Anda di halaman 1dari 22

D

e
f
i
n
i
s
i

Typoid
Demam tifoid adalah penyakit
sistemik akut yang disebabkan
oleh infeksi Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi

E Salmonella typhi dan Salmonella


t paratyphi
i
o
l
o
g
i

Dengue fever
Demam yang disebabkan
oleh virus dengue

- Virus

dengue genus
flavivirus,
famili
flaviviride. Terdiri dari 4
serotip virus yaitu DEN1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4.
- Vektor pembawa virus
oleh gigitam nyamuk
Aedes Aegypti.

Dengue Hemorhagik Fever


Demam berdarah dengue/DBD
(dengue
haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang
disertai
leukopenia,
ruam,
limfadenopati, trombositopenia
dan diathesis hemoragik.
Virus dengue genus
flavivirus,

famili

flaviviride.

Terdapat 4 serotipe virus yaitu


DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan

Dengue syok syndrom


DBD dengan gejala gelisah, nafas
cepat,
nadi
teraba
kecil/lembut/tidak teraba, tekanan
nadi
menyempit
(misalnya
sistolik 90 dengan diastolik 80
mmHg, jadi tekanan nadinya 20
mmHg), bibir biru, tangan kaki
dingin, tidak ada produksi urin.

Malaria
Malaria adalah infeksi parasit yang
disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai
dengan ditemukan plasmodium
aseksual di dalam darah.

Virus dengue genus flavivirus,


famili flaviviride. Terdiri dari 4
serotip virus yaitu DEN-1, DEN2, DEN-3, dan DEN-4. Vektor
pembawa virus oleh gigitam
nyamuk Aedes Aegypti.

Plasmodium falcifarum (malaria


maligna), Plasmodium malariae
(malaria
benigna/quartana),
Plasmodium ovale, Plasmodium
vivax

Berdasarkan
hipotesis
the
secondary heterologous infection:
infeksi sekunder dengan tipe virus
dengue yang lain respon
antibodi proliferasi dan
transformasi
limfosit
serta
replikasi virus dengue virus
kompleks antigen-antibodi
aktivasi
sistem
komplemen
(aktivasi C3 dan C5) pelepasan
C3a dan C5a peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh
darah dan merembesnya plasma
dari
intravaskuler
ke
ekstravaskuler peningkatan
kadar hematokrit, penurunan
kadar natrium, terdapat cairan
pada rongga serosa (efusi pleura,
asites).

Faktor yang menentukan gambaran


klinis tergantung dari :
Faktor parasit yaitu resitensi obat,
multiplikasi,
cara
invasi,
sithoadherens,
roseting,
polimorfisme antogenik, variasi
antigenic, toksin malaria.
Faktor pejamu yaitu imunitas,
sitokin proinflamasi, genetik,
umur, kehamilan.
Faktor sosial geografi : akses
mendapat pengobatan, faktor
budaya dan ekonomi, stabilitas
politik,
intensitas
transmisi
nyamuk.

DEN-4. Yang paling banyak


ditemukan
Vektor

adalah

pembawa

DEN-3.
virus oleh

gigitam nyamuk Aedes Aegypti.


P
a
t
o
f
i
s
i
o
l
o
g
i

Masuknya kuman Salmonella


typhi dan Salmonella paratyphi
kedalam tubuh manusia melalui
makanan yang terkontaminasi.
Sebagian kuman dimusnahkan
dalam lambung, sebagian lolos
dan berkembang biak di usus.
Bila respon imunitas humoral
mukosa (IgA) usus kurang baik
maka kuman akan menembus selsel epitel dan selanjutnya ke
lamina propia dan berkembang
biak
di
dalam
makrofag.
Selanjutnya kuman masuk ke
dalam
sirkulasi
darah
(mengakibatkan
bakteremia
pertama yang asimptomatik) dan
menyebar ke seluruh organ
retikuloendotelial tubuh terutama
hati dan limpa. Di organ ini
kuman berkembangbiak di luar
sel sinusoid dan masuk ke dalam

Gigitan nyamuk Aedes


aegypti dari manusia yang
terkena viremia virus
berkembang biak di tubuh
nyamuk 8-10 hari /
inkubasi ekstrinsik
menularkan ke manusia /
4-7 hari inkubasi intrinsik
respon imun humoral
dan seluler viremia

infeksi

virus

dengue

menyebabkan aktivasi makrofag


yang mengfagositosis kompleks
virus-antibody non netralisasi
sehingga virus bereplikasi di
makrofag

