Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul Membaca unutk menulis.Tujuan dibuatnya makalah ini sebagai salah satu syarat
ataupun tugas dalam bahasa Indonesia. Dalam makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Daftar Isi
Kata Pengantar

......................................................................................... 1

Daftar Isi

......................................................................................... 2

Bab 1 Pendahuluan

......................................................................................... 3

1.
2.

......................................................................................... 3
......................................................................................... 3

Latar Belakang
Rumusan Masalah

Bab II Pembahasan
1.
2.
3.

4.
5.

Membaca untuk menulis .........................................................................................


Hubungan membaca dan menulis.........................................................................
Ragam bahasa
.......................................................................................
Aspek bahasa dalam ragam tulis...........................................................................
Membaca referensi
.......................................................................................

4
15
26
26
26

Bab III Penutup

......................................................................................... 21

Daftar Pustaka

......................................................................................... 22

BAB I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai
alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara
tulisan. Di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat
dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek
kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut,
bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan
penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan
media tersebut secara baik dan benar.
Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan
baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu
memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik
peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan
informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam
prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian masyarakat
sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan
benar.

I.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.
5.

Hakikat membaca dan menulis.


Hubungan menbaca dan menulis.
Ragam bahasa.
Aspek bahasa dalam ragam tulis.
Membaca referensi.

BAB II
MEMBACA UNTUK MENULIS

Membaca dan menulis merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dalam membaca, pembaca membutuhkan bahan bacaan berupa tulisa. Bahan bacaan itu
tentunya merupakan hasil dari kegiatan menulis. Sebaliknya, dalam menulis, penulis
membutuhkan banyak informasi tertulis yang dapat dijadikan bahan referensi untuk menulis.
Informasi-informasi tertulis itu tentunya akan diperoleh dari kegiatan membaca.
Membaca merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan oleh mahasiswa untuk
memperkaya wawasan. Selanjutnya kekayaan wawasan itu sangat berguna bagi
pengembangan diri dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Membaca dan menulis merupakan dua kegiatan terintegrasi yang dilakukan dalam
komunikasi tertulis (berbahasa tulis). Oleh karena keduanya dilakukan dalam ragam tulis,
pada kesempatan ini akan dibahas beberapa hal terkait dengan ragam bahasa; perbedaan
bahasa ragam lian dan tulis, aspek aspek bahasa ragam tulis dan organisasi gagasan dalam
paragraf dan antarparagraf. Sehubungan dengan kegiatan membaca untuk menulis, pada
kesempatan ini juga akan dibahas tentang membaca referensi yang mencakup bahasan
tentang karya ilmiah, membaca tulisan ilmiah, membaca tulisa ilmiah populer, dan
mengakses informasi dari internet.

Tulisan/bac
aan

menulis

membaca

Hakikat membaca dalam menuis


Pada hakikatnya mambaca adalah suatu kegitan memahami informasi yang disampaikan
melalui bahasa tulis, sedangan menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) denga menggunakan bahasa tulis sebagai medianya (Suparno dan Yunus,
2007:1.3). pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan

merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati
pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi menggunakan bahasa ragam tulis
(membaca dan menulis) minimal terdapat empat unsur yang terlibat, yaitu penyampai pesan,
pesan, media, dan penerima pesan.
Hubungan membaca dan menulis
Membaca dan menulis adalah kegiatan berbahasa tulis. Pesan yang disampaian oleh penulis
dan diterima oleh pembaca dijembatani melalui lambang bahasa yang dituliskan. Menurut
Goodman dkk. (dikutip Suparno dan Yunus, 2005:1,7) baca-tulis merupakan suatu kegitan
yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca sebagai penulis.
Penulis dapat berperan sebagai pembaca karena aktivitas menulis berlangsung si penulis
membaca tulisannya ia membayangkan dirinya sebagai pembaca untuk melihat dan menilai
apakah tulisannya telah menyajikan sesuatu yang berarti, apakah ada yang tidak layak saji,
serta apakah tulisannya menarik dan enak dibaca.
Penulis pun melakukan kegiatan membaca lainya. Penulis membaca karya penulis lain untuk
memperoleh gagasan dan informasi, menemukan, memperjelas, dan memecahkan masalah,
juga mempelajari bagaimana pengarang menyajikannya dan mengemas tulisannya. Kualitas
pengalaman membaca ini akan sangat mempengaruh kesuksesan dalam menulis. Hal ini
terjadi karena ketika secara tidak sadar pembaca seperti menjadi penulis.
Jika penulisa dapat berperan sebagai pembaca, sebaliknya pembaca juga dapat berperan
sebagai penulis. Ketika berlangsung kegiatan membaca. Pembaca melakukan aktivitas seperti
yang dilakukan penulis. Pembaca menemukan topik, tujuan, gagasan, hubungan
antargagasan, kejelsan uraian serta pengorganisasian gagasan dalam bacaan.
Terkait dengan hal hal diatas perlu kiranya dipahami perbedaan ragam lisan dan ragam tulis
dan aspek aspek bahasa dalam ragam tulis, salah satunya adalah organisasi gagasan. Selain
itu perlu juga dipahami beberapa jenis tulisan (ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah) sebagai
pilihan bahan bacaan.
Ragam bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda beda dalam pemakaiannya (jamal,
2009). Berdasarkan medianya, bahasa dibedakan atas bahasa ragam lisan dan ragam tulis.
Berdasarkan penuturnya, bahasa dibedakan atas bahasa ragam resmi, ragam akrab, dan ragam
santai. Berdasarkan topiknya, bahasa dapat dibedakan atas bahasa raga agama, ragam
kedokteran, ragam hukum, ragam seni, dan berbagai ragam dalam bidang lainnya (adhyaksa,
2008).
Ragam bahasa lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap dengan fonem sebagai unsur
dasar. Dalam ragam lisan kita berurusan dengan tata bahasa, kosa kata dan lafal. Dalam
ragam lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendahnya suara, air muka, gerak
tangan atau isyarat lain untuk mengungkapkan ide (adhyaksa, 2008).
Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebaai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan ejaan di samping
aspek kosakata dan tata bahasa. Dengan kata lain, dalam ragam tulis dituntut adanya
kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata atau susunan kalimat, ketepatan pilihan
kata, kebenaran penggunaan ejaan dalam pengungkapan ide atau gagasan (adhyaksa, 2008).
Perbedaan bahasa ragam lisan dan tulis
Dalam berkomunikasi sehari hari, penggunaan bahasa yang utuh atau lengkap
sesungguhnya berlangsung pada tataran wacana. Lubis (1993:20) menyatakan bahwa
kesatuan bahasa yang lengkap sebenarnya bukanlah kata atau kalimat melainkan wacana.
Menurut wahab (dikutip Sumadi, 206:6) kata wacana dapat diartikan sebagai organisasi
bahasa di atas tataran kalimat yang dapt berupa percakapan (wacana lisan) atau wacana tulis.
Wacana lisan pada umumnya berlangsung timbal-balik, sedangkan wacana tulis pada
umumnya berlangsung satu arah (hayon, 2003:41). Walaupun demikian, kemajuan teknologi
dapat memungkinkan juga adanya wacana tulis yang berlangsung timbal-balik, misalnya
dalam penggunaan internet (chatting) dan telepan seluler (short message system/sms).
Wacana merupakan satuan bahasa pada tingkatan fungsional (Tarigan, 1993:28). Hal ini
berarti bahwa dalam wacana terdapat pemakaian bahasa. Dengan kata lain, analisis wacana
adalah analisis bahasa dalam pemakaiannya (Lubis, 1993:3). Pada tingkatan fungsional,
bahasa lisan dan bahasa tulis dipakai dalam fungsi fungsi yang berbeda dalam masyarakat.
Bahsa lisan dipakai terutama untuk menjalin dan memelihara hubungan antarmanusia (fungsi
interaksional), sedangkan bahsa tulis dipakai terutama untuk menyusun dan menyampaikan
informasi (fungsi transaksional) (Brown dan Yule, 1996:12-13).
Secara lebih rinci dapat diuraikan beberapa/perbedaan bahasa lisan dan bahasa tulis sebagai
berikut (Brown dan Yule, 1996; zulfikar, 2009).
a. Dilihat dari fungsinya, bahasa lisan pada umumnya dipakai untuk memelihara
hubungan antarmanusia, sedangkan bahasa tulis pada umumnya dipakai untuk
menyusun dan menyampaikan informasi.
b. Dilihat dari cara produksinya, pembicara dapat membuat segala maca efek (ekspresi,
isyarat, sikap tubuh) pada saat berkomunikasi; pembicara harus lebih banyak
memiliki perhatian dan kemampuan untuk memproduksi bahasanya dan
memperhatikan lawan bicaranya. Lain halnya dengan bahasa tulis, bahasa tulis tidak
dipengaruhi efek sikap, isyarat, maupun ekspresi. Pembaca hanya dapat memahami
komunikasi penulis melalui tulisan.

