Anda di halaman 1dari 13

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Konsep Balita
Balita merupakan individu yang berumur 0-5 tahun, dengan tingkat
plastisitas otak yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk
prosos pembelajaran dan pengayaan (Departemen Kesehatan RI, 2009).
Balita terbagi menjadi dua golongan yaitu balita dengan usia satu sampai
tiga tahun dan balita dengan usia tiga sampai lima tahun (Soekirman,
2006). Sedangkan menurut (Meadow, 2002), balita merupakan anak yang
usianya berumur antara satu hingga lima tahun. Saat usia balita kebutuhan
akan aktivitas hariannya masih tergantung penuh terhadap orang lain,
mulai dari makan, buang air besar maupun air kecil dan kebersihan diri.
Masa balita merupakan masa yang sangat penting bagi proses kehidupan
manusia. Pada masa ini akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan
anak dalam proses tumbuh kembang selanjutnya (Nicki, 2007).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan balita merupakan individu
dengan usia dibawah lima tahun. Pertumbuhan pada masa ini berlangsung
dengan cepat dan melambat pada usia prasekolah. Pemenuhan kebutuhan
sehari-hari

balita

masih

sangat

tergantung

dengan

orang

lain.

Perkembangan masa balita akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan


dan perkembangan anak selanjutnya.
12

13

2. Perkembangan Balita
Perkembangan merupakan kondisi yang ditandai dengan bertambahnya
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks (Departemen Kesehatan RI,
2009). Dalam masa perkembangan balita terdapat periode kritis. Periode
kritis merupakan kondisi dimana lingkungan memiliki dampak paling
besar terhadap perkembangan individu (Papalia dan Olds dalam Potter dan
Perry, 2005).

Dalam periode kritis diperlukan stimulasi sensori agar

perkembangannya dapat berjalan secara maksimal. Menurut Nicki (2007)


perkembangan balita dibagi menjadi empat aspek yaitu perkembangan
psikologis, perkembangan psikoseksual, perkembangan sosial dan
perkembangan kognitif.
Berbicara tentang perkembangan balita banyak kita temui teori yang
membahas tentang tumbuh kembang balita. berikut merupakan beberapa
teori tentang perkembangan balita menurut berbagai tokoh:
a. Perkembangan psikososial menurut Erikson (1963) dalam Potter dan
Perry (2005).
Dalam teori psikososial Erikson (1963) mengemukakan krisis
perkembangan psikososial pada bayi adalah pada saat masa percaya dan
tidak percaya. Kualitas hubungan antara orang tua dan balita akan
sangat berpengaruh dalam tahap ini. Teori ini berpendapat masa
autonomi atau kebebasan mulai muncul pada usia todler dan pada usia
ini anak akan mulai menjalin hubungan sosial dengan lingkungan.

14

b. Perkembangan kognitif menurut Piaget (1952) dalam Kinney (2009).


Dalam teorinya, Piaget (1952) mengemukakan perkembangan
periode sensorimotor merupakan perkembangan tahap pertama dari
perkembangan kognitif.

Periode sensorimotor akan berlangsung

sampai dengan tahun ke dua kelahiran dan setelah itu akan beralih pada
tahap pemikiran praoperasional. Tahap ini ditandai dengan penggunaan
simbol untuk menunjuk benda, tempat atau orang dan pada tahap ini
anak juga belajar meniru kegiatan yang dilakukan orang lain.
c. Perkembangan bahasa
Wong (2001) menjelaskan perkembangan bahasa akan sangat
dipengaruhi oleh lingkungnnya. Bahasa bukan kemampuan yang
diperoleh dalam sekali waktu namun perkembangan bahasa terjadi
secara bertahap. Dalam perkembangan bahasa dibutuhkan kelengkapan
struktur dan fungsi dari indra pendengaran, pernafasan, dan kognitif
yang dibutuhkan untuk berkomunikasi. Perkembangan bahasa antar
individu sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh kemampuan saraf dan
perkembangan kognitif masing-masung individu.
d. Perkembangan sensori motor
Wong (2001) menjelaskan perkembangan sensori motor sangat erat
kaitannya dengan dunia bermain anak. Pada saat bermain anak akan
menggunakan kemampuan otot dan persarafannya. Dengan semakin
berkembangnnya kemampuan sensori motor, individu akan mulai
mengeksplor lingkungan sekitarnya.