yang

aktivasi

menyebabkan

helper

dan

sitotoksik sehingga diproduksi


limfokin dan interferon gamma.
Interferon

gamma

akan

mengaktivasi monosit sehingga


disekresi
seperti

mediator
TNF-a,

inflamasi

IL-1,

PAF

(platelet activating factor), IL-6


dan

histamine

yang

G
e
j
a
l
a
d
a
n
t
a
n
d
a

D
i
a
g
n
o
s
a

sirkulasi darah lagi menyebabkan


bakteremia yang kedua dengan
gejala penyakit infeksi sistemik.
Di dalam hati, kuman masuk ke
dalam
kandung
empedu,
berkembang biak, dan bersama
cairan empedu diekskresikan
secara intermitten ke dalam
lumen usus. Sebagian kuman
dikeluarkan melalui feses dan
sebagian masuk lagi ke dalam
sirkulasi setelah menembus usus.
Minggu I
Demam, Nyeri kepala, Pusing,
Nyeri otot, Anoreksia, Mual,
Muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak di perut,
batuk dan epistaksis.
Minggu II
Demam, bradikardia relatif, lidah
yang berselaput, hepatomegali,
splenomegali,
meteorismus,
gangguan
mental
berupa
somnolen, stupor, koma, delirium,
atau psikosis.

Diagnosis
Gejala/keluhan : demam > 1
minggu, apatis, thypoid tongue,
feses hitam, cephalgia, mual,
muntah, nyeri perut, anoreksia
Pemeriksaan fisik : demam,
bradikardia relatif, splenomegali,
hepatomegali.

mengakibatkan

disfungsi

sel

endotel dan terjadi kebocoran


plasma. Peningkatan C3a dan
C5a terjadi melalui aktivasi oleh
kompleks virus-antibodi yang
juga menyebabkan kebocoran
plasma.

Demam 2-7 hari ditandai


dengan 2 atau lebih gejala
berikut ini :
Nyeri kepala
Nyeri
retroorbital
Mialgia/athralgia
Ruam kulit
Manifestasi
perdarahan
(ptekie atau uji
bendung positif)
Leukopenia
Dan pemeriksaan
serotif
dengue
positif,
atau
ditemukan
pasien DD/DBD
yang
sudah
dikonfirmasi
pada lokasi dan
waktu
yang
sama.

Gejala dan tanda infeksi virus

Demam disertai 2 atau


lebih tanda : sakit
kepala,
nyeri
retroorbital,
mialgia,
athralgia.
Leukopenia
Trombositopenia, tidak
ditemukan
bukti

Berdasarkan

dengue

dapat

bersifat

asimtomatik atau demam tidak


khas, demam dengue, demam
berdarah dengue atau sindrom
syok

dengue

umumnya

(SSD).

pasien

Pada

mengeluh

Syok biasa terjadi pada saat atau


segera setelah suhu turun (antara
hari ke-3 sampai hari sakit ke-7).
Mula-mula terlihat letargi atau
gelisah syok dengan ditandai:
- Kulit dingin-lembab
- Sianosis sekitar mulut
- Nadi cepat lemah
- Tekanan nadi 20 mmHg
- Hipotensi

Gejala prodromal : malaise,


mialgia, athralgia, nyeri kepala,
demam ringan , anoreksia.
Gambaran demam periodik,
anemia, dan spelomegali.
Trias klasik : periode menggigil,
periode demam sesuai jenis
plasmodium,
dan
periode
berkeringat.

Pasien DBD dengan tanda-tanda


syok.

Perjalanan ke daerah endemik


malaria, minum obat profilaksis
malaria, riwayat sakit malaria
Demam lebih dari 2 hari,
menggigil, berkeringat (trias
klasik)
Tersangka malaria bila 1 tau
lebih dari : gangguan kesadaram,

demam 2-7 hari, yang diikuti


fase kritis 2-3 hari dimana pasien
sudah

tidak

mempunyai

demam

tetapi

resiko

terjadi

renjatan jika tidak mendapat


pengobatan yang adekuat.

WHO

1997

diagnosis DBD dapat ditegakkan


bila memenuhi semua hal di
bawah ini :
-

Demam

atau

riwayat

demam akut, antara 2-7 hari,

kebocoran plasma.
Serologi dengue positif

biasanya bifasik.
-

Terdapat minimal satu dari


manifestasi

perdarahan

berikut :
o

Uji

bendung

positif.
o

Petekie, ekimosis,
atau purpura.

Perdarahan mukosa
(tersering
epistaksis

atau

perdarahan

gusi),

atau

perdarahan

dari tempat lain.


o

Hematemesis atau
melena

Trombositopenia

(jumlah

trombosit <100.000/ul).
-

Terdapat

minimal

satu

tanda-tanda plasma leakage


(kebocoran plasma) sebagai
berikut :
o

Peningkatan
hematokrit

>20%

dibandingkan
standar

sesuai

dengan umur dan


jenis kelamin.
o

Penurunan
hematokrit
setelah

>20%

mendapat

kelemahan, kelumpuhan otot,


kejang, ikterus, perdarahan, BAK
seperti teh, oliguria / anuria
Anemia,
splenomegali,
hepatomegali, syok, ikterus

terapi

cairan,

dibandingkan
dengan

nilai

hematokrit
sebelumnya.
o

Tanda

kebocoran

plasma

seperti

efusi pleura, asites


atau
hipoproteinemia
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
p
e
n
u
n
j
a
n
g

1.

