TUGAS MAKALAH
PAI
Rifki Mafturon K.
[COMPANY NAME]
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan berkatnya, sehingga saya
dapat menyelesaikan
penyusunan laporan Tugas Makalah perbedaan Riba Nasiah dan Riba Fadli ini.
Penyusunan laporan ini untuk melengkapi Tugas Makalah Pendidikan
Agama Islam dalam program meningkatkan pengetahuan siswa. Masalah yang
penulis ambil dalam tugas ini adalah Riba Nasiah dan Riba Fadli .
Selesainya penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari beberapa pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
Cumarni, S.ag M.Mpd , selaku guru mata pelajaran PAI.
Rekan rekan 1 kelas Adli Naufal Shidqi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saran serta kritikan yang sifatnya membangun dari pembaca
sangat penulis harapkan, agar pada laporan selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Bandung, 18 November 2014
Penulis
Daftar Isi
I.
Kata Pengantar....................................................
II.
Daftar isi...............................................................
III.
BAB I (pendahuluan)
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Batasan Masalah
Tujuan Masalah
Manfaat
IV.
BAB II (Materi)
V.
BAB I
Pendahuluan
A.Latar Belakang Masalah
Pada zaman sekarang ini sering terdapat praktik praktik curang
dalam penjualan barang maupun makanan. Dengan adanya kecurangan
tersebut banyak orang yang tertipu ataupun mengalami kerugian, tetapi
para pedagang tetap melakukan kecurangan tersebut demi
mendapatkan keuntungan sendiri. Pedagang tidak memperdulikan apa
yang mereka perbuat , karena kurangnya kesadaran dalam diri mereka.
B. Rumusan Masalah
Apakah itu riba ?
Bagaimana agar praktik riba tidak dilakukan oleh pedagang ?
C.Batasan Masalah
Dari diidentifikasi masalah yang terpapar di atas diperoleh
gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari
adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang
perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus. Selanjutnya
masalah yang akan difokus kan hanya Riba qordi dan Riba Fadli saja
D.Tujuan Masalah
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan riba itu
Untuk menyadar kan pedagang atau pengusaha yang lain
bahwa riba itu haram
Mengetahui perbedaan perbedaan riba
Praktik riba bisa teratasi
E. Manfaat
Manfaat dari pembahasan makalah ini yaitu kita bisa mengetahui
bahwa praktik Riba itu dilarang. Untuk tidak melakukan praktik Riba
tersebut , karena perilaku tesebut bisa merugikan orang lain. Lebih
mengerti dalam melakukan kegiatan ekonomi dengan baik dan jujur
dengan saling menguntungkan satu sama lain. Mengetahui tentang
perbedaan - perbedaan riba.
BAB II
TEORI
Riba secara bahasa berarti penambahan, petumbuhan, kenaikan,
dan ketinggian. Sedangkan menurut terminologi syara, riba berarti
Akad untuk satu ganti khusus tanpa diketahui perbandingannya
dalam penilaian syariat ketika berakad atau bersama dengan
mengakhirkan kedua ganti atau salah satunya
Kata akad mengandung makna ijab dan qabul, sehingga jika
tidak ada ijab dan qabul, maka akad tidak ada, sama dengan seseorang
yang menjual dengan sistem muathah (saling memberi) artinya
menyerahkan dan menerima tanpa ada ucapan, dan ini terjadi pada
sekarang ini dan bukan termasuk riba, walaupun ia haram, namun
tidak seperti haramnya sebuah riba.
Kata ganti yang khusus yaitu uang dan makanan. Riba tidak berlaku
pada selain keduanya, misalnya baju dan kain.