c. Dilihat dari bentuknya, sintaksis bahasa tulisan secara khas kurang terstruktur
dibandingkan dengan sintaksis bahasa tulis.

Aspek bahasa dalam ragam tulis


sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa komunikasi yang dilakukan dalam
ragam tulis tidak tergantung pada ruang dan waktu melainkan sangat tergantung pada konteks
linguistic (teks). Oleh sebab itu, dalam kegiatan berbahasa tulis, baik membaca maupun
menulis, perlu diperhatikan beberapa aspek bahasa tulis, antara lain, penggunaan ejaan yang
tepat, penggunaan kalimat yang efektif, dan penataan gagasan yang terorganisasi dengan baik
dalam paragraf dan antarparagraf.
3.4.1 Organisasi Gagasan dalam Paragraf dan Antarparagraf
Untuk menyusun dan menyampaikan informasi, bahasa tulis haruslah dapat dipahami
pembaca sebagaimana yang dimaksudkan oleh penulis, tanpa tergantung pada waktu dan
ruang. Brown dan Yule (1996:13) mengemukakan bahwa bahasa tulis memungkinkan
komunikasi tanpa tergantung pada waktu dan ruang. Bahasa yang demikian itu tentunya
memerlukan pengorganisasian gagasan yang baik. Widyamartaya (2003:10) menyatakan
bahwa penataan organisasi gagasan dilakukan dengan tujuan agar gagasan pengarang dapat
terungkap dan dipahami secara sistematis (teratur) dan komunikatif.
Pengorganisasian gagasan yang baik menjadi lebih penting lagi terutama dalam
wacana tulis ilmiah. Hardjodipuro (1982:34) mengemukakan bahwa dalam penulisan karya
ilmiah harus dicegah adanya pemikiran yang meloncat-loncat karena hal itu menunjukkan
kurang matangnya penulis dalam mengemukakan pendapatnya.Sejalan dengan hal itu, dalam
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Universitas Negeri Malang, 2000:78) dinyatakan pula
bahwa kejelasan dan ketepatan isi karya ilmiah dapat diwujudkan salah satunya dengan
struktur paragraf yang runtut. Paragraf di katakan runtut apabila gagasan yang dikemukakan
didalamnya disusun berdasarkan urutan tertentu tanpa loncatan logika (lihat Hardjodipuro,
1982; Oshima dan Hogue, 1983; Widyamartaya, 2003; Oregon Department of Education,
2004).
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa karya ilmiah idealnya dibangun oleh paragrafparagraf yang terorganisasi dengan baik. Paragraf yang baik haruslah memenuhi syarat
1) Kelengkapan
2) Keruntutan
3) Kepaduan / Koherensi dan Kohesi.
Karena paragraf merupakan bagian dari wacana tulis, syarat-syarat itu pun diberlakukan pada
organisasi gagasan antar paragraf dalam karya ilmiah.
3.4.1.1 Kelengkapan
Kelengkapan adalah asas yang menghendaki agar karangan benar-benar berbobot.
Berbobot maksudnya berisi informasi yang lengkap untuk menjelaskan gagasan utama. Kita
harus menerapkan hukum DM (diterangkan-menerangkan) dengan sebaik-baiknya dalam