Pemeriksaan rutin :
lekopeni/lekositosis,
anemia
ringan,
trombositopenia,
diff
count:
aneosinofilia,
limfopenia, LED naik.
2. Uji widal : aglutinin O
dan aglutinin H
3. Kultur darah
Hasil
positif:
memastikan
demam
tifoid
Hasil
negatif:
tidak
menyingkirkan demam
tifoid
Penyebab false negatif : telah
mendapat
terapi
antibiotik,
volume darah kurang, riwayat
vaksinasi, pengambilan darah di
minggu I

Diagnosa pasti dengan


hasil
isolasi
virus
dengue atau dengan
deteksi antigen virus
RNA dengue
Pemeriksaan
laboratorium : Hb, Ht
(kebocoran
plasma
dengan peningkatan >
20%), jumlah trombosit
(trombositopenia hari ke
3-8) dan hapusan darah
tepi (limfositosis relatif
dan limfosit plasma
biru).
Radiologis
:
efusi
pleura, ascites
Protein/
albumin
(kebocoran plasma bila
hipoproteinuria)
SGOT/SGPT
Ureum kretinin

Pemeriksaan darah : Hb,


hematokrit,

jumlah

trombosit, hapusan darah


tepi untuk melihat afanya

limfositosis relative disertai


gambaran limfosit plasma
biru

Serologi : diagnose pasti

Pemeriksaan laboratorium :
Hb, Ht (kebocoran plasma
dengan peningkatan > 20%),
jumlah
trombosit
(trombositopenia hari ke 3-8)
Radiologis : efusi pleura,
ascites
Protein/ albumin (kebocoran
plasma bila hipoproteinuria)
SGOT/SGPT
Ureum kretinin

Apusan darah tebal dan tipis


untuk menemukan plasmodium
dan kepadatan parasite
Rapid Diagnosis test
Untuk kondisi umum Hb, Ht,
jumlah
leukosit,
erotrosit,
trombosit. Bisa juga gula darah,
SGOT SGPT, ureum kreatinin

Penggantian volume plasma


segera
Cairan intravena larutan
Ringer Laktat > 20 ml/kgBB.

1. Pengobatan
malaria
komplikasi :
a) Malaria falcifarum

isolasi virus atau deteksi


antigen virus dengan RTPCR (reverse Trancriptase
Polymerase
Reaction)
rumit

Chain
tetapi

sehingga

serologi

yang

hal

ini

saat

ini

dilakukan

berupa antibody total, IgM


maupun IgG.

T
e
r
a

1.
2.
3.

Istirahat dan perawatan


Diet
dan
terapi
penunjang
Pemberian antimikroba

Tersangka DBD dengan


Hb, Ht trombosit normal
atau trombosit 100.000150.000 obsevasi dan

a.

Pemeliharaan
cairan

volume
sirkulasi

1.

tanpa

p
i

Klorampenikol,
4x500mg sampai 7 hari
bebas panas
Tiamfenikol, 4x500 mg
(komplikasi
anemia
aplastik lebih rendah
Kotrimoksazol,
2x2
tablet selama 2 minggu
Ampisilin
dan
Amoksisilin,
50-150
mg/kgBB 2 minggu
Sefalosporin generasi 3,
ceftriaxon 3-4 gram
selama 3-5 hari
Golongan florokuinolon
:
norfloksasin,
ciprofloksasin,
ofloxacin, perfloksasin,
fleroksasin.
Kombinasi
obat
antimikroba pada toksik
tifoid,
peritonitis,
perforasi, syok septik
Kortikosteroid dosis 3x5
mg pada toksik tifoid ,
syok septik demam
tifoid.

E Istirahat/Tirah baring
d Pemberian bubur saring
u Minum obat secara teratur
k
a

pemberian cairan, rawat


jalan, periksa Hb Ht
Leuko Trombo per 24
jam.
Tersangka DBD dengan
Hb,
Ht
trombosit
<100.000 atau menurun
rawat.

terutama asupan oral,


jika tidak mampu lewat
intravena dengan cairan
kristaloid.

Pemberian

perhari 1500+(20 x (BB


dalam kg-20))
b.

Pengobatan
simptomatik

paracetamol
c.

Pemeriksaan Hb, Ht,


trombosit per 24 jam
jika Hb, Ht normal dan
trombosit <100.000

d.

