Pendapat Ahli
Menurut Philips H. Combs: bahwa pendidikan luar sekolah adalah setiap kegiatan
pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan di luar sistem formal, baik tersendiri maupun
merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan
kepada sasaran didik tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan belajar.
Konsep menurut Kaplan (1964): PLS adalah sebuah bentuk citra mental yang digunakan
sebagai alat memadukan pengamatan dan pengalaman yang memiliki kesamaan. Konsep
pendidikan luar sekolah muncul atas dasar hasil observasi yang hasilnya diketahui persamaan
dan perbedaan ciri-ciri pendidikan luar sekolah dan pendidikan sekolah. Pendidikan luar sekolah
juga memiliki sistem, prinsip, paradigma yang relatif berbeda dengan pendidikan sekolah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: PLS adalah segenap bentuk pelatihan yang
diberikan secara terorganisasi di luar pendidikan formal. Misalnya, kursus keterampilan.
Menurut Russel Kleis: pendidikan luar sekolah adalah usaha pendidikan yang dilakukan
secara sengaja dan sistematis. Biasanya pendidikan ini berbeda dengan pendidikan tradisional
terutama yang menyangkut waktu, materi, isi dan media. Pendidikan luar sekolah dilaksanakan
dengan sukarela dan selektif sesuai dengan keinginan serta kebutuhan peserta didik yang ingin
belajar dengan sungguh-sungguh.
Menurut common sense: PLS adalah segala kegiatan pendidikan yang berlangsung di luar
sistem persekolahan dalam rangka meningkatkan potensi warga belajar yang meliputi pelatihanpelatihan, keterampilan, pengembangan masyarakat sehingga dapat diaplikasikan baik di
lingkungan keluarga maupun bermasyarakat.
Pendidikan dilakukan tidak lain hanyalah untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas. SDM yang berkualitas hanya terbentuk apabila terdapat proses pendidikan yang
berkualitas. Pendidikan yang berkualitas ini selanjutnya hanya bertumpu pada lembaga
pendidikan yang tidak membekali pada kemampuan kognitif saja, akan tetapi pada kemampuan
afektif dan psikomotorik (Isjoni, 2008:3).
Firdaus M. Yunus (2005:8) juga mengatakan bahwa pendidikan bagi manusia adalah
proses seumur hidup dan terwujudkan atas dasar tujuan yang luas. Dewasa ini keberadaan
pendidikan lazimnya dipandang sebagai sesuatu kegiatan yang bersifat partisipan untuk
menyongsong perkembangan-perkembangan yang akan terjadi pada masa mendatang. Postur
antisipasi ini ditentukan oleh persepsi masyarakat pendidikan terhadap kecenderungan yang ada
yang ditarik secara inferensial dari fakta-fakta dari dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Pendidikan luar sekolah atau sekarang disebut pendidikan nonformal merupakan jalur
pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak
harus berjenjang dan berkesinambungan. Satuan pendidikan non formal meliputi kursus atau
lembaga pendidikan keterampilan, kelompok beajar, atau satuan pendidikan yang sejenis.
Pendidikan nonformal memberikan pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat diluar
jalur sekolah atau formal. Pendidikan jalur ini meliputi PAUD, Pendidikan Kesetaraan,
pendidikan buta aksara, pendidikan orang dewasa, pendidikan keluarga, pendidikan masyarakat
dan pendidikan lain yang di tentukan untuk pendidikan mengembangkan kemampuan akademik
dan kejuruan peserta didik sesuai dengan kebutuhan.
Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed (2002:127), mengatakan bahwa penguasaan yang
mendalam atas suatu ilmu dan suatu keterampilan sehingga bisa digunakan untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang di hadapi dalam kehidupan anak didik jauh lebih berguna dan lebih baik
ketimbang penguasaan banyak ilmu dan keterampilan secara sepintas lalu tidak bisa dijadikan
alat untuk memecahkan masalah kehidupan anak didik, baik dalam kehidupan social maupun
kehidupan akademiknya.
Pendidikan nonformal berasaskan pendidikan sepanjang hayat atau livelong education.
Pada pelaksanaan pendidikan nonformal selalu melibatkan dan berorientasi pada kebutuhan
masyarakat. Sehingga masyarakat merasa memilikinya.
Michelle Kuenzi (2006) menyatakan, Non Formal Education is genereally seen as more
cost. Effective than format education because people move through courses and programmes at
a fas rate then students in the formal system and, in turn, are able to utilise practical knowledge
and skills immediately.
Tidak hanya itu pendidikan nonformal juga berperan penting dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, penanggulangan pengangguran juga peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Bagaimana tidak? Seorang pengangguran mengikuti lembaga pelatihan kerja
untuk menambah kecakapan hidup, sehingga seseorang itu dapat bekerja sesuai keahlian yang
telah ia miliki sehingga ia dapat mengentaskan diri dari masalah ekonomi. Para petani dan
peternak yang notabene tidak berpendidikan diberikan penyuluhan tentang pertanian dan
peternakan melalui pendidikan nonformal sehingga dapat memperoleh hasil panen melimpah
dan berkualitas. Anak putus sekolah, tidak bisa melanjutkan ke pendidikan formal dapat
mengikuti program keseteraan yaitu kelompok belajar atau disingkat KEJAR PAKET A setara
SD, KEJAR PAKET B setara SMP, KEJAR PAKET C setara SMA.
Mulai dari balita dengan melalui PAUD, pemberdayaan pemuda, pemberdayaan
perempuan, keaksaraan, keseteraan, merupakan bidang garapan dari pendidikan nonformal.
Pendidikan nonformal tidak hanya sekedar sebagai suatu alternatif pendidikan, tetapi
merupakan pemegang peranan penting dalam rangka membangun sumber daya manusia yang
berkualitas. Pendidikan tersebut merupakan pendidikan paling efektif yang dibutuhkan dalam
menghadapai dunia ini karena sistem pendidikan nonformal lebih tepat sasaran. Sehingga
semua kalangan masyarakat dapat mengenyam pendidikan.