membangun paragraf: Satu D dengan jumlah M yang memadai, yang lengkap. Asas ini
disebut juga pengembangan yang memadai (Widyamartaya, 2003:38). Pengembangan yang
memadai dimuatnya rincian yang dapat membantu pembaca untuk memahami pernyataan
yang dikemukakan sebagai gagasan utama (Sakri, 1992:6).
Sejalan dengan hal itu, Hardjodipuro (1982:15) mengemukakan bahwa paragraf
dianggap lengkap bila telah melakukan apa yang dikehendaki penulisnya. Dengan kata lain,
paragraf yang lengkap adalah paragraf yang memuat rincian yang sempurna untuk
mendukung gagasan utamanya.
Sakri (1992:2,6) mengemukakan bahwa paragraf yang lengkap harus memiliki isi
yang memadai, yakni memiliki sejumlah rincian yang terpilih dengan patut sebagai
pendukung gagasan utama paragraf. Rincian terpilih yang dimaksud adalah rincian yang
cocok dengan pokok bahasan. , Selanjutnya, dalam Official Scoring Guide, Writting 20032004 (Oregon Department of Education) dikemukakan bahwa organisasi tulisan yang baik
harus berisi rincian yang diletakkan sesuai pada tempatnya. Artinya rincian itu berada pada
paragraf yang berisi gagasan utama yang akan dikembangkan.
3.4.1.2 Keruntutan
Paragraf yang baik haruslah mempunyai susunan / urutan tertentu (Hardjodipuro,
1982:15). Gagasan harus dikemukakan dalam urutan yang jelas. Penyusunan urutan itu dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Urutan alamiah
2. Urutan logis (Hayon, 2003:98-104)
Urutan alamiah dibedakan atas :
a. Urutan waktu
Menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.
Contoh:
Menendang bola dengan sepatu baru dikenalnya sekitar tahun 1977,
saat ia baru lulus dari STM Negeri 3 jurusan teknik elektro. Yang pertama kali
melatihnya adalah klub halilintar. Dari sini prestasinya terus menanjak hingga
kemudian ia dapat bergabung dengan klub pelita jaya sampai sekarang. Tahun 1984 ia
pernah dipanggil untuk memperkuat PSSI ke merdeka games di Malaysia. Waktu ia
dipanggil lagi untuk turnamen di Burnei tahun 1985, ia gagal memenuhinya karena
kakinya cedera.
b. Urutan tempat
Digunakan untuk mengembangkan paragraph deskripsi. Artinya,
pengembangan paragraph dengan teknik urutan ruang ini di gunakan jika topic
bahasan adalah berupa objek yang harus di deskripsikan. Paragraph Yang membawa
pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang.
Misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke dalam,dll.
c. Urutan topik

Urutan logis dibedakan atas :