Pemeriksaan Ht, Hb,


trombosit per 12 jam
jika Hb, Ht meningkat
10-20% dan trombosit
<100.000

Edukasi
Anjuran ke pasien dan
keluarga :
Tirah baring selama
masih demam

a.

Menjelaskan penyakit,
penularan, pemeriksaan
lain yang dibutuhkan,

Tetesan diberikan secepat


mungki maksimal 30 menit
Bila setelah 60 menit syok
belum teratasi, beri kristaloid
dengan
tetesan
10
ml/kgBB/jam bila masih
belum teratasi maka stop
kristaloid dan beri cairan
koloid (dekstran 40 atau
plasma) 10 ml/kgBB/jam.
Maksimal pemberian koloid
1500 mL/hari.
2. Pemeriksaan
hematocrit
untuk memantau penggantian
volume plasma
Tanda vital telah membaik
dan hematocrit telah turun
tetap diberikan cairan, segera
diturunkan
menjadi
10
ml/kgBB/jam
lalu
disesuaikan tergantung dari
kehilangan plasma yang
terjadi selama 24-48 jam.
3. Koreksi gangguan metabolic
dan elektrolit
4. Pemberian oksigen
5. Transfusi darah
Monitoring: keadaan umum dan
tanda vital (setiap 15-30 menit
atau lebih sering sampai syok
teratasi), kadar hematocrit (tiap 46 jam sampai pasien stabil),
monitoring cairan, jumlah dan
frekuensi diuresis

Lini pertama Artesunat


4mg/kgBB
+
amodiakuin 10mg/kgBB
+primakuin 0,75 mg
basa/kgBB 3 hari
Lini ke dua : kina
(dewasa 4mg/kgBB/hari
pada
anak
2mg/kgBB/hari)
+
doksisiklin
atau
tetrasiklin
(4-5
mg/kgBB/kali)
@4dosis/hari
+
primakuin
b) Malaria ovale dan vivax
Lini pertama klorokuin
(25mg basa/kgBB) +
primakuin
(0,25mg
basa/kgBB)
c) Malaria
malariae
:
klorokuin
2. Kemoprofilaksis
- P.falcifarum :
Doksisiklin (2
mg/kgBB)
tidak lebih dari 46 minggu
- P. vivax :
klorokuin
(5mg/kgBB per
minggu) mulai
1 minggu sebelum
dan sampai 4
minggu setelah
kembali dari
daerah endemis

Berikan edukasi kepada pasien


dan keluarga mengenai kriteria
memulangkan
pasien,
yaitu
apabila
memenuhi
semua
keadaan di bawah ini:

Pencegahan malaria : tempat tidur


kelambu,
menggunakan
obat
nyamuk, mencegah berada dialam
bebas (nyamuk berada pada jam
18.00-06.00 dan sampai ketinggian

s
i

Obat antipiretik dan


kompres
bila
diperlukan
(kontaindikasi
ibuprofen)
Pemberian cairan per
oral jus buah, sirup,
susu dan air putih.
Monitor suhu, jumlah
trombosit dan Ht.
Evaluasi setelah bebas
demam sampai 2 hari.

terapi
b.

Istirahat selama masih

Tampak perbaikan secara


klinis
Tidak demam selama 24 jam
tanpa antipiretik
Tidak
dijumpai
distress
pernafasan (oleh karena efusi
pleura atau asidosis)
Hematokrit stabil
Jumlah
trombosit
>50.000/L
3 hari setelah syok teratasi
Nafsu makan membaik

2000m), dan proteksi tempat tinggal


dari nyamuk.

Syok tidak ditangani dengan


adekuat
akan
menyebabkan
asidosis dan anoksia yang dapat
berakhir fatal, perdarahan hebat
saluran cerna.
Tanda
prognostik
baik:
pengeluaran urin cukup dan
kembalinya nafsu makan.
Penyulit
DSS:
infeksi
(pneumonia, sepsis, flebitis) dan
over hidrasi, ensefalopati dan
gagal hati.

Malaria serebral, gagal ginjal akut,


malria biliosa, syok, blackwater
fever, perdarahan, edem paru,
hiponatremia, gangguan metabolik
lain

demam
c.

Banyak

minum

jus

buah, sirup, susu dan


-

air putih.
d.

Rawat

inap

jika
-

trombosit turun
e.

Jika

terdapat

tanda-

tanda kegawatan seperti


gelisah,

nafas

cepat,

bibir biru, tangan dan


kaki

dingin,

kulit

lembab,

muntah,

kejang,

kesadaran

menurun

segera

hubungi dokter
P Ad bonam : bila tidak ada
r komplikasi
o
g
n
o
s
i
s

DBD
DSS

Dubia ad bonam. Jika pemberian


cairan adekuat angka kematian
dapat diturunkan hingga kurang
dari 1 %.

