis (berbahasa tulis). Oleh karena keduanya dilakukan dalam ragam tulis,
pada kesempatan ini akan dibahas beberapa hal terkait dengan ragam bahasa; perbedaan
bahasa ragam lian dan tulis, aspek aspek bahasa ragam tulis dan organisasi gagasan dalam
paragraf dan antarparagraf. Sehubungan dengan kegiatan membaca untuk menulis, pada
kesempatan ini juga akan dibahas tentang membaca referensi yang mencakup bahasan
tentang karya ilmiah, membaca tulisan ilmiah, membaca tulisa ilmiah populer, dan
mengakses informasi dari internet.
Tulisan/bac
aan
menulis
membaca
merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati
pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi menggunakan bahasa ragam tulis
(membaca dan menulis) minimal terdapat empat unsur yang terlibat, yaitu penyampai pesan,
pesan, media, dan penerima pesan.
Hubungan membaca dan menulis
Membaca dan menulis adalah kegiatan berbahasa tulis. Pesan yang disampaian oleh penulis
dan diterima oleh pembaca dijembatani melalui lambang bahasa yang dituliskan. Menurut
Goodman dkk. (dikutip Suparno dan Yunus, 2005:1,7) baca-tulis merupakan suatu kegitan
yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca sebagai penulis.
Penulis dapat berperan sebagai pembaca karena aktivitas menulis berlangsung si penulis
membaca tulisannya ia membayangkan dirinya sebagai pembaca untuk melihat dan menilai
apakah tulisannya telah menyajikan sesuatu yang berarti, apakah ada yang tidak layak saji,
serta apakah tulisannya menarik dan enak dibaca.
Penulis pun melakukan kegiatan membaca lainya. Penulis membaca karya penulis lain untuk
memperoleh gagasan dan informasi, menemukan, memperjelas, dan memecahkan masalah,
juga mempelajari bagaimana pengarang menyajikannya dan mengemas tulisannya. Kualitas
pengalaman membaca ini akan sangat mempengaruh kesuksesan dalam menulis. Hal ini
terjadi karena ketika secara tidak sadar pembaca seperti menjadi penulis.
Jika penulisa dapat berperan sebagai pembaca, sebaliknya pembaca juga dapat berperan
sebagai penulis. Ketika berlangsung kegiatan membaca. Pembaca melakukan aktivitas seperti
yang dilakukan penulis. Pembaca menemukan topik, tujuan, gagasan, hubungan
antargagasan, kejelsan uraian serta pengorganisasian gagasan dalam bacaan.
Terkait dengan hal hal diatas perlu kiranya dipahami perbedaan ragam lisan dan ragam tulis
dan aspek aspek bahasa dalam ragam tulis, salah satunya adalah organisasi gagasan. Selain
itu perlu juga dipahami beberapa jenis tulisan (ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah) sebagai
pilihan bahan bacaan.
Ragam bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda beda dalam pemakaiannya (jamal,
2009). Berdasarkan medianya, bahasa dibedakan atas bahasa ragam lisan dan ragam tulis.
Berdasarkan penuturnya, bahasa dibedakan atas bahasa ragam resmi, ragam akrab, dan ragam
santai. Berdasarkan topiknya, bahasa dapat dibedakan atas bahasa raga agama, ragam
kedokteran, ragam hukum, ragam seni, dan berbagai ragam dalam bidang lainnya (adhyaksa,
2008).
Ragam bahasa lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap dengan fonem sebagai unsur
dasar. Dalam ragam lisan kita berurusan dengan tata bahasa, kosa kata dan lafal. Dalam
ragam lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendahnya suara, air muka, gerak
tangan atau isyarat lain untuk mengungkapkan ide (adhyaksa, 2008).
Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebaai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan ejaan di samping
aspek kosakata dan tata bahasa. Dengan kata lain, dalam ragam tulis dituntut adanya
kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata atau susunan kalimat, ketepatan pilihan
kata, kebenaran penggunaan ejaan dalam pengungkapan ide atau gagasan (adhyaksa, 2008).