a. Urutan sebab akibat atau sebaliknya
Sebab akibat dapat diwujudkan dengan melihat hubungan antar kalimat dalam
paragraf. Hubungan kalimat yang satu dengan yang lain dapat berbentuk sebabakibat.
Sebab dapat berfungsi sebagai kalimat utama.dan akibat sebagai kalimat
penjelasnya. Dapat pula sebaliknya,akibat sebagai kalimat utama dan dijelaskan
dengan beberapa penyebab sebagai perinciannya sehingga pembaca mudah
memahami. Kata yang biasa dipakai yaitu: padahal, akibatnya, oleh karena itu,
dan karena.
b. Urutan klimaks antiklimaks atau sebaliknya
Gagasan utama mula-mula dirinci dengan sebuah gagasan bawahan yang
dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan
gagasan lain hingga gagasan yang paling tinggi kedudukan/kepentingannya.
Contoh :
Bentuk traktor mengalami perkembangan dari jaman ke jaman seiring dengan
kemajuan tehnologi yang dicapai umat manusia. Pada waktu mesin uap baru jayajayanya, ada traktor yang dijalankan dengan mesin uap. Pada waktu tank menjadi
pusat perhatian orang, traktor pun ikut-ikutan diberi model seperti tank.
Keturunan traktor model tank ini sampai sekarang masih dipergunakan orang,
yaitu traktor yang memakai roda rantai. Traktor semacam ini adalah hasil
perusahaan Carterpillar. Di samping Carterpillar, Ford pun tidak ketinggalan
dalam pembuatan traktor dan alat-alat pertanian lainnya. Jepang pun tidak mau
kalah bersaing dalam bidang ini. Produk Jepang yang khas di Indonesia terkenal
dengan nama padi traktor yang bentuknya sudah mengalami perubahan dari
model-model sebelumnya.
c. Urutan umum khusus atau sebaliknya
Contoh urutan umum-khusus :
Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional.
Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928. Kedudukan ini mungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu
yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi lingua franca selama berabadabad di seluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak terjadinya
persaingan bahasa, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan
bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional.
Contoh urutan khusus-umum :

Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat menyurat yang


dikeluarkan pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya ditulis dalam
bahasa Indonesia. Pidato-pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan
diucapkan dengan bahasa Indonesia. Hanya dalam keadaan tertentu , demi
kepentingan antarbangsa kadang-kadang pidato resmi ditulis dan diucapkan
dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Demikian juga pemakaian bahasa
Indoensia oleh masyarakat dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan .
Dengan kata lain, komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan
masyarakat berlangsung dengan menggunakan bahasa Indonesia
d. Urutan familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di
kenal, kemudian berangsur angsur pindah kepada hal hal yang kurang di kenal
atau belum di kenal. Dalam keadaan keadaan tertentu cara ini misalnya di
terapkan dengan mempergunakan analogi.
e. Urutan akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas
mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah di kenal atau tidak oleh
pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di
terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak
oleh para pembaca.
3.4.1.3 Kepaduan
Kepaduan berarti bahwa segala sesuatu yang dikemukakan dalam tulisan harus
berkisar pada satu gagasan utama (Widyamartaya, 2003:38). Kepaduan ini disebut juga
kohesi dan koherensi. Kohesi adalah relasi antar bagian yang dinyatakan secara struktural,
sedangkan koherensi adalah relasi antar bagian secara semantik (Purnomo, 2002:11). Kohesi
dan koherensi sangat diperlukan baik dalam paragraf (sebagai bagian dari wacana) maupun
dalam wacana sebagai kesatuan bahasa yang lengkap. Hayon (2003:108) menyatakan bahwa
kepaduan harus terlihat juga dalam hubungan antara satu paragraf dengan paragraf lain.
Secara ringkas kriteria-kriteria kelengkapan, keruntutan, dan kepaduan gagasan dalam
paragraf dan antar paragraf dapat dilihat pada tabel-tabel 1 s.d.6 berikut ini (Meirani, 2005).

Tabel 1: Kriteria Kelengkapan Gagasan dalam Paragraf

Kualifikasi

Kriteria Kelengkapan Gagasan dalam Paragraf

Lengkap (L)

Dalam satu paragraf terdapat sejumlah kalimat yang dapat memberikan


informasi khusus yang lengkap untuk mendukung gagasan utama (tidak ada
informasi penting yang ditinggalkan).

Tidak
Lengkap (TL)

Dalam satu paragraf tidak terdapat informasi khusus untuk mendukung


gagasan utama, atau dalam satu paragraf hanya ada satu kalimat.