D
e
f
i
n
i
s
i

Demam chikungunya
Demam Chikungunya adalah
suatu

penyakit

virus

yang

ditularkan melalui nyamuk dan


dikenal pasti pertama kali di
Tanzania pada tahun 1952.
Nama chikungunya ini berasal
dari kata kerja dasar bahasa
Makonde

yang

bermaksud

membungkuk, mengacu pada


postur

penderita

yang

membungkuk akibat nyeri sendi


hebat (arthralgia).

Leptospirosis
Leptospirosis adalah
suatu penyakit yang
disebabkan
oleh
mikroorganisme
Leptospira interogans

Pneumonia
Peradangan yang mengenai parenkim
paru, distal dari bronkiolus terminalis
yang
mencakup
bronkiolus
respiratorius, dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.

ISK
Definisi
ISK atas
1. Pielonef
ritis
akut
(PNA)
adalah
proses
inflama
si
parenki
m ginjal
yangdis
ebabkan
infeksi
bakteri
2. Pielonef
ritis
kronis
(PNK)
akibat
kelanjut
an
infeksi
banker
mulai
saat
kecil.
Sumbat
an pada
saal
kencing
ISK bawah
1. Peremp
uan
a. Sistitis
adalah
present
asi
klinis
infeksi
kandu
ng
kemih
diserta

Sepsis
pasien yang memiliki dua atau lebih kriteria sebagai berikut :
1. Suhu > 38 0 C atau < 36 0 C
2. HR > 90 x/menit
3. Respirasi >20/menit atau PaCO2. <32 mmHg
4. Hitung leukosit > 12.000/mm3 atau 10% sel imatur

E
t
i
o
l
o
g
i

Penyakit

Demam

Chikungunya disebabkan oleh


virus Chikungunya (CHIKV)
yang

termasuk

keluarga

Togaviridae, Genus Alphavirus


dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti dan
albopictus.

Aedes

genus
leptospira,
famili
treponemataceae,
suatu
organisme
spirochaeta

Mikroorganisme
penyebab
yang
tersering adalah bakteri, antara lain
Steptococcus
pneumonia,
P.
aeruginosa, dan Enterobacter.

i
bakteri
uria
berma
kna
b. Sindro
ma
uretra
akut
(SUA).
Adalah
ditemu
kannya
mikroo
rganis
me
steril
dengan
present
asi
sistitis.
2. Lakilaki
Sistitis
prostatitis,
epididimis
dan
urethritis
a. Bakter
i
1. Es
ch
eri
a
co
li
2. pr
ot
eu
s
sp
3. St
afi
lo
co
cu

1.
2.
3.
4.
5.

60% disebabkan oleh bakteri gram (-) 60%-70%. komensal gatro


saluran empedu.
Bakteri gram (+) 20%-40%. infeksi kulit, sal pernafsan dan juga bisa b
Jamur oportunistik
Virus (dengue dan herpes)
Protozoa (Falciparum)

s
Kl
ep
bsi
ell
a
sp
p
b. Litiasis
c. Obstru
ksi sal
kemih
d. Penyak
it
ginjal
polisist
ik
e. Nekrsi
s
papilar
f. Diabet
es
mellitu
s pasca
transpl
antasi
ginjal
g. Nefrop
ati
analge
sic
h. Peny
siklecell
i. Keham
ilan,
KB
j. Kateter
isasi
a. Bacteria
flora
saluran
cerna e
collii
melekat
pada sal
4.

P
a
t
o
f
i
s

Demam
mempunyai

Chikungunya
masa

inkubasi

(periode sejak digigit nyamuk


pembawa

virus

hingga

menimbulkan gejala) sekitar 2

Leptospira masuk ke
dalam tubuh melalui
kulit atau selaput
lendir,
memasuki
aliran darah dan
berkembang
lalu
menyebar secara luas

Patogenesis pneumonia terkait dengan


3 faktor yaitu keadaan (imunitas)
inang,
mikroorganisme
yang
menyerang dan lingkungan.
Aspirasi bahan orofaring, kebocoran
melalui mulut saluran endotrakeal,
inhalasi dan sumber bahan pathogen

Sepsis akibat stimulasi toksin yang disebabkan oleh endotoksin gram (Endotoksin dengan liposakarida dan antibody akan membentuk lipo poli
yang beredar dalam darah. Eksotoksin berperan sebagai supraantigen deng
antigen presenting cell (APC). Akan berikatan dengan CD4 dan selanjutn
reseptor.
Sebagai respon dari sepsis limfosit T akan mengeluarkan sel inflamoatori IL
menyebabkan nekrosis pembuluh darah sehingga terjadi kerusakan da