Perbedaan bahasa ragam lisan dan tulis
Dalam berkomunikasi sehari hari, penggunaan bahasa yang utuh atau lengkap
sesungguhnya berlangsung pada tataran wacana. Lubis (1993:20) menyatakan bahwa
kesatuan bahasa yang lengkap sebenarnya bukanlah kata atau kalimat melainkan wacana.
Menurut wahab (dikutip Sumadi, 206:6) kata wacana dapat diartikan sebagai organisasi
bahasa di atas tataran kalimat yang dapt berupa percakapan (wacana lisan) atau wacana tulis.
Wacana lisan pada umumnya berlangsung timbal-balik, sedangkan wacana tulis pada
umumnya berlangsung satu arah (hayon, 2003:41). Walaupun demikian, kemajuan teknologi
dapat memungkinkan juga adanya wacana tulis yang berlangsung timbal-balik, misalnya
dalam penggunaan internet (chatting) dan telepan seluler (short message system/sms).
Wacana merupakan satuan bahasa pada tingkatan fungsional (Tarigan, 1993:28). Hal ini
berarti bahwa dalam wacana terdapat pemakaian bahasa. Dengan kata lain, analisis wacana
adalah analisis bahasa dalam pemakaiannya (Lubis, 1993:3). Pada tingkatan fungsional,
bahasa lisan dan bahasa tulis dipakai dalam fungsi fungsi yang berbeda dalam masyarakat.
Bahsa lisan dipakai terutama untuk menjalin dan memelihara hubungan antarmanusia (fungsi
interaksional), sedangkan bahsa tulis dipakai terutama untuk menyusun dan menyampaikan
informasi (fungsi transaksional) (Brown dan Yule, 1996:12-13).
Secara lebih rinci dapat diuraikan beberapa/perbedaan bahasa lisan dan bahasa tulis sebagai
berikut (Brown dan Yule, 1996; zulfikar, 2009).
a. Dilihat dari fungsinya, bahasa lisan pada umumnya dipakai untuk memelihara
hubungan antarmanusia, sedangkan bahasa tulis pada umumnya dipakai untuk
menyusun dan menyampaikan informasi.
b. Dilihat dari cara produksinya, pembicara dapat membuat segala maca efek (ekspresi,
isyarat, sikap tubuh) pada saat berkomunikasi; pembicara harus lebih banyak
memiliki perhatian dan kemampuan untuk memproduksi bahasanya dan
memperhatikan lawan bicaranya. Lain halnya dengan bahasa tulis, bahasa tulis tidak
dipengaruhi efek sikap, isyarat, maupun ekspresi. Pembaca hanya dapat memahami
komunikasi penulis melalui tulisan.
c. Dilihat dari bentuknya, sintaksis bahasa tulisan secara khas kurang terstruktur
dibandingkan dengan sintaksis bahasa tulis.
membangun paragraf: Satu D dengan jumlah M yang memadai, yang lengkap. Asas ini
disebut juga pengembangan yang memadai (Widyamartaya, 2003:38). Pengembangan yang
memadai dimuatnya rincian yang dapat membantu pembaca untuk memahami pernyataan
yang dikemukakan sebagai gagasan utama (Sakri, 1992:6).
Sejalan dengan hal itu, Hardjodipuro (1982:15) mengemukakan bahwa paragraf
dianggap lengkap bila telah melakukan apa yang dikehendaki penulisnya. Dengan kata lain,
paragraf yang lengkap adalah paragraf yang memuat rincian yang sempurna untuk
mendukung gagasan utamanya.