15

e. Perkembangan motorik kasar


Dalam perkembangan gerak motorik kasar menurut Pillitteri (2003)
dapat dievaluasi dari empat posisi yaitu ventral suspension, prone,
sitting, dan standing. Posisi

suspension merupakan posisi balita

tengkurap dan berusaha mengangkat pantat.


f. Perkembangan motorik halus
Gerak yang melibatkan gerakan bagian tubuh yang melibatkan
otot-otot kecil. Gerak motorik halus dimulai dengan kemampuan balita
untuk menghisap ibu jari. Pada usia tiga bulan balita mulai menjangkau
benda-benda yang berada didekatnya. Kemampuan tersebut terus
berkembang sampai pada usia 12 bulan balita dapat menggambar garis
simetris (Pillitteri, 2003).
Menurut

Departeman Kesehatan RI (2009) tumbuh kembang

balita terbagi menjadi 10 tahap perkembangan sesuai tahap usia, yaitu


sebagai berikut :
Tabel 2.1 Perkembangan Balita Sesuai Tahap Usia
Usia
0-3 bulan

3-6 bulan

Perkembangan
Dapat mengangkat kepala
setinggi 45, menggerakan
kekanan dan kekiri, menatap
wajah, dan mengeluarkan
suara secara spontan.
Dapat menggenggam pensil,
meraih benda yang ada dalam
jangkauannya, mengarahkan
matanya pada benda-benda
kecil, dan dapat memegang
tangannya sendiri.

16

Usia
6-9 bulan

9-12 bulan

12-18 bulan

18-24 bulan

24-36 bulan

36-48 bulan

Perkembangan
Dapat duduk tanpa bantuan,
memindahakan benda dari
satu tangan ke tangan
lainnya, dapat memungut
manik-manik, dapat bermain
tepuk tangan.
Dapat berdiri selama 30
detik, dapat berjalan dengan
bantuan, dapat menyebut 2-3
suku kata tanpa arti.
Dapat berdiri tanpa bantuan,
berjalan
mundur
lima
langkah, dapat membuat
menara dari dua kubus,
memasukan kubus ke kotak.
Dapat berdiri tanpa bantuan
selama 30 detik, berjalan
dengan tegak, menara dari
empat kubus, memungut
benda kecil dengan ibu jari
dan jari telunjuk, menyebut
3-6 kata yang mempunyai
arti.
Dapat berjalan naik tangga
tanpa
bantuan,
dapat
mencoret-coret
kertas
menggunakan
pensil,
berbicara menggunakan dua
kata, dapat menunjuk satu
atau lebih anggota tubuh,
dapat
menyebutkan
dua
macam gambar atau lebih,
melepas pakaiannya sendiri.
Dapat mengangkat satu kaki
selama dua detik, dapat dapat
melompat dengan kedua kaki
di angkat, dapat menggambar
garis lurus, dapat membuat
menara dari delapan kubus,
mengenal dua warna atau
lebih,
mengenal
tiga
perlawanan
kata,
dapat

17

mengenakan celana, baju,


kemeja tanpa bantuan.
48-60 bulan
Dapat berdiri satu kaki
selama 6 detik, dapat
menggambar
lingkaran
menggambar orang dengan
tiga bagian tubuh, dapat
membandingkan
benda
dari ukuran dan bentuknya,
mengeluarkan kata-kata yang
sudah
dapat
dimengerti,
menggosok
gigi
tanpa
dibantu.
60-72 bulan
Dapat berjalan lurus, berdiri
dengan satu kaki selama 11
detik, dapat menggambar
orang dengan 6 bagian,
menggambar segi empat,
mengerti arti lawan kata,
dapat mengenal warna.
Sumber: (Departemen Kesehatan RI, 2009)
Selain melihat perkambangan balita dari tahap usia, menurut
DDST-II perkembangan balita dapat juga dilihat dari empat aspek
yaitu, motorik halus, personal sosial, bahasa, dan motorik kasar.
Tabel 2.2 Perkembangan Balita Berdasarkan Aspek Motorik halus,
Personal Sosial, Bahasa, dan Motorik Kasar
Usia
Lahir1
bulan