i
o
l
o
g
i

hingga 4 hari. Setelah masa


inkubasi tersebut, gejala yang
ditimbulkan
gejala

-mirip

penyakit

dengan
Demam

Berdarah- adalah demam tinggi


(39 40 derajat Celsius),
menggigil, dan sakit kepala

ke jaringan tubuh.
Leptospira
melepaskan
toksin
pada beberapa organ.
Lesi yang muncul
terjdi
karena
kerusakan
lapisan
endotel kapiler. Pada
kasus yang berat
terjadi
kerusakan
kapiler
dengan
dengan perdarahan
yang
luas
dan
disfungsi
hepatiseluler
dan
retensi bile. Selain di
ginjal leptospira juga
dapat bertahan pada
otak
dan
mata.
Leptospira juga dapat
masuk ke dalam
cairan serebrospinalis
pada
fase
leptospiremia. Organ
yang sering dikenai
leptospira
adalah
ginjal, hati, otot, dan
pembuluh darah

dapat melewati mekanisme


pertahanan inang berupa daya tahan
mekanik (epitel silia dan mukus),
humoral (antibody dan komplemen)
dan seluler (leukosit PMN, makrofag,
limfosit dan sitokinnya) mengalami
kolonisasi pathogen masuk sampai
ke trakea/saluran nafas bawah.
Mekanisme lain: parasit bakteri
pencernaan ke paru, penyebaran
hematogen, akibat intubasi.

kemih.
Fili
fimbrae
bersifat
melekat
dan
membent
uk
jaringan
ikat,
mengelu
arkan
toksin
alfahaemolis
in.
Tubuh
akan
mengakti
vasi
system
komplem
en
perantara
tubuh,
sehingga
menghibi
si fungsi
fagosit
dan
sekuestra
si besi.
Virulensi
e
colli
kapsul
antigen
K
resistensi
terhadap
pertahan
an tubuh
dan
perlengk
etan.
Lipopolis
akarida

vaskuler. Akibat sel inflamatori yang beredar menyebabkan ganggua


menyebabkan trombosit dan koagulasi dalam pembuluh darah kecil sehing

side
chain O
dan
menyeba
bkan
resistensi
terhadap
fagositos
is. Lipid
A
menyeba
bkan
peristalti
k ureter
dan proinflamato
ri.
Sedanga
kan
membran
e protein
lainnya
menyeba
bkan
kelasi
besi
,antibitik
resisten,
kemungk
inan
perlengk
etan,
b. Obstruks
i akibat
ganggua
n
anatomi
saluran
kemih
dapat
ganggua
n proses
klirens
normal.
Sehingga
menyeba

G
e
j
a
l
a

a.

Demam

mendadak

disertai

menggigil

selama

2-5

Gejala

demam

biasanya

d
a
n

hari.

timbul

mendadak secara tibatiba

dengan

derajat

>40C).

tinggi

t
a
n
d
a

Demam

kemudian

menurun setelah 2-3


hari dan bisa kambuh
kembali

hari

berikutnya.

b.

sakit kepala, mual dan


nyeri abdomen

c.

Nyeri

sendi

(arthralgia) dan otot


(myalgia)

Demam, menggigil,
sakit
kepala,
meningismus,
anoreksia,
mialgia,
conjuctival suffusion,
mual, muntah, nyeri
abdomen,
ikterus,
hepatomegali, ruam
kulit, fotopobi

Demam
Sesak nafas
Tanda-tanda konsolidasi paru
(perkusi paru yang pekak, ronchi
basah
halus,
suara
nafas
bronchial)
Manifestasi lain: efusi pleura,
pneumothoraks/hidropneumothor
ax
Pneumonia nosokomial atau
dengan gangguan imun dapat
dijumpai gangguan kesadaran
oleh hipoksia

bkan
refulks
dari VU
ke ginjal
tokson
lipid A
mengha
mbat
peristalti
c ureter.
1. Pielon
efritis
akut
(PNA)
a. Pa
na
s
tin
gg
i
(3
9.
50
C40
.50
C)
b. M
en
gg
igi
l
c. Sa
kit
pi
ng
ga
ng
d. Se
rin
g
di
da
hu
lui
sis

Gejala dan Tanda


1. Demam
2. Menggigil
3. Gejala kontitusif (Lelah, Malaise, gelisah)
4. Tempat infeksi yang paling sering paru, traktus digestifus, traktus ur
dan saraf pusat

titi
s
2.

3.

ISK
bawah
a. N
ye
ri
su
pr
ap
ub
ik
b. Po
la
ku
su
ria
c. N
ok
tur
ia
d. Di
su
ria
e. str
an
gu
ria
Sindro
m
Uretra
Akut
(SUA)
a. Us
ia
20
50
ta
hu
n
b. Ke
lo
m
po
k

1.
10
3
10
5

c.

4.

Inf
ek
si
pe
ri
urt
ral
ata
u
ur
et
hr
a

ISK
rekure
n
a. Re
inf
ek
si
De
ng
an
jar
ak
>6
mi
ng
gu
de
ng
an
mi
kr
oo
rg
an
is
m
e

(
M
O)

D Trias gejala :
i
a. Demam
a
g
b. Adanya ruam (rash)
n
c. Manifestasi rheumatic
o
s
a

Gejala/keluhan
:
demam
mendadak,
sakit kepala terutama
di bagian frontal,
nyeri
otot,
mata
merah/fotopobia,
mual dan muntah.
Pemeriksaan fisik :
demam, bradikardia,
nyeri tekan otot,
hepatomegali,

Kriteria diagnosis menurut American


Thoracic Society, 1993 adalah 2 dari
3 gejala:
- Demam (> 37,8oC)
- Batuk dengan sputum purulen
- Leukositosis
- Rontgen paru: infiltrat baru,
perubahan infiltrat progresif
Kriteria diagnosis menurut elderly,
1997:
Kriteria mayor: Batuk, sputum
produktif, demam
Kriteria minor: Sesak nafas, nyeri
dada, tanda konsolidasi paru (fisik),
leukositosis.

Relaps
infection
1. IS Diagnosis
K
1. Demam
ata 2. Menggigil
s
3. Gejala kontitusif (Lelah, Malaise, gelisah)
a. P4. Hipotensi (<40 mmHg)
a5. Oligouria / anuria
n6. Takipnea / hiperpnea
a7. Hipotermia tanpa penyebab jelas
s 8. Perdarahan
t
i
n
g
g
i
(
3
9
.
5
0

C
4
0
.
5
0

b.

C
)
M
e
n
g
g
i
g
i
l

c.

d.

S
k
i
t
p
i
n
g
g
a
n
g
S
e
r
i
n
g
d
i
d
a
h
u
l
u
i
s
i
s
t
i
t
i
s

2.

IS
K
ba
wa
h
a. N
y
e

r
i

b.

c.

d.

e.

s
u
p
r
a
p
u
b
i
k
P
o
l
a
k
u
s
u
r
i
a
N
o
k
t
u
r
i
a
D
i
s
u
r
i
a
s
t
r
a
n
g
u

r
i
a
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

Pemeriksaan serologi :
IgM melalui enzyme
linked immunosorbent
assay (MAC-ELISA)
atau

deteksi

virus

dengan PCR

Pemeriksaan rutin :
lekositosis,
normal
atau sedikit menurun
disertai
gambaran
neutrofilia dan LED
naik,
Pada
urin
:
proteinuria,
leukosituria
Kultur urin
Serologi

p
e
n
u
n
j
a
n
g

T
e
r
a
p
i

Simptomatis

analgesic, antipiretik,
anti inflamasi.

1.

Leptospirosi
s ringan :
doksisiklin
2x100 mg,
ampisilin 4x
500-750 mg,

Radiologis:
- Pneumonia
lobaris
dengan
gambaran
air
bronchogram
(airspace
disease)

Steptococcus
pneumonia,
bronkopneumonia
(segmental
disease), pneumonia interstitial.
- Infiltrat di lobus atas: Klebsiella
sp, tuberculosis
- Infiltrat
di
lobus
bawah:
Staphylococcus atau bakteriemea.
- Cavitas dengan air-fluid level:
sugestif abses paru, infeksi
anaerob, gram negative.
- Efusi pleura:
S. pneumonia,
anaerob, S.pyogenes, E.coli dan
Staphylococcus (pada anak).
- Kista
:
pneumonia
nekrotikans/supurativa, abses dan
fibrosis karena nekrosis jaringan
paru oleh S.aureus.
Laboratoris:
- Leukositosis infeksi bakteri
- Leukosit
normal/rendah

infeksi virus/mikoplasma, infeksi


berat pada orang tua atau lemah
- Leukopenia depresi imunitas
Bakteriologis:
- Kuman predominan disertai PMN
- Kultur kuman untuk pra-terapi
dan evaluasi terapi
Pemeriksaan khusus:
- Titer antibodi terhadap virus,
legionella dan mikoplasama (titer
tinggi/kenaikan titer 4 kali)
Antibiotik spektrum luas (makrolid:
eritromisin,
azitromisin)
yang
kemudian dirubah sesuai hasil kultur
menjadi antibiotik spektrum sempit.
Umumnya terapi selama 7-10 hari.
Untuk infeksi M. pneumonia dan

1.
2.
3.

Urinali
sa
USG
Rsdiol
ogi
a. Fo
to
po
los
pe
rut
b. Pi
el
og
ra
ph
y
c. Mi
ct
ur
ati
ng
cy
sto
gr
a
m

1.

1. Pemeriksaan hitung darah trombositopenia, leucopenia, neutrofil


2. Pemeriksaan LED darah (sift kiri)
3. Pemeriksaan urin (hiperbilirubinemia dan proteinuria)
4. Pemeriksaan GDS (iperglikemia)
5. Pemeriksaan profil lipid (serum lipid meningkat)
6. Uji fungsi liver
7. Kadar asam laktat
8. Gas darah arteri
9. Biakan darah
10. Sputum urin
11. Elektrokardiogram
12. Ronsen dada
BGA (hipoksia)

IS Terapi
K
1. stabilisasi pasien langsung
ata
a. ABC
s
b. Mentoring status mental/penurunan kesadaran
a. R
c. O2
a
d. Iv krostaloid/ koloid

amoksisilin
4x 500 mg
2. Leptospirosi
s
sedang/berat
: penisilin G
1,5 juta unit
/ 6 jam i.v,
ampisilin 1
gram/ 6 jam
(i.v),
amoksisilin
1 gram/ 6
jam (i.v)
Kemoprofilaksis
:
doksisiklin
200mg/minggu

C.pneumonia selama 10-14 hari.


Untuk pasien dengan terapi steroid
jangka panjang selama 14 hari atau
lebih.

b.

w
a
t
2.
i
n
a
p
A
n3.
t
i
b
i
o
t
i
c
p
a
r
e
n
t
e
r
a
l
4
8
.
A
m
i
g
l
i
k
o
s
i
d
a

e.
f.

Inotrop/vasopresor ( efinefrin, dopamine)


Sepsis berat: pemantauan CVP, NaCl 0.9%, PAW (wedge press
keadaan Umum dan
Darah harus cepat dibersihkan dari mikroorganisme
a. Pemberian antibiotic empiric untuk terapi awal bersamaan menung
b. Bakteri peneumonia : di gunakan 2 regimen obat seftriaksin/ sefep
c. Pneumonia nosilomial: sefipim dan aminoglikosida
d. Infeksi abdomen : imipenem-silastatin dan aminoglikosida
e. Infeksi abdomen :
Focus infeksi awaal harus diobati
a. Bagian tubuh fokal infeksi yang telah nekrosis diamputasi
b. Hilangkan benda asing penyebab infeksi
c. Salurkan eksudat purulen untuk infeksi anaerobik

,
s
e
f
a
l
o
s
p
o
r
i
n
,
f
l
u
o
r
o
k
u
i
n
o
l
o
n
2.

IS
K
ba
wa
h
a. A
m
p
i
s
i
l
i
n
3

g
r
,
t
r
i
m
e
t
o
p
r
i
m
2
0
0

b.

m
g
B
a
n
y
a
k
m
i
n
u
m
a
i
r
p
u
t
i
h

a.

Menjelaskan penyakit,

Istirahat

Edukasi

keluarga

mengenai

a. Menja

Edukasi

d
u
k
a
s
i

penularan, terapi
b.

Istirahat yang cukup

c.

Banyak minum

f.

Jika terdapat tandatanda

Minum banyak air


putih
Minum obat secara
teratur
Pencegahan
pada
kelurga pasien

kegawatan

perawatan di rumah
Antibiotik
diminum
sesuai
dengan anjuran dokter
Kontrol 2 hari atau lebih bila
keadaan pasien memburuk
Obati bila demam
Obati bila ada mengi

seperti gelisah, nafas


cepat,

bibir

biru,

tangan

dan

kaki

dingin, kulit lembab,


muntah,
kesadaran

kejang,
menurun

segera hubungi dokter


P
r
o
g
n
o
s
i
s

Dubia ad bonam. Penyakit ini


bersifat self limiting diseases,
tidak pernah dilaporkan adanya
kematian sedangkan keluhan
sendi
lama.

mungkin

berlangsung

Ad bonam : bila tidak


ada ikterus

Angka kematian pneumonia oleh


pneumokokus adalah 5%, namun
dapat meningkat pada orang tua
dengan kondisi yang buruk.
Dapat terjadi komplikasi pneumonia
ekstrapulmoner (meningitis, arthritis,
endocarditis, pericarditis, peritonitis
dan empiema) atau komplikasi lain
(acute
respiratory
distress
syndrome/ARDS, gagal organ jamak
dan
komplikasi
lanjut
berupa
pneumonia nosokomial).

ga
higine
b. Minu
m
banyak
air
putih
c. Memin
um
antibio
tic
secara
rutin
sesuai
anjura
n dan
tidak
terputu
s.

a.
b.
c.

Menghindari trauma pada permukaan mukosa yang biasanya dihun


Menggunakan nitrat perak tipikal pada pasien luka bakar
Lingkungan yang protektif bagi pasien beresiko berhasil karena se
dari dalam endogen

1.

Dubia ad Malam : kerusakan pada organ target hati , paru dan gin
gagal organ utama, dan pasien dengan granulosiopenia., syok seps
Dubia ad bonam :
Monitoring pasien dan
penetalaksanaan tepat

2.

Anda mungkin juga menyukai