Kata tanpa diketahui persamaannya bisa untuk yang diketahui
perbedaannya dan yang tidak diketahui persamaannya dan saling
melebihi artinya pada benda yang sama jenisnya
Perlu diketahui bahwa Ibn Rushd menuliskan Bidayat alMujtahid dengan menganalisis berbagai pendapat Imam dari keempat
Madhhab utama. Dua aspek ini telah mendorong para ulama
mendefinisikan dua jenis riba. Ibnu Rusyd mengatakan :Para hakim
secara ijma mengatakan tentang riba dalam buyu (jual beli) dalam
dua jenis yaitu penundaan (nasiah) dan kelebihan yang ditentukan
(tafadul)
Jadi, ada dua jenis riba:
1. Riba al-Fadl
Riba Fadli adalah penambahan dalam utang-piutang. Dapat
dijelaskan sebagai berikut, transaksi sewa-menyewa melibatkan kedua
unsur, baik penundaan maupun penambahan nilai hanya dapat
dilakukan atas benda-benda tertentu saja seperti bangunan, kendaraan,
binatang, dan sejenisnya; dan tidak atas benda-benda lain yang habis
terpakai dan tidak bisa dimanfaatkan bagian per bagiannya, seperti
makanan dan benda yang dipakai sebagai alat tukar, yakni uang.
Menyewakan uang berarti merusak fitrah transaksi, dan menjadikannya
sebagai riba.
Dalam hal ini riba yang terjadi adalah riba al-fadl, karena
menyewakan uang serupa dengan menambahkan nilai pada utangpiutang. Transaksi utang piutang mengandung penundaan waktu, tapi
tidak ada unsur penambahan. Seseorang meminjamkan anda uang 100
dirham, dan peminjam melunasinya, setelah tertunda beberapa waktu
lamanya, dalam jumlah yang sama dikembalikan 100 dirham.
Penundaan waktu dalam utang-piutang ini dibenarkan dan hukumnya
halal, tetapi penambahan atasnya tidak dibenarkan dan hukumnya
haram. Penambahan dalam utang piutang adalah riba al fadl.
2. Riba an Nasiah
Riba Nasiah adalah kelebihan karena penundaan. Riba ini
merupakan kelebihan yang didapat dalam waktu (penundaan) yang
secara artifisial ditambahkan pada transaksi yang berlangsung.
Penundaan ini tidak dibolehkan. Hal ini mengacu pada benda nyata
(ayn), dengan alat pembayaran (emas, perak dan bahan makanan
yang digunakan sebagai uang) dan benda tidak nyata
(dayn). Ayn (nyata) merupakan barang dagangan yang nyata, sering
BAB III
Rangkuman
Saat sekarang ini sering terdapat praktik praktik curang dalam
penjualan barang maupun makanan. Dengan adanya kecurangan
tersebut banyak orang yang tertipu ataupun mengalami kerugian, tetapi
para pedagang tetap melakukan kecurangan tersebut demi
mendapatkan keuntungan sendiri. Disebutkan dalam Al-Quran bahwa
perilaku tersebut hukumnya haram, dari ayat ayat al-quran yang
bersakutan dengan hukum riba ini para ulama merumuskan rumusan
riba. Dan dari rumusan itu kegiatan ekonomi ini diidentifikasi dapat
dimasukan kedalam kategori hukumnya haram atau makhruh. Kendati
riba dalam al-quran dan hadist secara tegas hukumnya haram, tetapi
karena tidak diberikan batsan yang jelas sementara masalah ini sangat
berkaitan dengan aktivitas ekonomi kita sehari hari. Di sisi lain, kita
dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa praktek riba yang merambah
ke berbagai negara ini sulit diberantas, sehingga berbagai penguasa
terpaksa dilakukan pengaturan dan pembatasan terhadap bisnis
pembungaan uang. Perdebatan panjang di kalangan ahli fikih tentang
riba belum menemukan titik temu.
Riba secara bahasa berarti penambahan, petumbuhan, kenaikan,
dan ketinggian. Sedangkan menurut terminologi syara, riba berarti
Akad untuk satu ganti khusus tanpa diketahui perbandingannya dalam
penilaian syariat ketika berakad atau bersama dengan mengakhirkan
kedua ganti atau salah satunya. Kata akad mengandung makna ijab
dan qabul, sehingga jika tidak ada ijab dan qabul, maka akad tidak ada,