1-3
bulan

Motorik Halus
Muncul reflek
primitif,
menghisap,
menggenggam
dan berespon
terhadap suara
Mulai dapat
menegakan
kepala,
muncul
gerakan
merangkak

Personal Sosial

Dapat
memberikan
respon
tersenyum

Bahasa

Motorik Kasar

18

Usia
3-4
bulan

6-10
bulan

9-10
bulan

1
tahun

Motorik Halus
Dapat
mengangkat
kepala
dari
posisi
tengkurap,
memalingkan
kepala
ke
sumber suara
Dapat
berguling dari
sisi ke sisi,
memalingkan
kepala pada
sumber suara
Dapat duduk
dari
posisi
berbaring,
mulai
merangkak
Mulai berlatih
untuk berjalan
dengan
bantuan

1 Dapat berjalan
tahun tanpa bantuan,
dapat
naik
turun tangga

2
tahun

Dapat berlari,
membuka
pintu

3
tahun

Dapat
melompat,
dapat
menggunakan
sepeda roda
tiga

Personal Sosial
Dapat
memberikan
respon
tersenyum

Bahasa
Dapat
bersuara
jika
diajak
berbicara

Motorik Kasar
Mulai
mengamati
tangan sendiri,
mampu untuk
menggenggam
kerincingan

Mengelu
arkan
suara
seperti
da
ma
Mengelu
arkan
suara
seperti
da-da
ma-ma
Menurut
Mulai
perintah
menguca
sederhana,
pkan
memperlihatka kata-kata
n
berbagai tunggal
macam emosi
Mulai bermain Dapat
dengan
anak menguca
seusianya,
pkan
meminta
lebih dari
minum,
20 kata
mengenal
yang
gambar-gambar mempun
binatang
yai arti
Mulai bermain Mulai
dengan anak- menggun
anak lain
akan dua
atau tiga
kata
Mengetahui
Dapat
nama dan jenis berbicara
kelaminnya
dengan
sendiri, dapat kalimatdiberi
kalimat
pengertian,
pendek

Mulai
memindahkan
benda dari satu
tangan
ke
tangan lainnya

Dapat
mengekspresik
an kegembiraan
dengan
berlagak
dan
tersipu-sipu
Mengenal dan
menolak
kepada orang
asing

Dapat
memungut
benda dengan
jari dan ibu jari

Dapat
memegang
gelas
untuk
meminum

Mulai
mencoretcoret,
membolakbalik halaman.

Dapat
menggunakan
pakaian sendiri

Dapat
menggambar
lingkaran,
menggambar
benda-benda
yang

19

bermain secara
konstruktif dan
imitatif
4-5
Mengetahui
tahun
banyak huruf
alfabet, dapat
menghitung
sampai sepuluh
Sumber: Moersintowati (2005)

dikenalnya

Mulai
dapat
bernyany
i

3. Pengukuran Tumbuh Kembang Balita


Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan balita melibatkan
pengukuran kemampuan motorik kasar, motorik halus, kemampuan
bahasa, dan kemampuan sosial kemandirian (Departemen Kesehatan RI,
2009).

Dalam

melakukan

pengukuran

tumbuh

kembang

balita,

DI Indonesia terdapat dua macam gold standar alat ukur tumbuh kembang
yaitu, Denver Developmental Screening Test-II (DDST-II) dan Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Berikut ini merupakan dua macam
gold standar alat ukur tumbuh kembang DI Indonesia:
a. Denver Developmental Screening Test-II (DDST-II)
DDST-II ini merupakan metode yang digunakan untuk menilai
perkembangan anak usia 0-6 tahun yang terdiri dari 125 item tugas
pertumbuhan anak. Hasil dari pengukuran DDST-II ini berupa normal,
tersangka dan tidak dapat diuji (Adriana, 2011). Secara garis besar
tugas tumbuh kembang anak dalam DDST-II terbagi atas empat
klasifikasi (Nugroho, 2008).
Klasifikasi pertama yaitu sektor personal-sosial, dalam sektor ini
berisi ketercapaian anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan.

20

Klasifikasi kedua yaitu sektor motorik halus, dalam sektor ini berisi
ketercapaian anak dalam koordinasi anggota tubuh. Klasifikasi
selanjutnya yaitu sektor bahasa, dalam sektor ini lebih berfokus dalam
penggunaan bahasa, berbica, dan mendengar. Klasifikasi yang terahir
dalam penilaian ini yaitu sektor motorik kasar, dalam sektor ini anak
dinilai dari kemampuan otot untuk beraktifitas (Nugroho, 2008).
Hasil penilaian DDST-II terdiri dari penilaian item dan penilaian
secara keseluruhan. Penilaian item terdiri dari advanced, normal,
caution, delayed dan no opportunity. Sedangkan untuk penilaian secara
keseluruhan terdiri dari normal, suspect, dan untestable. Secara lebih
lengkap penilaian dalam DDST-II dapat dilihat pada lampiran.
Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai standar pengukuran
perkembangan DDST-II. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh
Shahshahani

(2010)

dengan

judul

Validity

and

reliability

determination of Denver Developmental Screening Test-II in 0-6 YearOlds in Tehran, mengungkapkan pengukuran perkembangan balita
menggunakan DDST-II lebih banyak ditemukan pennyimpangan dari
pada menggunakan alat ukur yang lain. Dalam penelitian ini hasil
pengukuran perkembangan dengan menggunakan DDST-II didapati
34% responden mengalami gangguan perkembangan. Sedangkan
pengukuran perkembangan menggunakan alat ukur yan lain sejenis
DDST-II

didapati

perkembangan.

hasil

12%

balita

mengalami

gangguan

21

b. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)


Selain menggunakan DDST-II pengukuran tumbuh kembang balita
dapat menggunakan kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP).
KPSP merupakan daftar pertanyaan singkat yang ditunjukan kepada
orang tua sebagai alat untuk melakukan praskrining pertumbuhan anak.
Departemen Kesehatan RI menyarankan penggunaan KPSP dalam
pengukuran tumbuh kembang pada balita usia 3 sampai dengan 72
bulan (Departemen Kesehatan RI, 2009).
Penilaian KPSP dihitung berdasarkan jumlah jawaban ya dari
pertanyaan yang diajukan kepada orang tua balita. Terdapat tiga
kategori dari hasil penilaian tersebut yaitu sesuai (S), meragukan (M),
dan penyimpangan (P) (Departemen Kesehatan RI, 2009).
Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai standar pengukuran
perkembangan KPSP. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh
Dhamayanti

(2006)

yang

berjudul

Kuesioner

Praskrining

Perkembangan (KPSP) Anak didapatkan nilai sensitivitas dan


spesifitas dari alat ukur perkembangan KPSP yaitu 60% dan 90%.

22

B. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini disusun dari berbagai sumber yaitu ,
Potter (2005), Departemen Kesehatan RI (2009) dan Ngastiyah (2003).
Adapun kerangka teori dalam penelitian ini yaitu:

Pengukuran
menggunakan
DDST dan KPSP
Balita

Perkembangan

Perkembangan
Kemampuan:
1.
2.
3.
4.

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Keterangan:
: diteliti
: pengaruh yang diteliti

Motorik kasar
Motorik halus
Personal sosial
Bahasa

23

C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian disusun sebagai kerangka kerja penelitian
dalam melakukan penelitian. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini
yaitu sebagai berikut:

Perkembangan:
1.
2.
3.
4.

Motorik kasar
Motorik halus
Personal sosial
Bahasa

Dengan KPSP

Balita

Perkembangan:
5.
6.
7.
8.

Motorik kasar
Motorik halus
Personal sosial
Bahasa

Dengan DDST-II
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:
: diteliti
: pengaruh yang diteliti

24

D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian untuk menjawab
rumusan

masalah (Nursalam, 2003). Berdasarkan kerangka teori dan

kerangka konsep maka, peneliti menggunakan rumusan kerja (Ha) dalam


penelitian yaitu :
Ada perbedaan hasil pengukuran perkembangan balita menggunakan DDSTII dan KPSP Di RW 06 Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kabupaten
Banyumas.

Anda mungkin juga menyukai