Sakri (1992:2,6) mengemukakan bahwa paragraf yang lengkap harus memiliki isi
yang memadai, yakni memiliki sejumlah rincian yang terpilih dengan patut sebagai
pendukung gagasan utama paragraf. Rincian terpilih yang dimaksud adalah rincian yang
cocok dengan pokok bahasan. , Selanjutnya, dalam Official Scoring Guide, Writting 20032004 (Oregon Department of Education) dikemukakan bahwa organisasi tulisan yang baik
harus berisi rincian yang diletakkan sesuai pada tempatnya. Artinya rincian itu berada pada
paragraf yang berisi gagasan utama yang akan dikembangkan.
3.4.1.2 Keruntutan
Paragraf yang baik haruslah mempunyai susunan / urutan tertentu (Hardjodipuro,
1982:15). Gagasan harus dikemukakan dalam urutan yang jelas. Penyusunan urutan itu dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Urutan alamiah
2. Urutan logis (Hayon, 2003:98-104)
Urutan alamiah dibedakan atas :
a. Urutan waktu
Menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.
Contoh:
Menendang bola dengan sepatu baru dikenalnya sekitar tahun 1977,
saat ia baru lulus dari STM Negeri 3 jurusan teknik elektro. Yang pertama kali
melatihnya adalah klub halilintar. Dari sini prestasinya terus menanjak hingga
kemudian ia dapat bergabung dengan klub pelita jaya sampai sekarang. Tahun 1984 ia
pernah dipanggil untuk memperkuat PSSI ke merdeka games di Malaysia. Waktu ia
dipanggil lagi untuk turnamen di Burnei tahun 1985, ia gagal memenuhinya karena
kakinya cedera.
b. Urutan tempat
Digunakan untuk mengembangkan paragraph deskripsi. Artinya,
pengembangan paragraph dengan teknik urutan ruang ini di gunakan jika topic
bahasan adalah berupa objek yang harus di deskripsikan. Paragraph Yang membawa
pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang.
Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke dalam,dll.
c. Urutan topik
Kualifikasi
Lengkap (L)
Tidak
Lengkap (TL)
Keterangan :
a. Kalimat yang dimaksudkan dalam kriteria ini hanya dilihat secara ortografis (yang
ditandai dengan huruf awal kapital dan diakhiri dengan tanda titik), bukan dilihat
secara struktur.
b. Informasi khusus adalah informasi rinci yang menjelaskan gagasan utama.
Tabel 2: Kriteria Keruntutan Gagasan dalam Paragraf
Kualifikasi
Runtut (R)
Tidak Runtut
(TR)
Keterangan :
a. Urutan tertentu yang dimaksudkan dalam kriteria ini dapat berupa urutan alamiah
dan/atau urutan logis.
b. Loncatan logika yang dimaksudkan dalam kriteria ini adalah adanya gagasan yang
muncul secara tiba-tiba, terkait dengan gagasan yang sebelumnya.
Tabel 3: Kriteria Kepaduan Gagasan dalam Paragraf
Kualifikasi
Padu (P)
Tidak Padu
(TP)
Lengkap (L)
Tidak
Lengkap
(TL)
Kualifikasi
Runtut (R)
Tidak Runtut
(TR)
Kualifikasi
Padu (P)
Tidak Padu
(TP)
Berikut ini adalah salah satu contoh analisis organisasi gagasan dalam paragraf.
Mesin pemotong keripik pisang ini digunakan untuk keripik pisang dimana industri
pembuatan makanan ini banyak terdapat diprovinsi Lampung dan telah menjadi ciri khas
tersebut. Namun dari pengamatan penulisan selama ini, bahwa pada proses pembuatan
makanan tersebut masih diproduksi secara manual.
Paragraf diatas termasuk paragraf yang kurang lengkap. Pada paragraf diatas dimuat
satu gagasan utama, yaitu proses pembuatan kripik pisang yang masih diproduksi secara
manual. Dalam paragraf ini secara implisit termuat gagasan bahwa cara manual dianggap
kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata namun. Walaupun demikian, dalam
paragraf ini tidak dimuat gagasan pendukung yang mengungkapkan mengapa cara manual
dianggap kurang baik.