Perencanaan energi yang baik dapat mengintegrasikan semua sub-sektor energi, termasuk sektor energi pedesaan, dan aspek-aspek yang terkait dengan sektor energi sebagai satu kesatuan. Langkah penting yang harus dilakukan dalam perencanaan energi adalah mengidentifikasi kelompok data yang dibutuhkan bagi analisa permintaan energi, mengkaji berbagai sumber daya energi untuk memenuhi permintaan dan mengembangkan berbagai alternatif keseimbangan permintaan penawaran energi. Hasil tersebut digunakan sebagai dasaerbagi lingkup yang mengarah pada pengambilan keputusan dalam kebijakan energi. Tujuan utama perencanaan energi secara umum adalah memaksimalkan manfaat bersih bagi ekonomi. Dalam hal ini memaksimalkan perbedaan antara manfaat dan biaya dalam jangka waktu tertentu. Proses memaksimalisasi manfaat bersih dipersempit menjadi upaya minimalisasi biaya untuk meminimalkan total biaya sistem. Gambar (6.2) melukiskan konsep dasar perencanaan energi pada aras makro. Permintaan energi dibagi dalam berbagai pengguna akhir dengan tujuan utaa mendapatkan alokasi penawaran energi optimal pada aras makro. Gambar (6.3) memuat perencanaan pada aras antara. Disini lebih ditekankan proses transformasi energi primer manjadi energi sekunder. Permintaan akan energi sekunder minyak dapat dipenuhi berbgaai sumber seperti kilang, impor dan hasil likuidifikasi gas atau batubara.Sama seperti listrik, kebutuhan energi dapat dipenuhi dari minyak bumi, gas bumi, batubara tenaga air, panas bumi, nuklir dan barangkali energi alternatif lainnya.
(Gambar 6.2) (Gambar 6.3)
6.2.1 Peerencanaan Sederhana
Perencanaan energi pada mas silam dilakukan dengan cara yang sederhana. Perencanaan dilaksanakan independen untuk masing-masing sub-sektor energi atau setiap proyek. Hasilnya kemudian diintegrasikan dengan mempertimbangkan substitusi bahan bakar untuk mendapatkan target tertentu, misalnya biaya termurah. Banyak kesulitan yang dihadapi dalam perencanaan energi sederhana diantaranya yaitu masih menggunakan metode proyeksi yang sederhana dan masih mengabaikan energi nonkomersial atau sektor energi pedesaan. Kesulitan lainnya yaitu bagaimana membangun formulasi substitusi anatar energi nonkomersial dan energi komersial yang sejalan dengan perkembangan pembangunan nasional. Penawaran dan permintaan energi secara sederhana dikembangkan dengan mencari faktor-faktor dominan yang mempengaruhi penawaran dan permintaan. Karena faktor-faktor tersebut dapat berubah dengan cepatdari waktu ke waktu, maka dalam proyeksinya digunakan berbgai alternatif. Dalam proses selanjutnya perencanaan energi mulai memperhatikan ruang lingkup yang lebih luas. Proses perencanaan energi tidak dapat lagi dilakukan secara sederhana karena kini melibatkan berbagai kepentingan. Selain itu, susut energi yang merupakan biaya untuk memperoleh jasa energi dari material bahan baku energi akan muncul sepanjang proses transformasi. Faktor ini pula yan mendorong perencanaan energi tidak dapat dilakukan dengan cara yang sederhana.
6.2.2 Perencanaan Terpadu
Konsep perencanaan energi terpadu memberi analisa berbagai masalah energi secara keseluruhan. Jangka waktu perencanaan dapat berjalan lima belas sampai dua puluh tahun, tergantung rancangan konsep energi masing-masing negara. Target dan tujuan perencanaan energi biasanya lebih banyak ditentukan oleh otoritas politik. Pada dasarnya perencanaan terpadu menggambarkan alokasi persediaan dan aliran energi ke berbagai pengguna akhir. Perencanaan energi terpadu mengacu pada keseimbangan antara pemintaan dan penawaran energi. Perencanaan tersebut tergambar dalam diagram alir setiap energi mulai dari sumber energi sampai pengguna akhir. Perencanaan energi terpadu harus dapat menetapkan penawaran-permintaan untuk periode tertentu ke depan. Karena itu perlu dibuat proyeksi permintaan energi berdasarkan sekor konsumen dan pengguna akhir dari setiap alternatif scenario pertumbuhan ekonomi serta parameter lainnya. Perencanaan energi nasional dimulai dengan melakukan berbagai pilihan permintaan beserta hasil proyeksinya. Inventasrisasi sumber daya energi termasuk kemungkinan pilihan teknologi diharapkan mampu meningkatkan penawaran energi. Sisi penawaran neraca keseimbangan penawaran- permintaan yang dipilih juga memberikan justifikasi bagi alokasi penawaran yang digunakan. Rincian sistem penawaran,teknologi, biaya, dampak dan tahapan pengembangan perlu diuraikan dalam perencanaan energi, terutama program operasionalisasinya. Perencanaan teknis harus ditindaklanjuti dengan perencanaan ekonomi. Perencanaan ini meliputi rencana investasi modal, biaya operasi dan perawatan, serta biaya impor energi bila ada. Hal demikian dilakukan untuk menjabarkan keekonomian system perencanaan ang dipilih. Negara dengan perencanaan ekonomi baik biasanya mamu menghasilkan perencanaan nergi yang juga baik. Namun dalam perencanaan eknomi terpadu tidak selalu demikian. Perencanaan eknomi yang baik memang berguna sebgai titik awal, tetapi tidak mutlak dalam perencanaan energi terpadu. Perencanaan ekonomi yang biasanya dilakukan dalam jangka waktu pendek tidak akan mungkin memenuhi persyaratan perencanaanenergi jangka panjang. Pendekatan yang digunakan dalam perencanaan ekonomi juga sering tidak sesuai dengan perencanaan energi. Sebetulnya ada perbedaan antara perencanaan energi terpadu denan rencana induk energi. Kesalahpahaman sering terjadi dengan menganggap perencanaan energi terpadu akan mengarah pada rencana energi terpadu-sama seperti rencana induk energi. Perencaan energi terpadu sebagaimana dikemukakan adalah proses yang mengarah pada konseptualisasi dan aplikasi metodologi. Ujuan utama perencanaan energi terpadu dalam lingkup nasional adalah mencapai kesepakatan, target yang konsisten dan layak bagi kebijakan energi. Rencana energi point pertama relatif lebih rinci dan harus konsisten dengan target perencanaan nasional dan sectoral. Dalam praktik sering ditemui adanya perbedaan yang besar dalam berbagai perencanaan sectoral suatu negara. Hasil penting perencanaan energi terpadu adalah rencana induk energi. Beberapa negara di kawasan Asia Pasifik berhasil menyusun rencana induk energi nasional mereka yang sangat baik, sebagai sebuah pemulaan dan berupaya menghimpun berbagai masalah perencanaan energi yang sangat rumit dalam suatu wadah. Ada tiga tangka keterpaduan yang sangat penting dan patut dipahami dalam pendekatan perencanaan energi terpadu. Pertama, integrasi antara perencanaan ekonomi dengan perencanaan energi. Kedua, integrasi perencanaan setiap sub-sektor energi yang berbeda. Ketiga, integrasi perencanaan masing- masing komponen dalam sub sektor energi. Gambar (6.4) menunjukkan keterkaitan berbagai strata pada tautan makronasional, sektor dan komponen sub-sektor energi. Dengan perencanaan terpadu akan dapat dihasillkan rencana energi nasiona atau makro, rencana sub-sektor, komponen dan sub sektor. Ketiganya saling terkait dan tidak terlepas dengan rencana ekonomi secara makro. Dalam gambar terlihat perencanaan itu dilakukan dengan dua arah mulai dari pemahaman ekonomi makro atau pengertian tentang kompone-komponen sub-sektor. Secara teoritis proses dua arah tersebut akan memberikan hasil yang sama. Jika berbeda maka penyebab utamanya tidak lain adalah efisiensi proses konversi dari satu bentuk energi menjadi bentuk energi yang lain. (Gambar 6.4) Rencana Ekonomi Terpadu Rencana Terpadu Pertanian Transportasi Rencana Energi Terpadu
Industri Sektor Sektor Sektor
Kelistrikan Minyak dan Gas Bumi
Pembangkit Listrik
Sektor PLTU PLTG PLTM
batubara Energi Primer Jasa Minyak Batu- Gas PLTA Bumi bara Bumi (Services) Sektor Energi yang dapat diperbarui PLTP & Panas Surya Angin PLTS Bumi
Gambar 6.5 menunjukan diagram rinci perencanaan energi terpadu. Alur proses tersebut, termasuk alternative metodologi yang ada, diuraikan dibawah ini.