Keterangan :
a. Kalimat yang dimaksudkan dalam kriteria ini hanya dilihat secara ortografis (yang
ditandai dengan huruf awal kapital dan diakhiri dengan tanda titik), bukan dilihat
secara struktur.
b. Informasi khusus adalah informasi rinci yang menjelaskan gagasan utama.
Tabel 2: Kriteria Keruntutan Gagasan dalam Paragraf

Kualifikasi

Runtut (R)

Tidak Runtut
(TR)

Kriteria Keruntutan Gagasan dalam Paragraf

Gagasan disusun berdasarkan urutan tertentu, tidak ada


loncatan logika.

Gagasan disusun secara tidak runtut, atau terdapat lebih dari


satu loncatan logika.

Keterangan :
a. Urutan tertentu yang dimaksudkan dalam kriteria ini dapat berupa urutan alamiah
dan/atau urutan logis.
b. Loncatan logika yang dimaksudkan dalam kriteria ini adalah adanya gagasan yang
muncul secara tiba-tiba, terkait dengan gagasan yang sebelumnya.
Tabel 3: Kriteria Kepaduan Gagasan dalam Paragraf

Kualifikasi

Kriteria Kepaduan Gagasan dalam Paragraf

Padu (P)

Dalam satu paragraf terdapat satu gagasan utama dengan


sejumlah kalimat pendukung yang berhubungan secara semantik
(koherensi) dan/atau struktural (kohesi).

Tidak Padu
(TP)

Dalam satu paragraf terdapat satu atau lebih gagasan utama


dengan sejumlah kalimat pendukung yang tidak relevan. Atau,
dalam satu paragraf hanya ada satu kalimat.

Tabel 4: Kriteria Kelengkapan Gagasan Antarparagraf


Kualifikasi

Kriteria Kelengkapan Gagasan Antararagraf

Lengkap (L)

Dalam sebuah wacana terdapat satu topik wacana dengan


sejumlah paragraf yang dapat memberikan informasi khusus
yang lengkap untuk mendukung topik wacana(tidak ada
informasi penting yang ditinggalkan).

Tidak
Lengkap
(TL)

Dalam sebuah wacana terdapat satu topik wacana dengan


paragraf yang sedikit sekali memberikan informasi penting
untuk mendukung gagasan utama(ada beberapa informasi
penting yang ditinggalkan).
Tabel 5: Kriteria Keruntutan Gagasan Antarparagraf

Kualifikasi

Kriteria Keruntutan Gagasan Antarparagraf

Runtut (R)

Dalam wacana, paragraf-paragraf disusun berdasarkan urutan


tertentu, tidak ada loncatan logika.

Tidak Runtut
(TR)

Dalam wacana, paragraf-paragraf disusun secara tidak runtut,


atau terdapat beberapa loncatan logika.

Tabel 6: Kriteria Kepaduan Gagasan Antarparagraf

Kualifikasi

Kriteria Kepaduan Gagasan Antarparagraf

Padu (P)

Paragraf satu dengan paragraf yang lain memiliki hubungan


secara semantik dan/atau struktural untuk mendukung satu topik
wacana.

Tidak Padu
(TP)

Beberapa paragraf memiliki hubungan semantik dan/atau


struktural dengan paragraf lain, tetapi terdapat pula beberapa
paragraf yang tidak berhubungan, baik secara semantik maupun
struktural dalam membangun wacana.

Berikut ini adalah salah satu contoh analisis organisasi gagasan dalam paragraf.
Mesin pemotong keripik pisang ini digunakan untuk keripik pisang dimana industri
pembuatan makanan ini banyak terdapat diprovinsi Lampung dan telah menjadi ciri khas
tersebut. Namun dari pengamatan penulisan selama ini, bahwa pada proses pembuatan
makanan tersebut masih diproduksi secara manual.
Paragraf diatas termasuk paragraf yang kurang lengkap. Pada paragraf diatas dimuat
satu gagasan utama, yaitu proses pembuatan kripik pisang yang masih diproduksi secara
manual. Dalam paragraf ini secara implisit termuat gagasan bahwa cara manual dianggap
kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata namun. Walaupun demikian, dalam
paragraf ini tidak dimuat gagasan pendukung yang mengungkapkan mengapa cara manual
dianggap kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai