Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN I

KARBOHIDRAT
A. Tujuan
Mahasiswa terampil dalam:
a. Reaksi Warna:

Menentukan adanya karbohidrat secara umum.

Menentukan adanya amilum/pati.

Menentukan adanya gula reduksi.

Menentukan adanya monosakarida.

Menentukan larutan karbohidrat yang dapat mengalami peragian dan tidak


mengalami peragian.

Menentukan adanya gula yang mengandung gugus keton.

Menentukan adanya heptosa.

Menentukan adanya pentosa.

Memahami peristiwa hidrolisis selulosa menjadi gula reduksi

Menganmati bentuk osazon dari aldosa dan ketosa.

Menentukan adanya galaktosa.

B. Paparan Data Hasil Praktikum


No. Pengujian

Prosedur

1. Uji kelarutan a. Amilum+-naftol+H2SO4

Hasil
Terbentuk cincin/lapisan

dan Percobaan b. Sobekan kertas filter+air+-

yang berwarna ungu pada

Molisch

dasar tabung

naftol+H2SO4
c. Glukosa+-naftol+H2SO4

2. Percobaan Iod 2.1. Larutan (galaktosa, glukosa, 2.1..Larutan amilum berufruktosa, laktosa, amilum, sukro- bah warna menjadi biru
sa, dekstrin, dan maltosa)+ laru- kehitaman sedangkan yang
tan iodium.

lainnya tetap.

2.2. amilum+larutan iod (dipanas- 2.2. sebelum dipanaskan


kan)+NaOH (setelah dingin).

berwarna biru keunguan,

No. Pengujian

Prosedur

Hasil
saat dipanaskan berwarna
kuning bening. Saat didinginkan warna kembali
biru kehitaman dan pada
saat penambahan NaOH
warna berubah menjadi
kuning bening agak jing-ga.

3. Percobaan
Benedict

Reagen benedict+larutan(galak- Glukosa berubah warna


tosa, glukosa, fruktosa, sukrosa, menjadi kehijauan, sedan maltosa) dan dipanaskan.

dangkan larutan lainnya


tidak berubah warna.

4. Percobaan

---------

Tidak dilakukan

Barfoed
5. Percobaan
peragian
6. Percobaan
Seliwanoff

Maltosa+suspensi ragi(tunggu 1 Terdapat gelembung CO2


jam dalam tabung fermentasi).

dan bau alkohol.

Reagen Seliwanoff+5 tetes laru- Dengan larutan sukrosa


tan (sukrosa, glukosa, fruktosa,

berwarna oranye, dengan

galaktosa, maltosa, arabinosa, dan lainnya hasilnya negatif.


amilum).
7. Percobaan

-------

Tidak dilakukan

-------

Tidak dilakukan

Tauber
8. Percobaan Bial
9. Hidrolisis
Selulosa

Potongan kertas saring+air+H2-

Dengan benedict negatif.

SO4 pekat(dipanaskan&ditunggu Setelah dipanaskan lagi


1 jam), diambil sedikit+benedict. selama 30 menit dan ditambah benedict berubah

No. Pengujian

Prosedur

Hasil
warna menjadi kekuningan.

10. Hidrolisis
Amilum

Amilum+HCl 1 N(dipanas-kan) Setelah negatif dengan


+iodium hingga negatif.

iodium, pada menit ke 18,

Tambahkan benedict secara peri- warna berubah menjadi


odik.

kehijauan saat dilakukan tes


Benedict.

11. Uji Osazon

Fenilhidrazin+Na-asetat ke-

Terdapat kristal osazon

ring+larutan(arabinosa, sukrosa, berbentuk pantagonal


glukosa, fruktosa, maltosa, dan

pada galaktosa berbentuk

galaktosa) dan dipanaskan dalam runcing


penangas air.

sedangkan pa-

da larutan yang lain tidak


ditemukan kristal osazon.

12. Uji Asam


Musat

Larutan(galaktosa, glukosa dan

Tidak ditemukan hablur

fruktosa)+HNO3 pekat dan dipa- pada ke tiga larutan yang di


naskan. Setelah bersisa setengah uji.
bagian, endapan di amati di bawah mikroskop
C. Analisis Data
1. Uji Kelarutan dan Percobaan Molisch
a. Amilum
Setelah larutan amilum dibubuhi dengan beberapa tetes -naftol dan asam sulfat
pekat, muncul batasan cincin di dasar tabung reaksi berwarna ungu. Hal ini
membuktikan bahwa amilum tersebut mengandung karbohidrat yang dibuktikan
dengan reaksi positif yaitu adanya cincin ungu/violet tersebut.

b. Selulosa
Pada percobaan ini, sobekan kertas filter dimasukkan ke dalam 2 ml air ke-mudian
diberi beberapa tetes larutan -naftol dan asam sulfat pekat. Ter-nyata setelah
ditambah dengan larutan-larutan tersebut, muncul batasan cin-cin berwarna merah
ungu di dasar tabung sama seperti pada percobaan a. Hal ini juga membuktikan
bahwa pada selulosa kertas filter mengandung karbohidrat yang ditandai dengan
reaksi positif yang menghasilkan cincin berwarna ungu.
c.

Monosakarida
Larutan glukosa sebanyak 1 ml setelah ditanbahi dengan 2 tetes -naftol 10% dan
1 ml asam sulfat pekat terbentuk lapisan cincin ungu di dasar ta-bung. Cincin ungu
tersebut membuktikan bahwa larutan glukosa tersebut mengandung karbohidrat.

2. Percobaan Iod
2.1.Dari ke-7 larutan yang diperiksa pada percobaan ini yaitu galaktosa, glu-kosa,
fruktosa, laktosa, amilum, dekstrin dan maltosa setelah ditambahkan beberapa
tetes larutan iodium warna larutan yang diuji ada yang berubah warna dan ada
yang tidak mengalami perubahan warna. Larutan yang me-ngalami perubahan
warna adalah larutan amilum yang berubah menjadi biru kehitaman. Larutan
yang lainnya tidak menunjukkan adanya peru-bahan warna. Hal ini membuktikan
bahwa hanya larutan amilum yang menunjukkan reaksi positif ketika di uji
dengan iodium. Hal ini berarti hanya larutan amilum yang mengandung pati.
2.2. Pada percobaan ini larutan amilum yang ditempatkan dalam tabung reak-si
kemudian ditambah larutan iod warnanya menjadi biru keunguan. Sete-lah
larutan tersebut dipanaskan warnanya menjadi kuning agak bening dengan uap
berwarna biru. Setelah didinginkan kembali, warna larutan tersebut kembali
menjadi biru keunguan. Ketika larutan tersebut ditambah dengan larutan NaOH,
warna biru menjadi hilang berubah menjadi kuning agak jingga. Na yang bersifat
alkalis dapat mengikat iodin sehingga warna biru kehitaman menjadi hilang.
3. Percobaan Benedict
Pada percobaan ini, dari kelima macam larutan (galaktosa, glukosa, fruktosa, sukrosa,
dan maltosa) yang diperiksa dengan reagen Benedict, hanya larutan glukosa saja yang
menunjukkan adanya perubahan warna setelah dipanaskan, yaitu dari biru menjadi

kehijauan. Keadaan ini membuktikan bahwa glukosa mengandung gula pereduksi


yang mereduksi logam Cu2+ pada reagen benedict. Larutan lainnya tidak mengalami
perubahan warna ketika dipanaskan.
4. Percobaan Peragian
Pada percobaan ini, larutan yang diuji adalah maltosa. Setelah larutan maltosa
ditambahkan dengan suspensi ragi dan didiamkan selama 1 jam dalam tabung
fermentasi, muncul gelembung-gelembung CO2 pada larutan tersebut. Selain muncul
gelembung-gelembung CO2, dari larutan tersebut dapat dicium bau alkohol. Keadaan
ini menunjukkan bahwa maltosa merupakan karbohidrat yang dapat mengandung
gugus gula yang dapat difermentasikan.
5. Percobaan Seliwanoff
Pada percobaan ini, ketujuh macam larutan (sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa,
maltosa, arabinosa, dan amilum), setelah diuji dengan reagen seliwanoff dan
dipanaskan 20 detik dengan api langsung, hanya sukrosa saja yang memberikan
reaksi positif dengan adanya perubahan warna menjadi oranye, sedangkan larutan
lainnya menunjukkan hasil negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa memiliki
gugus keton.
6. Hidrolisis Selulosa
Pada percobaan ini, potongan-potongan kertas saring yang telah dibasahi dengan air
dan H2SO4 , setelah mengalami pendinginan selama satu jam setelah dipanaskan,
ternyata memberikan hasil yang negatif ketika diuji dengan Benedict. Setelah
mengalami pemansan kembali selama 30 menit kemudian dilanjutkan dengan uji
Benedict, baru menghasilkan hasil yang positif dengan adanya perubahan warna
menjadi kekuningan yang menunjukkan selulosa telah terurai sempurna menjadi
monosakarida-monosakarida penyusunnya.
7. Hidrolisis Amilum
Pada percobaan ini, suspensi amilum yang telah ditambah HCl dan dipanaskan,
dilakukan uji iodium dan hasilnya negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan
tersebut sudah tidak lagi mengandung pati. Setelah negatif, secara bertahap dilakukan
uji benedict setiap 3 menit. Pada menit ke-18, baru menunjukkan reaksi positif

dengan

perubahan

warna

menjadi

kekuningan

yang

menunjukkan

bahwa

monosakarida-monosakarida penyusunnya memiliki gula pereduksi.


8. Uji Osazon
Pada percobaaan ini, dari keenam macam larutan (arabinosa, sukrosa, glukosa,
fruktosa, maltosa, dan galaktosa), setelah direksikan dengan Fenilhidrazin yang telah
dicampur dengan Na-asetat kering lalu dipanaskan 30 menit dan didinginkan,
beberapa larutan menunjukkan reaksi positif dengan membentuk kristal berwarna
kuning yang disebut dengan osazon yaitu larutan fruktosa dan galaktosa dan larutan
lainnya tidak membentuk kristal osazon. Setelah diamati di bawah mikroskop, bentuk
kristal dari fruktosa adalah pentagonal sedangkan pada galaktosa segi empat runcing.
9. Uji Asam Musat
Pada percobaaan ini, ada tiga macam larutan yang diuji yaitu galaktosa, glukosa dan
fruktosa. Setelah larutan-larutan tersebut diberi asam nitrat dan dipanaskan sampai
tersisa setengahnya. Setelah didinginkan, dari ketiga larutan yang diuji tidak
ditemukan adanya hablur yang keras seperti pasir atau hasil percobaaan ini adalah
negatif.
D. Bahasan
Karbohidrat berasal dari kata karbon dan hidrat sehingga disebut hidrat dari karbon.
Karbohidrat memiliki rumus umum Cn(H2O)m yang pada umumnya harga n = harga m.
Karbohidrat

merupakan

polihidroksiketon

atau

kelompok

besar

senyawa-senyawa

senyawa
yang

polihidroksialde-hida

dapat

dihidrolisis

dan

menjadi

polihidroksialdehida atau polihidroksiketon (Wahyudi,dkk., 2003:94). Karbohidrat


memiliki rumus struktur dari Fisher dan Haworth. Struktur Fisher merupakan struktur
rantai terbuka sedangkan struktur Haworth merupakan struktur tertutup (siklik). Misalnya
untuk glukosa yang memiliki rumus molekul C6H12O6 struktur Fisher dan Haworthnya
adalah sebagai berikut (Partana,dkk., 2003:178):

H
H
O
H

CH2OH

OH
H
H
OH
OH
OH

D.1 struktur Haworth Glukosa

O
C

OH

OH

OH

OH

CH2

OH

D.2 struktur Fisher Glukosa

Secara biologis, karbohidrat memiliki fungsi sebagai bahan baku sumber energi baik pada
hewan, manusia dan tumbuhan.
Karbohidrat dikelompokkan menjadi empat kelompok penting yaitu monosa-karida,
disakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat yang

tidak dapat dihidrolisis dan tidak kehilangan sifat gulanya. Contoh dari monosakarida
adalah ribosa, arabinosa, fruktosa, glukosa, dan lainnya. Golongan monosakarida ini
biasanya dikelompokkan dalam triosa, tetrafosfat, pentosaheksosa, dan heptosa.
Disakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis menghasilkan dua monosakarida
yang sama atau berbeda. Contohnya adalah sukrosa yang jika dihidrolisis akan
menghasilkan glukosa dan fruktosa. Oligosakarida merupakan karbohidrat yang bila
dihidrolisis menghasilkan tiga hingga sepuluh monosakarida. Contohnya adalah raffinosa
yang dihidrolisis menghasilkan glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Kelompok karbohidrat
yang terakhir adalah polisakarida yang merupakan polimer monosakarida yang memiliki
bobot molekul yang tinggi. Bila dihidrolisis akan menghasilkan lebih dari sepuluh
monosakarida. Contohnya adalah amilum, dekstrin, glikogen, selulosa dan lainnya.
Dalam karbohidrat dikenal beberapa pengujian untuk menentukan kandungan yang
terdapat dalam karbohidrat tersebut. Salah satu test yang dilakukan untuk menentukan
ada tidaknya karbohidrat adalah tes Molisch. Ketika ada beberapa larutan yang tidak
dikenal secara pasti bahwa larutan tersebut mengandung karbohidrat atau tidak, tes ini
bisa dilakukan untuk menentukan adanya kandungan karbohidrat. Larutan yang bereaksi
positif akan memberikan cincin yang berwarna ungu ketika direksikan dengan -naftol
dan asam sulfat pekat. Diperkirakan, konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai
agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang
kemudian dikombinasikan dengan -naftol untuk membentuk produk berwarna (Harrow,
1946:17). Pada percobaaan yang telah dilakukan, terbukti bahwa amilum, selulosa, dan
glukosa adalah karbohidrat yang ditandai dengan terbentuknyacincin yang berwarna
ungu.
Pengujian selanjutnya adalah pengujian yang menggunakan iodium sebagai reagen
yang dikenal sebagai uji iod. Uji atau tes ini digunakan untuk memisahkan amilum atau
pati yang terkandung dalam larutan tersebut. Reaksi positifnya ditandai dengan adanya
perubahan warna menjadi biru. Warna biru yang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari
ikatan kompleks antara amilum dengan iodin. Sewaktu amilum yang telah ditetesi iodin
kemudian dipanaskan, warna yang dihasilkan sebagai hasil dari reaksi yang positif akan
menghilang. Dan sewaktu didinginkan warna biru akan muncul kembali. Di dalam
amilum sendiri terdiri dari dua macam amilum yaitu amilosa yang tidak larut dalam air

dingin dan amilopektin yang larut dalam air dingin (Wahyudi,dkk., 2003:116). Ketika
amilum dilarutkan dalam air, amilosa akan membentuk micelles yaitu molekul-molekul
yang bergerombol dan tidak kasat mata karena hanya pada tingkat molekuler.
Micelles ini dapat mengikat I2 yang terkandung dalam reagen iodium dan
memberikan warna biru khas pada larutan yang diuji. Pada saat pemanasan, molekulmolekul akan saling menjauh sehingga micellespun tidak lagi terbentuk sehingga tidak
bisa lagi mengikat I2. Akibatnya warna biru khas yang ditimbulkan menjadi menghilang.
Micelles akan terbentuk kembali pada saat didinginkan dan warna biru khaspun kembali
muncul (Fessenden, 1997:609). Warna biru khas yang ditimbulkan sebagai hasil dari
reaksi positif, juga akan hilang jika larutan yang telah positif dalam pengujian iod
ditambah dengan NaOH. Ion Na+ yang bersifat alkalis akan mengikat iodium sehingga
warna biru khas akan memudar dan hilang.
Beberapa glukosa memiliki gugus gula pereduksi. Hal ini dapat dibuktikan dengan
pengujian Benedict yang akan memberikan warna kehijauan jika hasil reaksi tersebut
positif. Larutan glukosa yang dipanaskan setelah diteteska pada reagen benedict akan
memberi warna kehijauan. Dengan demikian, glukosa mengandung gula pereduksi.
Larutan tembaga alkalis pada reagen Benedict bila direaksikan dengan karbohidrat yang
memiliki gugus aldehid atau keton bebas akan terjadi reduksi membentuk Cupro oksida
(Cu2O) yang ditandai dengan warna kehijauan sebagai akibat adanya reduksi Cu 2+
menjadi Cu+. Reaksinya sebagai berikut:
CuCO3 + C6H12O6

Cu2O

Gula reduksi yang terdapat pada glukosa adalah sorbitol, sedangkan pada fruktosa gula
reduksi adalah campuran dari sorbitol dan mannital. Galaktosa memiliki gula reduksi
berupa dulsital. Pada percobaaan, hanya glukosa saja yang memberikan reaksi positif.
Sedangkan yang lainnya tidak menunjukkan hasil yang positif. Faktor yang
mempengaruhi adalah pada saat melakukan prosedur kerja yang kurang cermat dan tidak
teliti. Fator lain yang mempengaruhi adalah murni tidaknya larutan-larutan yang akan
diuji maupun reagennya.

Percobaaan peragian dilakukan untuk menentukan gula yang dapat difermentasikan.


Pada percobaaan, gula yang diuji adalah maltosa. Maltosa adalah gula disakarida. Pada
proses disakarida, contohnya maltosa, maltosa akan dihidrolisis menjadi glukosa dan
glukosa terlebih dahulu dengan enzim zymase yang terdapat pada ragi (Harrow,
1946:21). Reaksi hidrolisis maltosa sebelum fermentasi:

Setelah dihidrolisis menjadi glukosa dan glukosa, selanjutnya glukosa yang terbentuk
akan mengalami proses fermentasi. Reaksi fermentasi:

Hasil dari fermentasi adalah adanya gelembung-gelembung CO2 dan bau alkohol.
Maltosa memberikan hasil yang positif dalam pengujian ini. Hal ini berarti bahwa
maltosa adalah salah satu karbohidrat yang dapat difermentasikan.
Beberapa karbohidrat memiliki gugus keton. Adanya gugus keton dapat dibuktikan
melalui uji seliwanoff. Fruktosa adalah karbohidrat yang memiliki gugus keton, struktur
fruktosa:

Jika karbohidrat yang mengandung gugus keton direaksikan dengan seliwanoff akan
menunjukkan warna merah sebagai reaksi positifnya. Adanya warna merah merupakan
hasil kondensasi dari resorsinol yang sebelumnya didahului dengan pembentukan

hidroksi metil furfural. Proses pembentukan hidroksi metil furfural berasal dari konversi
dari fruktosa oleh asam klorik panas yang kemudian menghasilkan asam livulenik dan
hidroksi metil furfural (Harrow, 1946:17)
Selulosa adalah polisakarida yang tersusun dari banyak monosakarida. Pada
percobaaan hidrolisis seluluosa, bahan yang akan diuji adalah serat selulosa yang ada
pada sobekan kertas saring. Selulosa akan terhidrolisis menjadi Ban yak monosakarida
dengan bantuan asam sulfat pekat. Pada pemanasan kedua, kertas saring yang telah
dipanaskan dan ditambah dengan reagen benedict menunjukkan hasil yang positif. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi lebih muda, hampir kuning
kehijauan, yang menandakan bahwa selulosa telah terhidrolisis dengan sembpurna.
Selain selulosa, amilum juga merupakan polisakarida yang tersusun atas Ban yak
monosakarida. Hidrolisis amilum adalah pengujian untuk mengetahui bahwa amilum
dapat terurai menjadi glukosa (monosakarida penyusunnya). Penambahan HCl yang
dilakukan memiliki fungsi yang sama dengan asam sulfat pada proses hidrolisis selulosa
yaitu menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida penyusunnya. Ketika diuji
dengan larutan iodium, amilum yang telah ditambah dengan asam klorida telah
menunjukkan hasil yang negatif. Dapat disimpulkan bahwa amilum telah terhidrolisis
dengan sempurna. Monosakarida hasil uraian amilum diuji dengan reagen Benedict.
Hasilnya adalah positif dengan adanya perubahan warna menjadi kehijauan. Hal ini
menandakan bahwa terdapat gula reduksi pada monosakarida penyusun amilum.
Pada umumnya, monosakarida dan beberapa sakarida yang lain dapat membntuk
osazon atau kristal kuning apabila direaksikan dengan fenilhidrazin. Rumus molekul dari
fenilhidrazin adalah C6H5NHNH2. Proses pembentukan kristal osazon berawal dari satu
molekul gula yang bergabung dengan satu molekul dari fenilhidrazin untuk membentuk
hidrazon. Reaksinya sebagai berikut:

glukosa glukosa fenilhidrazin

Kemudian, kelebihan dari fenilhidrazin berikatan dengan molekul gula lainnya.


Kemudian diikuti adanya perubahan kelompok alkohol dari hidrazon menjadi keton dan
selanjutnya molekul dari ketiga reagen masuk ke dalam reaksi membentuk kristal osazon.
Reaksinya (Harrow, 1946:20):

Osazon tersebut berwarna kuning dan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air.
Kristal ini memiliki bentuk yang spesifik pada masing-masing monosakarida sehingga
dapat digunakan untuk identifikasi lebih lanjut. Pada percobaaan yang telah dilakukan,
kristal hanya ditemukan pada fruktosa yang berbentuk pentagonal dan pada galaktosa
yang bentuknya panjang meruncing. Tidak semua larutan yang diuji mengahsilkan kristal
osazon. Hal ini dipengaruhi oleh ketidakcertmatan prosedur kerja sehingga hasilnya
negatif.
Pada percobaaan yang telah dilakukan tidak dihasilkan hablur yang keras seperti
pasir yang merupakan asam musat. Faktor yang mempengaruhi adalah ketidakcertmatan
prosedur kerja yang telah ada.
E. Simpulan

Karbohidrat merupakan kelompok besar senyawa polihidroksialdehida dan


polihidroksiketon atau senyawa-senyawa yang dapat dihidrolisis menjadi
polihidroksialdehida atau polihidroksiketon. Karbohidrat dikelompokkan menjadi
empat kelompok penting yaitu monosa-karida, disakarida, oligosakarida, dan
polisakarida.

Pengujian pada karbohidrat ada beberapa macam yaitu uji molisch, uji iodium, uji
benedict, uji peragian, uji seliwanoff, uji osazon dan uji asam musat.

Tidak semua uji menghasilkan hasil yang positif. Ketidakcertmatan dalam


prosedur kerja akan mempengaruhi hasil percobaaan.

Salah satu test yang dilakukan untuk menentukan ada tidaknya karbohidrat adalah
tes Molisch. Larutan yang bereaksi positif akan memberikan cincin yang berwarna
ungu ketika direksikan dengan -naftol dan asam sulfat pekat. Diperkirakan,
konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak
pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian
dikombinasikan dengan -naftol untuk membentuk produk berwarna.

Sewaktu amilum yang telah ditetesi iodin kemudian dipanaskan, warna yang
dihasilkan sebagai hasil dari reaksi yang positif akan menghilang. Dan sewaktu
didinginkan warna biru akan muncul kembali. Ketika amilum dilarutkan dalam air,
amilosa akan membentuk micelles yaitu molekul-molekul yang bergerombol dan
tidak kasat mata karena hanya pada tingkat molekuler. Micelles ini dapat mengikat
I2 yang terkandung dalam reagen iodium dan memberikan warna biru khas pada
larutan yang diuji. Pada saat pemanasan, molekul-molekul akan saling menjauh
sehingga micellespun tidak lagi terbentuk sehingga tidak bisa lagi mengikat I 2.
Akibatnya warna biru khas yang ditimbulkan menjadi menghilang. Micelles akan
terbentuk kembali pada saat didinginkan dan warna biru khaspun kembali muncul,
ika larutan yang telah positif dalam pengujian iod ditambah dengan NaOH. Ion
Na+ yang bersifat alkalis akan mengikat iodium sehingga warna biru khas akan
memudar dan hilang.

Larutan tembaga alkalis pada reagen Benedict bila direaksikan dengan


karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas akan terjadi reduksi
membentuk Cupro oksida (Cu2O) yang ditandai dengan warna kehijauan sebagai
akibat adanya reduksi Cu2+ menjadi Cu+.

Pada proses disakarida, contohnya maltosa, maltosa akan dihidrolisis menjadi


glukosa dan glukosa terlebih dahulu dengan enzim zymase. Setelah dihidrolisis
menjadi glukosa dan glukosa, selanjutnya glukosa yang terbentuk akan mengalami
proses fermentasi. Hasil dari fermentasi adalah adanya gelembung-gelembung
CO2 dan bau alkohol.

Jika karbohidrat yang mengandung gugus keton direaksikan dengan seliwanoff


akan menunjukkan warna merah sebagai reaksi positifnya. Adanya warna merah

merupakan hasil kondensasi dari resorsinol yang sebelumnya didahului dengan


pembentukan hidroksi metil furfural.

Selulosa akan terhidrolisis menjadi Ban yak monosakarida dengan bantuan asam
sulfat pekat. Pada pemanasan kedua, kertas saring yang telah dipanaskan dan
ditambah dengan reagen benedict menunjukkan hasil yang positif. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi lebih muda, hampir kuning
kehijauan, yang menandakan bahwa selulosa telah terhidrolisis dengan sempurna.

Pada umumnya, monosakarida dan beberapa sakarida yang lain dapat membentuk
osazon atau kristal kuning apabila direaksikan dengan fenilhidrazin.Proses
pembentukan kristal osazon berawal dari satu molekul gula yang bergabung
dengan satu molekul dari fenilhidrazin untuk membentuk hidrazon. Kemudian,
kelebihan dari fenilhidrazin berikatan dengan molekul gula lainnya. Kemudian
diikuti adanya perubahan kelompok alkohol dari hidrazon menjadi keton dan
selanjutnya molekul dari ketiga reagen masuk ke dalam reaksi membentuk kristal
osazon.

Untuk menentukan adanya galaktosa, uji yang digunakan uji asam musat.
Galaktosa dipisahkan dari monosakarida-monosakarida lain melalui reaksi dengan
HNO3 (asam nitrat). Hasil dari oksidasi monosakarida yang lain adalah larut dalam
asam dikarboksilat, sedangkan galaktosa yang dihasilkan tidak larut dalam asam
musat. Pada prinsipnya, oksidasi galaktosa dengan asam nitrat akan menghasilkan
asam dekarboksilat yang disebut dengan asam musat.

F. Daftar Pustaka
Harrow, Benjamin. 1946. Textbook of Biochemistry. London: W. B. Saunder Company.
Fessenden, Ralph J. dan Joan S. Fessenden. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta:
Binarupa Akasara.
Pratana, Crys Fajar dkk. 2003. Kimia Dasar 2: Common Textbook. Malang: UM Press.
Wahjudi, dkk. 2003. Kimia Organik II. Malang: UM Press.

Anda mungkin juga menyukai